Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Kenapa Sesakit ini?
"Permisi," ujar pelayang setelah meletakkan pesanan Arhand dan Maira.
"Terima kasih, Mas," ujar Maira lembut di selingi senyum manisnya.
"Sama-sama," ujar pelayannya, kemudian baru dia mundur dan berbalik kembali ke belakang.
"Kenapa kamu selalu mengucapkan terima kasih?" tanya Arhand menatap istrinya.
Maira menatap suaminya dengan kening berkerut. "Memangnya kenapa, Mas?, Kan Mas pelayangnya sudah melayani kita," ujar Maira.
"Itukan memang tugas mereka," ujar Arhand lagi.
Dari nada suara Arhand bisa di tebak jika Arhand sedang cemburu pada pelayang laki-laki itu. ( Ar, Ar, gitu aja kok cemburu ).
"Iya sih, tapi tetap kita harus berterima kasih pada orang yang membantu kita," ujar Maira dengan santai, karena masih belum menyadari kecemburuan suaminya itu.
"Mereka tidak membantu, mereka bekerja," ujar Arhand semakin bete.
"Sama saja, Mas," ujar Maira, masih belum peka dengan sikap suaminya.
"Beda."
"Sama, Mas."
"Beda."
Maira memejamkan matanya. "Yah Allah, terserah Mas Arhand sajalah," ujar mengalah.
"Kok terserah aku?" tanya Arhand dengan menatap istrinya.
Maira menatap suaminya dengan memelas. "Lalu aku harus apa, Mas?" tanya Maira menatap suaminya yang bersikap aneh.
"Gak ada," ujar Arhand dengan judes.
Melihat sikap Arhand yang tak biasa, Maira merasakan dagunya seakan runtuh. "Lah?" ujarnya.
"Sudah ayo makan saja," ujar Arhand kembali, dan memakan makannya dengan kesal bahkan sendok dan piring berbunyi seakan ingin di pecahkan.
POV Author: "Yah'elah kulkasnya sepertinya lupa di colok nih, makanya banyak bicara😂😁."
......................
"Pa," panggil Ny. Nadia pada suaminya yang sedang fokus membaca majalah.
"Huem," sahut Tuan Dirga.
"Mama kan punya seorang teman, dan dia berniat menjodohkan putrinya dan putra kita," ujar Ny. Nadia.
Tuan Dirga menutup majalahnya. "Azlan?" tanya Tuan Dirga menatap istrinya.
"Iya, siapa lagi. Memangnya kita punya putra berapa. Atau Papa punya putra lain dari wanita lain? atau putra dari janda kembang gatel itu, Iya?" ujar Ny. Nadia menatap tajam suaminya.
"Apa sih, Ma. Gak mungkin lah. Mama ada-ada aja. Tapi kalau Mama ngizinin boleh juga tuh," ujar Tuan Dirga dengan diakhir kalimatnya ia sengaja menggoda istrinya.
"Papa!😤," ujarnya dengan tegas dengan tatapan bak elang yang siap menerkam mangsanya.
Tawa Tuan Dirga pecah, melihat ekspresi wajah istrinya. "Hahaha ... becanda Ma," ujarnya dan berniat mengusap pipi istrinya namun tangannya langsung di tepis oleh Ny. Nadia.
"Bercandanya tidak lucu," ujar Ny. Nadia dengan judes. Wajahnya masih datar dengan tatapan tajamnya.
Tuan Dirga menelang ludahnya kasar. "Ok, ok, Papa minta maaf. Tapi katakan siapa teman Mama itu?" tanya berusaha mengalihkan pembicaraan.
Dan benar saja rencana Tuan Dirga berhasil, dan ekspresi wajah isteinya sudah kembali seperti sebelumnya. "Ny. Arsy," ujarnya kembali fokus pada pembicaraannya sebelumnya.
"Istri Tuan Blanco?" ujar Tuan Dirga.
"Iya, Papa tau?" tanya Ny. Nadia menatap suaminya.
"Iya, tau lah. Kan Perusahan Blanco dan Dirga sudah lama menjalin kerja sama," ujar Tuan Dirga.
"Jadi, tidak ada masalah donk," ujar Ny. Nadia bahagia.
"Tidak ada masalah apa?, Tuan Blanco tidak punya anak perempuan," ujar Tuan Dirga.
Ny. Nadia menatap suaminya dengan tatapan bingun. "Lah?, itu tidak mungkin, Pa, orang yang bilang ke Mama itu, Ny. Arsy sendiri kok. masa iya Ny. Arsy berbohong. Bahkan di pertemuan arisan kita nanti dia akan membawah putrinya buat di kenalin sama Mama," ujar Ny. Nadia.
"Tapi setau Papa, Tuan Blanco dan istrinya tidak punya putri, mereka hanya punya putra tunggal dan dia adalah CEO Blanco," ujar Tuan Dirga lagi, dengan yakin.
Ny. Nadia mulai terlihat berfikir dan bingung. "Masa iya sih, Pa,🤔. Atau jangan-jangan ...."
Tuan Dirga langsung menyerga ucapan istrinya. "Jangan-jangan apa?, Mama jangan berfikiran aneh-aneh deh, Tuan Balnco tidak mungkin berbuat seperti itu begitupun istrinya," ujar Tuan Blanco.
"Siapa juga yang berfikiran aneh-aneh," kesal Ny. Nadia pada suaminya.
"Lalu terus kenapa Mama cara ngomongnya seperti itu?" tanya Tuan Dirga.
"Mama tuh tadi mau bilang, Kalau mereka sebenarnya punya putri tapi di sembunyikan tidak di publis begitu, Pa. Makanya jangan potong omongan orang dulu sebelum selesai," jawab Ny. Nadia dengan kesal pada suaminya.
"Iya, iya, Ma. Papa pinta maaf. Tapi Kalau di fikir-fikir ucapan Mama bisa jadi," ujar Tuan Dirga.
......................
"Wajah kamu kenapa?" tanya Aditya pada Qesya, yang terlihat lesu.
"Kenapa memangnya wajahku?" sahut Qesya dengan sangat judes, membuat Aditya sedikit merasa tersinggung.
"Saya tanya dengan baik, kenapa jawabnya seperti itu?" dingin Aditya.
Qesya yang masih merasakan sesak di dadanya karena ke salah pahamannya pada hubungan Azlan dan Clarisa menjadi tak fokus.
"Hei, aku sedang bicara sama kamu. Tidak sopan banget jadi karyawan," ujar Aditya marah.
Qesya mengepalkan tangannya, menahan amarahnya. "Iya, iya, Tuan. Ada apa?" tanya Qesya menatap Aditya.
"Ada apa dengan wajahmu itu, kenapa terlihat seperti kanebo kering," tanya Aditya kembali.
Qesya yang lagi sensi, menjadi sangat emosi mendengar panggilan Aditya padanya. "Tuan, mengatakan apa?, Kanebo kering?" ujar Qesya penuh kekesalan menatap Aditya.
"Iya," sahut Aditya cuek.
Qesya ingin marah, tapi jika ia marah mungkin saja nilai kampusnya akan anjlok. "Auh ah," ujarnya memilih tak menanggapi sang atasan.
......................
"Kak," panggil Azlan.
Clarisa tersadar dari lamunannya. "Hu?"
"Kak Clarisa kenapa?, Dari tadi bengong terus?" tanya Azlan lagi.
Clarisa mengelengkan kepalanya. "Tidak ada. Kamu sudah pesan makananya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan Azlan padanya.
"Sudah. Tapi Kak Clarisa kenapa?, cerita sama aku jika ada yang menganggu fikiran Kak Clarisa," ujar Azlan tetap ingin tau apa yang menganggu fikiran kakaknya, karena Azlan yakin ada sesuatu yanh menganggu fikiran Kakanya.
"Benaran tidak ada apa-apa," ujar Clarisa, belum bisa menceritakan perasaannya pada Adiknya.
'Huem, baiklah. Tapi jika ada sesuatu Kak Clarisa harus berjanji akan menceritakannya padaku," ujar Azlan.
"Huem, iya. Kakak berjanji," ujar Clarisa, lalu memakan makannya.
"Aku yakin, ada sesuatu yang menganggu fikiran Kak Clarisa, tapi apa?" batin Azlan menatap Kakaknya yang tak bersemangat sehabis dari rapat.
......................
"Kamu mau ke sana?" tanya Arhand karena melihat Maira yang tak bisa melepas pandangannya dari ombak laut pantai.
"Apa boleh?" tanya balik Maira menatap suaminya.
"Huem. Berdirilah kita akan ke sana," ujar Arhand bangkit dari duduknya.
"Tapi-"
"Sudah tidak usah tapi-tapian. Cepatan berdiri," ujar Arhand mengulurkan tangannya.
Maira menerima uluran tangannya suaminya, bangkit dari kursi lalu mereka berjalan dan bergandengan tangan menuju pantai.
Sampai di bibir pantai, Maira melepas gengaman tangannya dan berlari masuk kedalam Aira. "Waoh ..." ujarnya dengan mata berbinar menatap hamparan pantai.
Maira merenatngkan tangannya menerima herpaan angin laut. Suasana begitu sejuk dan nyaman dengan langit mendung. "Ueeemmm ...."
"Mas?" ujarnya berbalik saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya.
Arhand menundukkan kepalanya menatap mata istrinya. ""Kenapa?"
Maira mengelengkan kepalanya. "Tidak," ujarnya tersenyum.
Cup.
"Kamu suka?" tanya Arhand.
Maira menganggukan kepalanya menatap hambaran laut. " Suka banget."
"Gimana kalau nanti kita ke pantai raja ampat, kamu mau?" tanya Arhand menundukkan kepalanya menatap istrinya yang ia dekap sekarang.
"Mau, Mas," balas Maira dengan mendongakkan kepalanya.
"Baiklah. Kita akan pergi setelah tamu kamu sudah pulang. Sehingga kita bisa membuat cucu untuk Mama," ujar Arhand tanpa filter.
Pipi Maira kembali memerah karena ucapan suaminya yang terlalu los. "Mas," rengek manja Maira.
Mereka menikmati pemandangan laut, bahkan awan yang mendung seakan mendukung kemesraan keduanya.
"Kenapa ini sangat sakit," ujar Azlan yang ternyata melihat kebersamaan Arhand dan Maira.
...#continue .......
...Haii, Readers jangan lupa:...
...Vote. ...
...Like. ...
...Comments. ...
...Favorite. ...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya