NovelToon NovelToon
Akselia Ananta

Akselia Ananta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: syizha

Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pengkhianatan

Kehadiran nama Arya di buku catatan membuat pikiran Akselia tidak tenang sepanjang malam. Dia mengenal Arya dengan baik. Dulu, dia adalah salah satu tangan kanan ayahnya, seorang pria yang penuh tipu daya, manipulatif, dan selalu loyal pada penguasa yang salah. Jika Arya ada di sekitar komunitas ini, itu berarti dia membawa rencana buruk.

Pagi itu, Akselia memutuskan untuk mencari Arya. Bersama Mikael, dia berjalan ke sekitar pasar, tempat Arya terakhir kali terlihat.

“Jadi, kau belum pernah memberitahuku tentang Arya,” ujar Mikael sambil berjalan di sampingnya.

“Dia bagian dari masa lalu yang berusaha aku lupakan,” jawab Akselia singkat. “Dia bekerja untuk ayahku, melakukan hal-hal kotor atas nama keluarga kami. Ketika aku memutuskan untuk meninggalkan semua itu, Arya adalah salah satu orang yang mengutuk keputusanku.”

Mikael menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Jadi, kalau dia ada di sini, kau yakin dia punya agenda tertentu?”

“Dia tidak akan muncul tanpa alasan,” jawab Akselia dengan nada dingin.

---

Saat mereka tiba di pasar, Akselia melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang berdiri di dekat sebuah tenda makanan. Arya—dengan postur tinggi, rambut hitam panjang yang mulai memutih di beberapa bagian, dan tatapan licik yang selalu membuat Akselia waspada.

“Arya,” panggil Akselia, suaranya tegas.

Arya berbalik, dan senyum tipis muncul di wajahnya. “Akselia Ananta. Aku tidak menyangka kau akan mencariku.”

“Kenapa kau di sini?” tanya Akselia langsung.

Arya menatapnya sejenak, lalu melirik Mikael yang berdiri di samping Akselia. “Tempat ini menarik perhatianku. Begitu damai, begitu… rapuh. Aku hanya ingin melihat apa yang sedang kau bangun, Akselia.”

“Aku tidak percaya itu,” balas Akselia tajam. “Apa rencanamu, Arya?”

Arya mendekat dengan santai, tetapi ada kilatan ancaman di matanya. “Tenanglah, Akselia. Aku hanya seorang pengembara tua yang mencari tempat berteduh. Tapi jika kau ingin tahu, ada banyak orang di luar sana yang merasa tidak nyaman dengan keberadaan komunitas ini. Kau menciptakan sesuatu yang indah, tapi kau juga menciptakan musuh.”

“Kau membakar gudang kami, bukan?” potong Mikael dengan nada tajam.

Arya tertawa kecil. “Ah, anak muda. Tuduhanmu tidak berdasar. Aku bahkan belum lama di sini. Tapi kalau itu benar, maka seseorang mungkin sedang mencoba menguji kalian.”

Akselia merasa darahnya mendidih, tetapi dia tahu Arya tidak akan memberikan jawaban langsung. “Dengar aku baik-baik,” katanya dengan nada rendah tetapi penuh ancaman. “Jika kau mencoba menghancurkan tempat ini, aku tidak akan ragu menghentikanmu. Kau tahu aku tidak bermain-main, Arya.”

Arya menatapnya beberapa saat, lalu tersenyum tipis. “Itu yang aku suka dari dirimu, Akselia. Kau selalu tahu bagaimana menunjukkan kekuatanmu. Tapi aku hanya akan mengingatkan satu hal: musuhmu tidak hanya aku. Mereka ada di mana-mana, dan mereka lebih dekat dari yang kau kira.”

Dengan itu, Arya pergi, meninggalkan Akselia dan Mikael dalam kebingungan.

---

Malamnya, Akselia duduk di ruang rapat bersama Mikael dan beberapa anggota dewan. Mereka mendiskusikan langkah selanjutnya.

“Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Arya dan siapa yang dia bawa bersamanya,” kata Akselia.

“Tapi bagaimana jika dia hanya pengalih perhatian?” tanya seorang anggota dewan. “Jika ada ancaman yang lebih besar, kita bisa terjebak mengejar bayangan Arya.”

“Itu mungkin,” kata Mikael. “Tapi kita tidak bisa mengabaikan kehadirannya. Dia tahu sesuatu yang kita tidak tahu.”

“Dan kita tidak bisa membiarkan siapa pun merusak kepercayaan penduduk,” tambah Akselia. “Jika Arya atau siapa pun mencoba menghancurkan komunitas ini, mereka harus tahu bahwa kita tidak akan diam saja.”

Diskusi itu berlangsung hingga larut malam, tetapi tidak ada kesimpulan pasti. Satu hal yang mereka sepakati adalah meningkatkan pengawasan dan melibatkan lebih banyak orang dalam menjaga keamanan.

---

Beberapa hari kemudian, suasana di pusat komunitas mulai kembali normal, meskipun kewaspadaan tetap tinggi. Namun, Akselia merasa ada sesuatu yang aneh. Beberapa penduduk baru terlihat terlalu pendiam, terlalu mengamati. Mereka tidak berinteraksi dengan orang lain dan hanya melakukan aktivitas mereka tanpa banyak bicara.

Salah satu dari mereka adalah seorang pria bernama Raka, yang baru tiba beberapa minggu lalu. Raka mengaku sebagai seorang petani yang kehilangan desanya karena serangan bandit, tetapi ada sesuatu dalam sikapnya yang membuat Akselia curiga.

Dia memutuskan untuk mendekati Raka di kebun, di mana pria itu sedang bekerja.

“Raka,” panggil Akselia sambil mendekatinya.

Raka menoleh dan menyeka keringat di dahinya. “Nona Akselia. Ada yang bisa saya bantu?”

“Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu,” kata Akselia dengan nada ramah. “Kau sudah beberapa minggu di sini, tapi aku merasa kita belum sempat berbicara.”

Raka tersenyum kecil. “Tidak banyak yang bisa diceritakan. Saya hanya seorang petani biasa yang mencoba mencari tempat baru untuk memulai hidup.”

“Tapi kau tampaknya sangat memperhatikan tempat ini,” kata Akselia, matanya tajam. “Kau sering terlihat di pasar, mengamati orang-orang. Apa kau mencari sesuatu?”

Raka tampak gugup sesaat, tetapi dia cepat menguasai dirinya. “Saya hanya ingin memahami tempat ini lebih baik. Saya tidak bermaksud apa-apa.”

Akselia menatapnya dalam-dalam, mencoba membaca ekspresinya. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi jika ada sesuatu yang kau butuhkan, jangan ragu untuk memberitahuku.”

Raka mengangguk, tetapi setelah Akselia pergi, dia merasa ada sesuatu yang mencurigakan tentang pria itu.

---

Malam itu, Mikael datang ke ruangan Akselia dengan membawa berita penting.

“Kau benar tentang Raka,” katanya. “Aku memeriksa barang-barangnya dan menemukan ini.”

Dia menyerahkan sebuah kertas kecil kepada Akselia. Isinya adalah peta pusat komunitas, lengkap dengan tanda-tanda di beberapa lokasi penting seperti gudang baru dan ruang pertemuan.

Akselia membaca kertas itu dengan hati yang berdebar. “Dia memata-matai kita,” katanya dengan suara rendah tetapi penuh amarah.

“Dan dia bukan satu-satunya,” tambah Mikael. “Aku yakin ada lebih banyak orang seperti dia di sini.”

Akselia menghela napas panjang. Ancaman itu ternyata lebih besar dari yang dia duga, dan musuh mereka mungkin sudah berada di dalam komunitas.

“Kita harus bergerak cepat,” katanya akhirnya. “Jika mereka merencanakan sesuatu, kita tidak bisa menunggu sampai mereka menyerang lebih dulu.”

Dan malam itu, Akselia menyadari bahwa perang yang dia pikir telah dia tinggalkan kembali menghampirinya. Tapi kali ini, dia tidak hanya melawan untuk dirinya sendiri—dia melawan untuk tempat ini dan orang-orang yang mempercayainya.

1
Dậu nè Phèo ơi
What a ride! cerita yang sempurna buat menghibur diri di akhir pekan👏.
acc_.xm
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
zucarita salada 💖
Gemesin banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!