Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itu, Ustadz Salman?
Kanaya memasukan ponsel dan beberapa barang sebelum ia pergi menemui Ustadz Salman sesuai janji yang telah mereka sepakati.
Tok Tok Tok!
Dira dengan senyuman manisnya menampakkan diri dari balik bilik ruang kerja Kanaya.
"Mbak Naya mau balik?"
"Loh kamu sudah bisa pulang on time Dir? Memang ga dicari Miss Lala?"
"Aman Mbak Naya, Miss Lala sedang meeting dengan klien dan ga balik kantor lagi. Btw mau kemana Mbak?"
"Aku ada janji dengan Ustadz Salman untuk membicarakan program tausyiah yang akan terjadwal 2 kali seminggu. Btw Kamu ikut yuk!" Kanaya tahu suara hati Dira lewat binar mata Dira saat mendengar Ustadz Salman.
"Aku sih Yes Mbak Nay. Ah pucuk dicinta ulam pun tiba. Rezeki temen sholehun. Untung aku mampir ke Mbak, Dira dapat rezeki nomplok!"
Kanaya tersenyum melihat reaksi Dira yang sangat antusias kala mereka akan menemui Ustadz Salman.
"Boss, Kita harus segera menuju Lounge NBC, klien sudah otw kesana." Gusti mengingatkan Nick akan agenda selanjutnya bertemu klien.
"Oke. Siapkan mobil." perintah Nick.
"Baik Boss!" jawab Gusti.
Kanaya dan Dira menuju sebuah room VIP dan disana sudah menunggu seorang pria tampan dengan tampilan yang berbeda.
"Itu, Ustadz Salman? Ya Tuhan, lain sekali penampilannya kalau tidak pakai gamis saat ceramah. Tambah ganteng!" Seru Dira yang hatinya sudah jedag jedug melihat ketampanan sang Ustadz dalam balutan suite dengan kemeja formal dan dasi layaknya executive muda, pebisnis tampan nan rupawan.
Kanaya tak memungkiri, penampilan Ustadz Salman yang saat ini menggunakan stelan kantoran membuat aura pria yang biasa dipanggil Ustadz ini tak kalah mempesona dibandingkan sang Big Boss Killer Kanaya, Nicholas Bryan.
"Kenapa aku jadi membandingkan keduanya?" Gumam batin Kanaya segera ditepis dari pikirannya.
"Mbak Kanaya, silahkan!" Iman Asisten Ustadz Salman menyapa Kanaya saat melihat Kanaya datang.
"Assalamualaikum Ustadz. Maaf Saya terlambat." Kanaya menyapa Ustadz Salman mengucap salam sambil menangkupkan tangan di dadanya.
"Waalaikumsalam Mbak Kanaya. Tidak terlambat. Saya hanya datang lebih awal saja. Mari silahkan duduk."
Ustadz Salman dengan senyumannya menyapa kedua perempuan yang kini duduk dihadapannya.
Tampak permbicaraan mengenai pekerjaan berjalan dengan lancar.
Ustadz Salman juga bersedia mengenai penambahan hari tausyiah yang menjadi 2 kali seminggu, artinya Ustadz Salman akan datang untuk syuting 2 kali dalam seminggu ke studio NBC.
"Ini tawaran tema yang kami sarankan untuk tema tausyiah Ustadz. Apabila ada yang memang mau diperbaiki atau ada masukan dari Ustadz kami akan mengikuti saja. Nanti kami akan meminta materinya pada Asisten Ustadz agar bisa kami persiapkan." Kanaya menyodorkan beberapa dokumen yang memang sudah ia siapkan.
"Kamu urus ya Man. Saya pribadi tidak masalah Mbak Kanaya, fleksibel saja. Oh iya, bagaimana kalau kita makan dulu. Mbak Dira silahkan pesan juga mau makan apa."
"Ya Allah, bisa meleleh hati Gw lihat senyum Ustadz Salman kalo begini!" Gumam Dira dalam hati.
"Dir, kamu kenapa diam, mau pesan apa?" Kanaya yang melihat wajah mupeng Dira menyadarkan lamunan Dira.
"Eh, iya, maaf, samakan saja dengan Ustadz Salman." Dira yang masih betah memandangi wajah tampan Ustadz Salman.
"Mbak Dira memang suka makanan yang Ustadz Salman pesan?" Iman tentu saja tahu wanita yang saat ini bersama Kanaya sedang terpesona oleh Boss nya.
"Apapun yang dipesan Ustadz Salman pasti enak." Dira dengan gampang berseloroh seakan terdengar gombal.
"Mbak Dira bisa saja, Saya pesan salad. Mbak Dira dan Mbak Kanaya silahkan pesan makanan lain saja. Sekalian makan malam. Saya tadi sudah makan sebelum kesini." Senyuman Ustadz Salman melihat kelakuan lucu Dira.
"Ah begitu ya Ustadz, hihihi."
Dasar Dira memang tak tahu malu iya malah cuek bebek saja.
Dalam ruang meeting di NBC Hotel.
"Baiklah Tuan Nick Saya permisi dulu."
"Ok. Terima kasih Tuan Jack!"
Nick bersalaman dengan kliennya yang berasal dari Singapura sebelum berpisah.
"Boss bukankah itu Bu Kanaya? Loh itu seperti Ustadz Salman?" Gusti yang tak terlalu jelas melihat pria dengan stelan kantoran dengan wajah mirip Ustadz Salman.
Nick melihat kearah dimana posisi keduanya terlihat seakan sedang hanya berdua karena Iman dan Dira terhalang partisi ruangan tersebut.
"Sama saja kelakuannya! Ustadz macam apa mengajak perempuan bertemu berdua!" Nick dengan kesal menggerutu dan tentu terdengar oleh Gusti.
"Ayo Boss, kita datangi mereka!"
Gusti tahu Boss nya mode marah namun ia ingin agar semua jelas tak ada prasangka dan berakhir si Boss mood nya jelek dan berimbas padanya.
"Hei!"
Sia-sia Nick tak bisa menghentikan langkah Gusti yang sudah lebih dulu menyapa keduanya.
"Malam Ustadz Salman. Malam Bu Kanaya. Senang berjumpa lagi. Kebetulan ada Boss Nick juga disini. Boss kemari."
Tentu saja kehadiran Nick membuat Kanaya dan Dira, serta Iman dan Ustadz Salman menyambut nya.
"Assalamualaikum Tuan Nicholas. Senang bertemu Anda. Mari bergabung." Sapa Ustadz Salman ramah tersenyum.
"Boss." Sapa Kanaya dan Dira bersamaan.
Nick yang melihat ternyata Kanaya dan Ustadz Salman tidak hanya berdua namun berempat entah mengapa ia tersenyum sebentar.
"Boss, ayo duduk." Gusti menangkap segaris senyuman di bibir Nick segera mengarahkan posisi duduk Boss nya.
"Tuan Nick, Saya terima kasih atas kepercayaan NBC telah mempercayakan program tausyiah kepada Saya. Insha Allah Saya akan memenuhi keinginan pemirsa untuk hadir 2 kali seminggu dalam program tersebut." Ustadz Salman membuka pembicaraan.
"Kenapa dia begitu keren dengan style kantoran seperti ini? Pantas saja wanita menggilainya. Ustadz sekaligus pebisnis ini sungguh meresahkan!" Gumam batin Nick.
"Boss," Gusti menyenggol lengan Nick agar sadar dari lamunannya.
"Oh iya." Nick terlihat gelagapan tak sadar ia terbawa lamunannya.
"Tuan Nick patut bangga memiliki pegawai seperti Mbak Kanaya yang begitu profesional dalam bekerja. Terima kasih ya Mbak Kanaya sudah repot mengatur segala sesuatunya." Senyuman Ustadz Salman menular pada lawan bicaranya Kanaya.
"Sama-sama Ustadz. Saya justru berterima kasih Ustadz bersedia menambah jadwal tausyiah dan memenuhi permintaan pemirsa NBC." Senyuman Kanaya dan tatapan saling pandang keduanya membuat Nick berdehem tak nyaman.
"Apa apaan mereka saling melempar senyum begitu. Ini lagi Kanaya dia senyum begitu sama tuh Ustadz! Padahal kalau dengan ku datar-datar saja tuh muka!" Batin Nick mengumpat kesal.
"Ehem! Apa kita tidak makan malam sebaiknya. Kita rayakan kerjasama kita ini. Silahkan Ustadz mau pesan apa?" Nich dengan gaya Boss nya.
"Saya sudah makan Tuan Nick. Silahkan Tuan makan malam. Tuan Nick pasti sibuk tentunya." Ustadz Salman menawarkan.
"Saya tadi sudah makan bersama klien. Kalau begitu Saya pamit duluan. Sampai bertemu lagi Ustadz Salman. Semoga kerjasama kita berjalan lancar."
Nick bangkit dan menyalami Ustadz Salman sebelum pergi.
"Aamiin." Ustadz Salman mengaminkan dan membalas jabat tangan Nick.
"Saya permisi. Selamat malam." Nick memberi tanda sebentar lagi akan pergi.
"Assalamualaikum." Ustadz Salman memulai dengan ucapan salamnya.
"Waalaikumsalam." Nick dengan sedikit terbata menjawab salam.
Kanaya menatap kepergian Big Boss nya dengan tatapan panjang.
Seakan Kanaya melihat kemarahan dimata Nick selama obrolan berlangsung.
Namun Kanaya tak paham akan tatapan tajam Nick padanya.
"Ah memang Si Boss galak kan biasanya!" Batin Kanaya.
Sementara dalam mobil yang dikemudikan Gusti, Nick memasang wajah angker dan tentu Gusti sebagai satu-satunya yang ada disana tahu betul bahwa si Boss sedang mood buruk alias bete maksimal.
Memilih membiarkan agar aman dan nyaman melanjutkan mengemudi dengan lancar dan selamat.