Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.
Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.
"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."
Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?
Spin of Ternyata Aku yang Kedua.
(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan dan kebenaran
Namun keesokan harinya, sesuatu tak terduga terjadi. Hatinya terguncang. Semua orang membully nya dan mengatakannya tak tahu diri dan tak sadar diri. Si cupu tak tahu malu menyukai seorang primadona sekolah. Benar-benar tak tahu diri.
Suratnya terpajang di mading sekolah berikut balasannya yang penuh dengan kata-kata ejekan. Hatinya sakit. Ia benar-benar terguncang. Ia sadar ia bagaikan pungguk merindukan bulan. Namun tidak begitu juga cara Freya membalasnya.
Abidzar malu. Kemana pun ia melangkahkan kaki, di sana pasti ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Bahkan tak sedikit yang melemparinya dengan apa saja yang ada di tangan mereka. Ada juga yang mengguyurnya dengan air. Hingga ia tak tahan lagi dan meminta keluarganya segera memindahkan sekolahnya.
Freya tersentak. Matanya pun membulat saat mendengar tuduhan Abidzar tersebut. Meskipun wajar sebab dirinya lah penerima surat tersebut. Tapi bukan dia yang memajangnya di mading sekolah. Berikut juga surat balasannya. Namun bukan dia pelakunya. Jangankan menempel dan membuat balasan, sampai sekarang ia belum membaca isi surat tersebut sebab surat itu tiba-tiba saja hilang dari dalam tasnya.
Hingga keesokan harinya surat tersebut membuat heboh seantero sekolah. Dirinya pun mendengar berita heboh tersebut dari salah seorang temannya sebab setibanya di sekolah pagi itu, tiba-tiba ia mendapatkan kabar tak terduga dari ayah angkatnya-Reza. Ibu angkatnya jatuh di kamar mandi dan menyebabkan pendarahan otak. Alhasil, pagi itu juga ia segera pulang dan bergegas ke rumah sakit. Siang harinya, ibu angkatnya meninggal membuatnya tak masuk sekolah beberapa hari. Saat ia masuk sekolah, ia sudah tidak melihat keberadaan Abidzar. Ia ingin meluruskan tentang surat tersebut yang belum sempat ia baca karena hilang, tapi sayang, ternyata hari dimana Abidzar memberikan surat tersebut merupakan hari terakhir pertemuan mereka.
Mendengar tuduhan tersebut, jelas saja Freya menggeleng tegas karena memang ia tidak melakukannya.
"Bukan aku yang menempelnya di mading sekolah. Aku berani bersumpah, aku benar-benar tidak pernah menempelkannya di sana."
"Jangan berkelit, Fre. Jujurlah. Aku ingin mendengar secara langsung apa alasanmu menempelkannya di sana? Kenapa kau begitu tega? Apa kau tak tahu, akibat perbuatanmu aku mendapatkan bully-an dari semua orang di sekolah. Karena itu aku memilih pindah sekolah sebab tak tahan dengan perbuatan mereka. Untung keluarga ku mampu, Fre. Bagaimana kalau aku hanyalah siswa miskin yang tak memiliki apa-apa, mungkin aku takkan tahan dan memilih bunuh diri. Andai zaman dahulu sama seperti zaman sekarang yang semuanya serba upload di medsos dan viral, mungkin aku akan lebih hancur lagi dari pada saat itu. Aku malu, Fre. Mental ku nyaris hancur, kau tahu. Kau takkan tahu itu sebab setelah menempelkan surat dari ku beserta balasannya, kau pun tiba-tiba menghilang. Kau tidak masuk sekolah. Kau tak berniat menemui ku dan meminta maaf. Kau jahat, Fre. Kau kejam." Tuding Abidzar dengan mata yang telah memerah.
Rahangnya mengeras. Dirinya benar-benar marah dan kecewa. Gadis yang ia cintai justru membalasnya dengan perbuatan yang sangat kejam dan sadis. Pembullyan itu nyaris menghancurkan mentalnya. Akibatnya, hatinya terasa beku dan sukar terbuka untuk perempuan manapun. Karena itu, saat orang tuanya mencanangkan perjodohan dirinya dan Erin, ia tak menolak sama sekali. Toh ingin mencari calon istri sendiri ia rasa tak mampu sebab hatinya telah terlanjur mati rasa. Didekati perempuan saja ia enggan, apalagi mendekati.
"Sumpah demi Tuhan, Mas, aku tidak melakukan itu. Aku mohon percaya aku. Sebenarnya aku sudah sejak lama ingin menjelaskan ini, tapi kau tiba-tiba saja menghilang. Bahkan nomor telepon yang kau beri pun tak pernah aktif lagi semenjak hari itu, Mas pikir aku tidak merasa gelisah."
Abidzar menghela nafas berat. Dari netra Freya ia bisa menangkap kejujuran itu. Bila bukan dia pelakunya, lantas siapa?
"Kalau bukan kau, lantas siapa? Bukankah surat itu ada di tangan mu?" Delik Abidzar dengan sorot mata tajamnya.
Freya menarik nafas dalam-dalam, kemudian mulai berbicara kembali
"Mas, aku ingin menjelaskan ini sejak lama, aku mohon dengar. Saat itu, mang aku yang menerima surat darimi secara langsung." Lalu Freya mulai menerawang ke masa lalu, saat dimana Abidzar memberikan surat tersebut.
'Fre, ini." Ucap Abidzar kala itu.
'Ini apa kak?' tanya Freya saat Abidzar memberikan sebuah amplop berwarna biru muda.
'Itu ... emmm ... baca saja sesampainya di rumah ya. Jangan sekarang.' Ujar Abidzar seraya mengulas senyum.
Freya pun balas tersenyum dan mengangguk.
'Aku ke kelas dulu ya, Kak. Sebentar lagi jam pelajaran olahraga di mulai. Kakak pasti tahu gimana killernya pak Damiri kalau melihat ada yang terlambat.' Ujar Freya sambil terkikik geli.
'Hmmm ... Aku tunggu surat balasannya.' pekik Abidzar seraya melambaikan tangan pada Freya yang telah setengah berlari menuju ke ruang kelasnya. Freya pun mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.
Setibanya di kelas, Freya segera meletakkan tasnya. Tak lupa ia memasukkan surat pemberian Abidzar ke dalamnya. Setelahnya ia pun segera keluar dan ikut berbaris di lapangan. Jam pelajaran olahraga dimulai 5 menit lagi. Sebelum pelajaran di mulai, mereka wajib berlari mengitari lapangan hingga 3 putaran. Setelahnya, barulah mereka berolahraga sesuai dengan apa yang pak Damiri ajarkan.
Hari menjelang siang, jam pelajaran telah berganti pelajaran lainnya. Freya tidak sadar, surat tersebut telah raib dari dalam tasnya. Bahkan setibanya di rumah pun sama sebab ia sibuk mengerjakan PR yang menumpuk.
Keesokan paginya, ia bergegas pergi ke sekolah. Baru saja ia menginjakkan kaki di koridor sekolah, ia menangkap kerumunan siswa di depan Mading sekolah. Baru saja ia beranjak ingin melihat apa gerangan yang sedang heboh di sana, ponselnya tiba-tiba bergetar. Tampak di sana ada beberapa panggilan tak terjawab dan SMS. Panggilan telah berhenti. Jadi Freya memilih membuka SMS.
Dunia Freya seketika runtuh saat mengetahui ibu angkatnya masuk rumah sakit setelah jatuh di kamar mandi. Ia pun gegas membalikkan badannya, urung melihat kehebohan yang tengah terjadi. Kepergian ibu angkatnya yang tiba-tiba membuatnya tidak masuk sekolah hingga beberapa hari.
Saat masih berduka, temannya datang ke rumah dan menceritakan perihal yang terjadi di sekolah. Temannya marah karena ia tanpa perasaan menempel surat cinta seseorang dan balasannya di mading sekolah. Jelas saja, Freya membantah itu bukan perbuatannya. Hingga keesokan harinya Freya kembali ke sekolah untuk mencari Abidzar dan menjelaskannya, tapi sayang, Abidzar telah pindah sekolah tanpa sempat meluruskan kesalahpahaman tersebut.
Jelas saja saat mendengar penjelasan tersebut, Abidzar membulatkan matanya. Sekian tahun ia memendam kekecewaan yang mengakar dalam akibat perbuatan tersebut yang nyatanya itu bukanlah perbuatan gadis yang ia cintai dulu.
"Sumpah Mas, Freya nggak ngelakuin itu. Bahkan sampai sekarang Freya penasaran isi surat itu sebab Freya nggak sempat bacanya sama sekali. Saat Freya datang ke sekolah surat-surat itu sudah tidak ada lagi di. Freya cuma tahu dari Cici kalau surat itu merupakan pernyataan isi hati Mas Abi ke Fre, apa itu benar?"
Sontak saja, diingatkan kembali tentang isi surat tersebut membuat wajah Abidzar memerah seketika. Padahal seharusnya ia bisa lebih santai mengungkapkan isi hatinya seperti tadi, tapi kini ia justru merasa canggung. Ia seakan kembali ke masa lalu dimana ia baru merasakan apa itu cinta dan Freya lah yang membuatnya merasakannya pertama kali. Tapi Freya juga yang pertama kali membuatnya parah hati. Lidahnya terlalu kelu untuk berucap jujur. Oleh sebab itu ia memilih menyatakannya melalui surat. Tapi sayang, balasannya tak sesuai ekspektasi. Bahkan sangat-sangat jauh dari harapan membuatnya luluh lantak seketika. Namun kenyataan tak terduga kini ia dapati. Ternyata yang menempel maupun menulis balasan atas pernyataan atas cintanya, bukanlah Freya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah siapa yang mencuri surat tersebut, menempelnya di mading berikut balasannya.
...***...
...HAPPY READING 😍😍😍...
syediiih Thor