Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pagi itu udara terasa dingin, namun tak membuat para santri menjadi malas bangun untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid.
Shafia dan ketiga teman nya juga sudah bangun sebelum Azan Subuh berkumandang.
Namun Shafia memilih tidak ikut shalat berjamaah di masjid karena semalaman menangis membuat mata nya begitu sembab.
"Sha,, kamu yakin gak mau kita temani shalat disini" tanya Nindi.
"Gak usah, kalian segera ke masjid saja nanti telat. biar aku shalat disini" jawab Shafia.
Ketiga nya akhirnya mengangguk, dan langsung beranjak menuju masjid.
Saat ketiga nya sudah dekat, mereka melihat Gus Faizal yang tengah menatap ke arah mereka.
"Kenapa Gus Faizal terus melihat ke arah kita? apa mungkin Gus Faizal sedang mencari keberadaan Shafia, karena biasanya kita selalu berempat"? ucap Via menduga duga.
" Huss... gak usah menduga duga, sebaiknya kita segera masuk" ujar Nindi membuat Tiara dan Via langsung mengikuti Nindi masuk masjid.
Sementara itu di tempat yang sama Gus Faizal masih berdiri disana.
"Kenapa mereka cuma bertiga, biasa nya selalu berempat. dimana gadis itu" batin Faizal sambil mengedarkan pandangan nya, mungkin saja Shafia tertinggal dari ketiga teman nya atau malah sebaliknya.
Pandangan masih tertuju pada ketiga sahabat Shafia, namun ia tidak menemukan gadis itu.
" Apa mungkin...? ah.. mungkin saja kan gadis itu sedang berhalangan makanya gak ikut ke masjid" gerutu nya pelan.
"Astaghfirullah, kenapa aku jadi mencari nya" ucap Faizal ketika ia sadar.
Faizal pun langsung bergegas masuk ke dalam masjid, karena sebentar lagi Shalat berjamaah akan di mulai.
Lima belas menit kemudian, shalat Subuh pun selesai, Nindi dan kedua teman nya mencium punggung tangan Umi Halimah yang kebetulan satu shaf dengan mereka.
"Nindi, setelah ini kamu ikut Umi ke ndalem sebentar ya" ucap Umi Halimah.
Nindi menoleh ke arah Tiara dan Via, Ia terkejut dan bertanya tanya kenapa Umi Halimah mengajaknya ke ndalem.
Tiara dan Via hanya mengangguk saja sambil tersenyum simpul.
"Baik Umi" Jawab Nindi.
Nindi pun mengikuti Umi Halimah menuju ndalem. sementara kedua teman nya langsung kembali ke asrama.
"Assalamu'alaikum" ucap kedua nya ketika memasuki rumah Umi Halimah.
"Nindi, kamu duduk dulu ya" ujar Umi Halimah sambil membereskan mukena nya.
"Baik Umi"
Nindi duduk di lantai sambil menunggu Umi Halimah selesai merapikan mukena nya.
"Kok duduk di lantai? sini duduk atas saja" ucap Umi mengajak Nindi untuk duduk di kursi.
Nindi pun mengikuti saja perintah Umi Halimah.
"Jadi begini Nindi, usia kamu berapa sekarang"? tanya Umi Halimah.
" Usia Nindi dua puluh satu tahun sekarang Umi"
Umi Halimah mengangguk dan tersenyum.
"Kamu anak yatim piatu, sudah lama tinggal di pesantren ini dan sudah Umi anggap seperti anak Umi sendiri.
Umi hanya ingin menyampaikan dan mungkin ini yang terbaik untuk kamu.
Namun Umi tida akan memaksa, jika kamu tidak mau tidak apa apa" ucap Umi sambil memegang tangan Nindi.
Nindi semakin gelisah, dengan apa yang akan di katakan Umi selanjutnya dan apa maksudnya perbincangan nya.
"Memang kenapa Umi? Nindi jadi takut"
Umi tersenyum "Kamu tidak usah takut"
"Lalu apa maksud Umi, yang terbaik untuk Nindi"? tanya nya sangat penasaran.
" Di pesantren ini, ada santri putra dewasa yang tertarik dengan mu, ia ingin ber ta'aruf dengan mu" ucap Umi.
Nindi semakin terkejut, lelaki mana yang tertarik pada nya, sedangkan selama ini setiap bertemu dengan santri putra ia selalu menundukkan pandangan nya.
"Bagaimana menurut mu? apa Nindi mau ber ta'aruf dengan lelaki itu"?
"Nindi belum pasti mau atau tidak nya, tetapi bila memang Umi Halimah dan Syeh Achmad meridhoi Nindi melakukannya, Nindi akan dengan sangat ikhlas menjalani nya" ucap Nindi.
Umi Halimah tersenyum senang.
"Nindi, besok lelaki itu akan membawa orang tua nya kemari dan ingin bertemu dengan mu.
Umi dan Syeh Achmad tidak akan memaksa kan, jika kamu tidak mau, kamu boleh menolaknya" ucap Umi.
"InsyaAllah Umi, mungkin Umi dan Syeh sudah tau bagaimana santri itu. Umi berbicara seperti ini saja Nindi sudah bisa mengerti, lelaki itu mungkin yang terbaik untuk Nindi.
Umi mengangguk seraya tersenyum bahagia.
" Ya sudah, kalau begitu persiapan dirimu untuk pertemuan besok dengan nya disini"
"Baik Umi"
"Ya sudah, kamu boleh kembali ke asrama"
Nindi pun mencium punggung tangan Umi Halimah dan kembali ke asrama dengan perasaan yang masih tak menyangka.
"Apa benar ada lelaki yang tertarik pada ku? siapa lelaki itu"? batin Nindi.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Singkat waktu.
Pagi itu Nindi merasa tak karuan, ketiga sahabat nya juga merasa aneh dengan sikap Nindi.
" Nindi, kamu kenapa sih kaya gelisah banget" tanya Via.
Nindi memang tidak menceritakan soal perbincangan nya dengan Umi Halimah dengan ketiga sahabat nya itu.
"Em.. gimana ya, aku bingung mau jawab apa"?
" Apa kamu sedang ada masalah " sahut Tiara.
"Iya kalau kamu sedang ada masalah katakan sama kita, biar bukan hanya aku saja yang sering menyusahkan kalian karena masalah ku" ucap Shafia tak enak hati.
Pasal nya memang ia lah yang sering ada masalah.
"Iya iya, baiklah aku cerita"
Mereka pun duduk di lantai kamar nya sambil menikmati cemilan yang memang selalu tersedia untuk ngemil di pagi hari mereka.
"Jadi sebetulnya, Umi Halimah memanggil ku pagi itu, beliau ingin memberi tau ku jika akan ada lelaki yang ingin ber ta'aruf dengan ku"
"Apa"?? ucap mereka bertiga.
Mareka bertiga terkejut, merasa kaget.
meski begitu mereka bertiga juga merasa senang mendengar nya ada yang ingin ber ta'aruf dengan sahabat nya itu.
" Terus gimana kamu mau apa tidak, laki-laki itu dari mana? cakep tidak"? Via memberondong pertanyaan pada Nindi.
"Satu satu dong " jawab Nindi.
"Lalu gimana Nin"? tanya Shafia.
" Aku juga belum tau lelaki yang mana dan seperti apa parasnya. Kata Umi aku boleh menolak kalau aku tidak suka.
"Kalau begitu, sebaiknya kamu temui dulu dia baru memberi keputusan. dan pastikan jangan sampai salah mengambil keputusan, nanti malah kita yang bingung harus ngurusin dua sahabat yang patah hati" ucap Via sambil menyindir Shafia.
Mendengar ucapan Via, ketiga nya langsung terkekeh geli.
Via memang begitu orang nya, namun dibalik semua itu sebenarnya ia begitu perduli dan tidak tegaan orang nya.
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih