Hidden Rich Man

“Duduk dulu, aku akan mengambilkan kompres untuk lukamu dan kotak obat.” Felly menuntun Danesh agar duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

Felly masuk lagi ke dalam rumah. Ia melewati sepasang suami istri yang tak terlihat mesra sedikitpun. Meskipun Fenny tiduran dengan paha Erland sebagai bantalnya, tapi Erland terlihat tak menikmati hal itu.

Fenny bangkit dari tidurannya saat melihat Felly lewat. “Fel, kenapa Danesh keluar dari ruangan Papa terus bonyok?”

“Kepo!” Felly tak ingin memberitahukan pada Fenny. Saudara kembarnya itu selalu saja ingin tahu. Felly berlalu pergi meninggalkan Fenny yang menggerutu.

“Dih, jangan panggil aku Fenny jika tak bisa mendapatkan informasi yang aku inginkan.” Jiwa keingintahuannya sangat tinggi. Ia pun berpamitan dengan Erland dan meninggalkan suaminya sendiri untuk ke belakang sebentar. Padahal ia mendatangi Danesh di kolam renang.

“Ehem ... hi.” Fenny langsung duduk di samping Danesh.

Masih dengan ekspresinya yang sangat minim, Danesh menoleh. “Ya?”

Uw ... dingin sekali, sepertinya menantang jika bisa ditikung lagi. Gumam Fenny dalam hati.

“Boleh aku bertanya?”

“Hm ....”

Ah ... tak kuat aku dengan ketampanannya, babak belur saja masih mempesona. Lagi-lagi Fenny berucap di dalam hatinya saat Danesh menatapnya.

“Kenapa wajahmu menjadi seperti itu? Apa Papaku yang melakukannya?” tanya Fenny.

“Ya.”

Aduh ... susah sekali berbicara dengannya. Jawabannya singkat terus. Gumam Fenny di hatinya.

“Kenapa bisa?”

“Karena aku hanya seorang pelayan disalah satu hotel milik Excelent Group,” jelas Danesh.

Fenny menganga lebar. Ia sungguh tercengang mendengarnya. Pria bule? Setampan itu hanya seorang pelayan? Bercanda!

“Kau serius?”

“Ya, untuk apa aku berbohong.”

Iya juga, mana mungkin Papa Rey membuat anak orang babak belur jika tak ada sesuatu yang tak disukai. Fenny percaya dengan apa yang dikatakan oleh Danesh.

Fenny mencibir. Ia tak jadi menikung Felly. Erland masih jauh di atas Danesh. Erland salah satu anggota orang-orang terpandang dan pebisnis sukses di negaranya, sedangkan Danesh hanya seorang pelayan rendahan. Mana sudi dirinya.

“Dih ... ternyata kau miskin. Tampan sih, tapi tak bisa menjamin hidup enak. Aku sih tak akan mau dengan pria sepertimu,” hina Fenny dengan berdiri angkuh di depan Danesh.

“Memangnya aku mau denganmu? Bahkan aku tak sudi memiliki wanita seperti dirimu, jika aku kaya.” Uh ... kata-kata yang dilontarkan Danesh begitu menusuk hati Fenny.

“Miskin, belagu! Awas aja kau, tak akan ku biarkan hidupmu enak!” Fenny menghentakkan kakinya sebal. Ia pun melenggang masuk ke dalam rumah utama dengan wajah yang cemberut. Ia akan menceritakan pada suaminya agar dibela oleh Erland. Enak saja ia dibuat kesal.

Fenny menghempaskan tubuhnya dengan kasar di samping Erland. Membuat Erland yang sedang asik memantau grafik saham menjadi terkejut.

“Kau itu kenapa?” tanya Erland dengan sebal. Istrinya itu sungguh berbeda dengan Felly yang lembut. Ia sebenarnya menyesal bisa terjebak dalam pernikahan bersama saudara kembar wanita yang dicintainya.

“Aku sebal dengan Danesh. Dia membuatku kesal.” Kakinya ia hentakkan di lantai hingga menimbulkan suara.

“Danesh? Kau menemuinya? Bukankah kau izin untuk ke belakang?” Tatapan Erland sudah tak bersahabat.

Fenny menelan salivanya saat tersadar dengan apa yang ia ucapkan. “Ma-maksudku, tadi aku tak sengaja bertemu dengan Danesh dan dia membuatku sebal,” alasannya tak bisa masuk di akal Erland.

...........

Jangan lupa:

1. Like

2. Komen

3. Hadiah

4. Follow akunku

5. Follow instagram aku: heynukha