Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Janji Duel!
Di dalam aula yang megah, semua mata tertuju pada Jiang Xin yang berdiri tegak, membeku dalam kekagetan. Keheningan mematikan menyergap, seolah waktu terhenti. Kemudian, suara tawa keras dan mengejek memecahkan kesunyian tersebut, menggema di seluruh ruangan seperti gelombang ombak. Suara tersebut membangkitkan emosi, memperburuk kehinaan yang sudah dirasakan Jiang Xin. Tatapan sinis dan ejekan bermunculan dari wajah-wajah yang selama ini memandangnya dengan rasa benci.
"Hahahahahaha!"
Semua orang di aula terbahak-bahak, tawa mereka menggema dan tak terkendali. Beberapa bahkan meneteskan air mata karena tidak bisa menahan kegembiraan. Suasana yang semula tegang berubah menjadi pemandangan yang memilukan dan menghina, dengan Jiang Xin sebagai sasaran lelucon mereka.
Bahkan orang-orang tua yang biasanya serius kini tersenyum tipis, mata mereka menyinari kehinaan dan penghinaan saat memandang Jiang Xin.
"Ini lelucon besar! Orang yang tidak bisa membangkitkan Lautan Dao saja berani menantang jenius terbaik klan? Ini hanya keinginan untuk bunuh diri!" kata salah seorang murid dengan tawa mengejek.
Jiang Ruyin menatap putranya dengan campuran keheranan dan kekhawatiran. Dia menganggap tindakan Jiang Xin terlalu impulsif, meskipun dia memahami bahwa putranya tidak tahan melihatnya dihina oleh semua orang.
Jiang Xin dilanda kegugupan dan penyesalan mendalam. Kata-katanya yang impulsif, dilandasi emosi, kini terasa tidak berpikir. Dia menyesali keputusannya, tetapi kata-kata tersebut sudah terucap. Dia hanya bisa mengutuk kebodohannya sendiri, merasa terjebak dalam keputusan yang tidak terpikirkan.
"Kini, semuanya diam!" Jiang Rao berteriak tegas, mengangkat tangannya untuk meminta keheningan.
Tawa keras di dalam aula berhenti seketika, digantikan oleh senyum sinis dan lelucon yang masih terukir di wajah semua orang.
Jiang Rao menatap Jiang Xin dengan tenang dan serius, suaranya dalam dan berwibawa. "Jiang Xin, apakah benar kamu ingin melawan jenius klan?"
Jantung Jiang Xin berdegup kencang, dia tergoda untuk menarik kata-katanya kembali. Namun, tatapan hina di wajah orang-orang sekitarnya memicu semangat dan tekadnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, membulatkan tekad, dan menjawab dengan suara mantap.
Jiang Xin menatap tajam, suaranya kokoh dan penuh percaya diri. "Ya, aku siap melawan siapa pun dari generasi yang sama! Jika aku kalah, lakukanlah apa pun yang kalian inginkan. Tapi jika aku menang, kalian harus meminta maaf secara terbuka kepada Ayahku!"
Suara ejekan para tetua menggema di telinga Jiang Xin bagai guntur.
"Hehe, anak ini tidak hanya cacat, tapi juga bodoh!"
"Klan Jiang akan terus menjadi bahan lelucon jika anak ini tetap menjadi bagian kita!"
"Lucu sekali, orang tanpa Lautan Dao berani menantang jenius klan!"
Jiang Xin mengepalkan tinjunya erat, matanya memerah oleh emosi.
Jiang Rao mengangkat alisnya, terkejut dengan keberanian atau kebodohan Jiang Xin. Dia berpikir, "Ini bisa menjadi kesempatan yang tepat untuk menggantikan Jiang Ruyin."
Jiang Rao mengangguk, matanya berkilauan dengan strategi. "Baiklah, keputusanmu sudah diambil. Sepuluh hari ke depan, kamu akan bertarung melawan Jiang Wusang. Jika kamu menang, aku dan para petinggi klan akan meminta maaf secara terbuka kepada Ayahmu. Namun, jika kamu kalah, Ayahmu akan diturunkan dari jabatan Patriak dan kamu akan diusir dari klan. Apakah kamu menerima syarat ini?"
Semua mata di aula terfokus pada Jiang Xin, menantikan jawabannya dengan penuh ketegangan dan kepenasaran. Suasana menjadi tegang, menunggu keputusan pemuda itu.
"Xin'er, kamu tidak perlu melakukan ini. Ayah tidak apa-apa bila tidak lagi menjadi pemimpin Klan, jadi hentikan semua ini!" kata Jiang Ruyin berusaha meyakinkan.
Dengan semangat membara, Jiang Xin menjawab dengan suara mantap dan mata yang berkilauan tekad.
"Ya, aku menerimanya! Aku, Jiang Xin, akan menghadapi Jiang Wusang sepuluh hari kemudian!"
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jiang Xin menatap singkat Jiang Wusang di sudut ruangan, lalu berbalik dan melangkah dengan percaya diri menuju pintu aula. Dia menghilang dari pandangan para hadirin yang masih menatapnya dengan rasa hina dan keheranan.
Setelah meninggalkan aula, Jiang Xin berlari menuju gunung di belakang halaman klan. Saat melewati sebuah paviliun, dia melihat pelayan yang sebelumnya memanggilnya di gunung sedang berbicara diam-diam dengan sosok misterius.
Rasa penasaran memaksa Jiang Xin mendekati paviliun secara diam-diam dan menguping pembicaraan mereka dari balik tembok.
Seorang tetua menyerahkan sekantung koin emas kepada Pelayan Lie sambil berkata, "Baiklah, Pelayan Lie. Kamu telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Ini adalah upahmu!"
Pelayan Lie tersenyum lebar, matanya berbinar saat menimbang kantung emas. "Terima kasih, Tetua Hu! Saya siap melayani jika ada instruksi lain. Silakan menghubungi saya kapan saja!"
Tetua Hu mengangguk dan melambaikan tangan. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang!"
Pelayan Lie mengangguk hormat, lalu berjalan pergi dengan langkah ringan dan senyum puas.
Melihat adegan itu, Jiang Xin marah. Tinjunya terkepal di balik lengan bajunya. Dia tidak menyangka bahwa peristiwa pemanggilannya ke gunung adalah bagian dari rencana licik Tetua Hu.
Tetua Hu, orang kepercayaan Ayahnya selama ini, ternyata menyembunyikan niat jahat. Meskipun Ayahnya telah memberikan banyak kepercayaan dan manfaat, Tetua Hu malah berbalik menjebaknya dengan licik.
Dengan langkah cepat dan hati penuh emosi, Jiang Xin berbalik dan mendaki gunung, tak lama kemudian dia tiba di puncaknya.
Menatap awan putih di langit, Jiang Xin berbicara dengan suara rendah penuh emosi. "Seandainya saja aku bisa membangkitkan Lautan Dao... Tidak ada yang berani menghinaku! Ayahku tetap berkuasa, tak perlu khawatir dicopot dan dihina!"
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jiang Xin mencabut pisau kecil dari pinggangnya. Pisau unik tersebut memiliki gagang berwarna emas berbentuk kepala ular dan bilah bergerigi dengan mata terbalik, memancarkan aura misterius.
Jiang Xin mendapatkan pisau misterius itu dari seorang pengemis tua di jalanan. Pengemis itu mengklaim bahwa pisau tersebut membawa keberuntungan. Karena saat itu Jiang Xin akan menjalani upacara kebangkitan, dia membelinya dengan harga tinggi, berharap keberuntungan sejati akan menyertai langkahnya.
Tapi kenyataan saat ini menyakitkan. Pisau itu ternyata hanya benda biasa, dan Jiang Xin merasa ditipu oleh pengemis tua licik tersebut. Dia merasa kecewa dan marah, merasa telah dibohongi dengan iming-iming keberuntungan yang kosong.
Jiang Xin mengutuk dengan wajah penuh kesal, "Dunia ini benar-benar membenci aku! Bahkan pengemis tua pun menipuku!" Dengan geram, dia melempar pisau itu ke lembah di bawah, membiarkannya menghilang dalam kegelapan.
Setelah melempar pisau, Jiang Xin berbalik, siap kembali ke klan. Namun, langkahnya terhenti seketika. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka lebar dalam kekagetan. Dia menatap tak percaya pada benda yang tiba-tiba melayang di depannya, seolah mengambang di udara. Benda itu memancarkan cahaya lembut, mempesona. Jiang Xin terpaku, tidak bisa bergerak, tidak bisa bernapas. Kekagetan dan ketidakpercayaan menguasai wajahnya.
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
habisi zu jian
yg di undang Jian Xing kenapa yg grogi malah authornya /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
dhuaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
hajaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
habisiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
semuaaanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa