JANDA SHOLEHAH JODOH CEO DUDA AROGAN
"Honey, Aku titip Caca ya, Aku pergi dulu. Kamu jangan bersedih, kelak carilah Bunda untuk Caca putri kita." wajah pias seorang wanita cantik perlahan menutup mata.
"Tidak Sayang, jangan tinggalkan Aku. Caca putri kita membutuhkanmu."
Bayangan Aurel perlahan menjauh, memudar dan menghilang bersama seberkas cahaya yang turut lenyap seketika.
"AUREL!"
Nick terbangun dari mimpinya dengan nafas tersengal seolah mimpi yang baru saja ia alami seperti nyata.
Nick menyugar rambutnya kasar. Ada kerinduan yang mendalam pada Aurel mendiang istrinya yang telah beristirahat dengan tenang di syurga.
Peluh bercucuran membasahi piyama yang ia gunakan seolah betapa keras usaha Nick meredam cinta yang masih bertahta dihati untuk Aurelia Titania cinta pertama sekaligus istri tercinta.
Setiap malam Nick selalu memimpikan Aurel.
Wanita hingga kini masih menempati ruang hati Nick.
"Mengapa Kamu pergi meninggalkan Kami Aurel! Kamu meninggalkanku dan putri kita!" mencabik rambut seakan masih terasa menyesakkan terbayang kali terakhir netra indah Aurel sebelum terpejam selamanya.
Nick masih merasakan kesedihan yang teramat dalam meski 7 tahun telah berlalu sejak kepergian Aurelia Titania, istri tercintanya, wanita yang melahirkan buah cinta mereka seorang putri cantik bernama Clarisa Aurora Bryan yang kini telah berusia 7 tahun.
Nick beranjak dari ranjang besarnya langkahnya berjalan menuntun Ia ke kamar sang putri.
Nick membuka perlahan pintu kamar Clarisa yang biasa dipanggil Caca.
Nick berjalan perlahan agar tidak mengganggu tidur nyenyak putri yang terlihat cantik persis dengan mendingan Mommy Aurel.
"Aurel, Kamu lihat kan putri kita cantik seperti Kamu. Mengapa kamu tega Sayang meninggalkan kami?"
Perlahan Nick mengusap lembut kepala putrinya hingga tak terasa airmata membasahi pipi Nich.
Caca tampak menggeliat seakan terganggu. Meski masih tetap lelap terpejam.
Nick menghentikan usapannya pada Caca. Memandangi penuh kasih sayang.
"Sayangnya Daddy, Kamu satu-satunya yang Daddy miliki, Kita akan baik-baik saja Sayang. Dad janji akan selalu menemanimu dan mendampingimu hingga nanti dan kelak suatu saat kamu menikah."
Nick menutup pelan pintu kamar Caca kembali ke kamarnya.
Tentu saja tiap malam Nick selalu bermimpi mendiang istrinya dan tentu saja ia tak kembali tidur karena seakan kantuk hilang.
Padahal setiap hari Nick sibuk di kantor dan sering pulang malam.
Ibunya saja sering mengeluh akan kesibukan Nick.
"Nick, kau mau sampai kapan melajang huh? Kasihan Caca, ia butuh sosok seorang Ibu. Mom tahu kamu masih mencintai Aurel, tapi tolong pikirkan Caca, ia ingin memiliki Ibu!" Omel Mom Marisa pada putra satu-satunya yang keras kepala dan dingin sejak kematian sang istri.
"Aurel akan tetap menjadi Mommy Caca Mom sampai kapanpun! Jadi berhenti Mom mengatakan Caca perlu Ibu! Tolong Mom beritahu Caca bahwa berhenti meminta Nick menikah lagi, karena hanya Aurel satu-satunya yang akan menjadi Ibu untuk Caca!" Nich meninggalkan Mom Marisa yang menatap pilu padanya.
Marisa Iriana, wanita paruh baya berusia senja, Ibu sekaligus Nenek bagi Nick dan Caca hanya bisa menghela nafas panjang. Ia tahu cinta Nick pada Aurel menantunya begitu besar.
Marisa juga sangat menyayangi Aurel saat menjadi menantunya bahkan Marisa menganggap Aurel layaknya putrinya sendiri.
Kecantikan alami Aurel meski tanpa polesan make up, pribadi lembut Aurel, sopan santun, ramah, perhatian, berbakti sebagai menantu dan istri tidak bisa Marisa pungkiri bahwa Aurelia wanita yang baik dan istri yang sempurna bagi Nick putranya.
"Morning Oma!" Caca dengan pakaian seragam sekolahnya sudah duduk di meja makan menyapa Oma Marisa yang sudah duduk menunggu anak dan cucunya sarapan bersama.
"Morning Sayang. Morning Mom!" Nick baru saja turun siap dengan stelan jasnya bergabung bersama Mom Marisa dan Caca sambil mengusap dan mengecup pucuk kepala sang putri tercinta.
"Daddy hari ini mengantar Caca ke sekolah kan?" Caca menatap Nick dengan tatapan penuh harap.
"Maafkan Dad Sayang, hari ini Dad ada meeting. Kamu diantar Oma ya." Nick mengusap kepala putrinya memandang wajah cantik Caca yang mirip Aurel mendiang sang istri.
Tampak raut sedih di wajah Caca mendengar jawaban sang Daddy pada dirinya.
"Sayang, nanti Oma yang antar ya, mau kan?" Marisa membujuk cucu tercintanya yang terlihat murung.
"Baik Oma. Dad, Caca kangen Mommy! Minggu ini kita ke makam Mommy ya Dad!" Caca menatap Nich dengan tatapan tidak ingin mendapat penolakan.
"Iya Sayang. Minggu ini kita ke makam Mommy." Nick tersenyum meski hatinya tercekat pilu setiap kerinduan Caca pada Aurel.
"Asik. Caca ketemu Mommy lagi!" Bagi Caca mengunjungi makam Aurel sama dengan ia bertemu Mommynya.
Marisa sedih melihat anak dan cucunya hidup dalam bayang kesedihan kepergian mendiang Aurel.
Dalam hati ingin rasanya melihat Nick menikah lagi dan Caca memiliki seorang Ibu yang berada disisinya dan menyayanginya dengan tulus.
"Sayang, Daddy berangkat dulu ya. Jangan nakal di sekolah. Belajar yang pintar. Oke?" Nick dengan segala kesibukannya tetap selalu meluangkan waktunya bagi putri tercintanya walau sekedar dengan belaian sayang dan perhatian karena ia sendiri banyak larut dalam pekerjaan.
"Daddy jangan lupa makan ya, terus Daddy juga harus istirahat. Nanti kalau Daddy sakit Caca sedih. Caca janji tidak akan nakal dan jadi anak pintar." Caca mencium tangan Nick di balas dengan pelukan hangat dan kecupan di pucuk kepalanya oleh Sang Daddy.
Senyuman putrinya menjadi penyemangat Nick setiap hari.
"Aurel putri kita sudah besar. Cantik sepertimu. Ia pun kini semakin ceriwis." Batin Nick dalam hati.
Setelah berpamitan dengan Caca dan Mom Marisa, Nick berangkat menuju kantornya.
"Pagi Boss!" sapa asisten Nick.
"Hari ini apa saja jadwalku Gusti?" Nick menyandarkan punggungnya mendengarkan penjelasan Gusti asisten pribadinya.
"Boss jam 9 ada meeting dengan klien kita sampai jam 12 siang kemudian," Gusti asisten Nick membacakan jadwal Nick selama seharian yang tentu saja padat merayap layaknya Jalan Sudirman dan Bundaran HI.
Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Perusahaan Nick juga memiliki saluran media online terbesar, Masuk dalam Jajaran Konglomerat di Indonesia. Pembawaannya Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Tak sekalipun dekat dengan wanita pasca kepergian mendiang istri tercinta 7 tahun silam.
Dengan paras tampan nan rupawan, berdarah blasteran, badan athletis bak model, tinggi 190 cm, kaya raya, tajir melintir, memiliki segudang prestasi dalam bidang media, karir cemerlang dan masuk dalam 10 TOP pengusaha muda berpengaruh yang masuk dalam majalah Forbes membuat siapapun wanita yang menginginkan Nick sebagai pendamping sekaligus istri pria mapan dan rupawan itu.
Tapi itu semua tidak berlaku bagi Nick.
Kepergian Aurelia wanita yang ia sayang, istri tercinta, ibu dari putri kecilnya tak membuat Nick mudah membuka hatinya yang seakan tertutup, tak tersentuh meski banyak wanita cantik, seksi, berasal dari keluarga kaya dan terpandang yang bersedia menjadi istri atau bahkan ada yang rela dengan murahnya menawarkan diri sekedar penghangat ranjang sang hot duda high quality seperti Nick.
"Senang akhirnya perusahaan kami bisa bekerjasama dengan pengusaha muda sepertimu Nick!"
"Tuan David terlalu memuji. Semoga kerjasama kita bisa bermanfaat, sukses dan berjalan lancar bagi kita semua."
Nick menjabat tangan Tuan David, pria paruh baya yang terkenal di kalangan dunia bisnis sebagai sosok berpengaruh dan disegani.
"Apakah kamu sudah menikah lagi Nick?"
"Saat ini Saya fokus pada perkembangan perusahaan dan membesarkan putri Saya Tuan David."
Selalu saja Nick memberikan penolakan halus kala orang lain berusaha membicarakan soal pernikahan dan jodoh.
"Tapi apa kamu tidak ada keinginan menikah lagi? Bukankah putrimu juga butuh sosok seorang ibu?"
"Jika ada yang Tuan David kedepannya perlukan bisa langsung menghubungi Saya atau bisa Tuan mengutus asisten Tuan kesini." Nick mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah kalau begitu, aku permisi. Oh ya, apakah besok malam kau bisa meluangkan waktu? Aku mengundangmu dan putrimu untuk makan malam bersamaku merayakan kerjasama kita?" Tuan David mengajak Nick.
"Saya usahakan untuk memenuhi undangan Anda Tuan."
"Aku menunggu dan Aku harapkan kedatanganmu bersama putrimu."
"Hati-hati di jalan Tuan."
"Baiklah, aku permisi."
Selepas kepergian rekan bisnisnya Nick berada di dalam ruang kerjanya.
Entah apa yang ada dipikiran Nick, memandangi ruas jalan protokol ibukota yang tampak padat oleh kendaraan lalu lalang dari ketinggian lantai ke 25, dibalik kaca besar dalam ruang kerjanya menjadi kesenangan Nick melepas penat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ratna Suminar
bahus
2023-11-07
1
🌹🪴eiv🪴🌹
aku disini 🤗
2023-07-13
2
🌈Rainbow🪂
mampir
2023-07-07
1