Suamiku Bukan Untukku
"Mas, sarapannya sudah siap," ujar seorang wanita cantik, dengan bola matanya yang coklat, senyum di bibir ranumnya, wajah yang selalu terlihat berseri, sesuai namanya Khumaira.
Pria yang di panggilnya yang merupakan suaminya, Arhand Blanco putra tunggal Tuan Antonio Blanco, tak menghiraukannya sama sekali. Arhand terus berjalan mendekati pintu, namun pada saat Arhand akan masuk kedalam mobilnya, dari belakang tangannya di cekal seseorang.
"Tunggu, Mas," ujar Khumaira, memegang tangan suaminya, menghentikannya masuk ke dalam mobil.
Arhand menatap tangan Khumaira yang memegang tangannya dengan tatapan datar, lalu berganti menatap dirinya, Khumaira yang mengerti tatapan mata suaminya, dengan segera melepas cekalan tangannya, dan menundukkan kepalanya. "Maaf."
Yah hanya saat kata itu yang keluar dari mulut manis Khumaira, melihat hal itu Arhand kembali ingin masuk kedalam mobilnya, namun kembali di hentikan oleh Maira.
Dengan kesal Arhand berbalik. "Katakan!" ujar Arhand tegas dan datar.
Khumaira yang mendengar ucapan suaminya yang selalu dingin dan datar padanya membuatnya takut dan tak berani menatap matanya. "Ak-aku, ak-aku ..." ujarnya terbata- bata, yang selalu membuat Arhand emosi dan kesal.
"Aku apa!, cepat katakan ada apa?!, kamu membuatku terlambat," ujar Arhand kesal menatap istrinya itu.
"Maaf."
Lagi dan lagi hanya kata maaf yang keluar dari mulut Maira, dan kata itu juga yang selalu membuat Arhand kesal dan emosi. Arhand yang sudah sangat terlambat datang ke kantor berbalik dan ingin naik kedalam mobil.
"Mas," panggil Maira menahan pintu yang akan di tutup.
Arhand menatap tajam istrinya yang sedari tadi menahan dirinya dan tidak membiarkannya pergi, Maira yang mendapat tatapan tajam seperti itu menundukkan kepalanya, takut menatap mata sang suami.
"Tutup pintunya," ujarnya pada anak buahnya.
"Papa dan Mama akan mampir ke sini," ujar Maira dengan cepat.
Seketika Arhand mengangkat tangannya, membuat anak buahnya tak menjadi menutup pintunya. Arhand menatap istrinya dengan tajam. "Mama sama Papa?, Ngapain?" tanyanya.
Maira menggelengkan kepalanya. "Ak-aku tid-tidak tau, Mas," ujarnya terbata-bata.
"Apa lagi yang kamu tunggu, masuk dan jalankan mobilnya," sargasnya pada anak buahnya, tak menjawab lagi ucapan istrinya.
"Baik, Tuan."
Anak buahnya itu langsung menutup pintu, dan sedikit membungkukkan badan pada istri tuannya, sebelum masuk kedalam mobil.
"Permisi, Nyonya."
Maira tersenyum lembut pada supir suaminya, dan mengangukkan kepalanya.
Khumaira kembali masuk kedalam rumah, setelah mobil suaminya menghilang di balik pintu gerbang.
"Maaf, Nyonya, apa kita jadi belanja," ujar seorang Maid, paruh bayah. Dia adalah kepala Maid di rumah itu.
Seketika wajah Maira berubah, ia menepuk dahinya sendiri. "Oh, Astaga."
"Kenapa, Nya?" tanya Maid itu khawatir.
"Aku lupa izin pada, Tuan," ujar Maira lesu, dengan bibirnya mengecerut.
Maid terlihat bernapas lega, dan sedikit terkekeh melihat Nyonya itu, yang sangat manis menurutnya. "Oh, saya kira Anda kenapa, Nya," ujarnya.
"Kalau gitu biar, saya saja yang pergi belanja, Anda cukup menyebutkan daftar belanjaan barangnya. Nanti saya akan belikan," ujar Maid itu lagi.
Maira mengelengkan kepalanya cepat. "Tidak, Maid. Aku ingin pergi belanja karena Mama akan datang, dan aku ingin belanja dan masak untuknya sendiri," ujarnya.
"Lalu bagaimana, Nya?, Tuan sudah berangkat," ujar Maid itu lagi.
"Itu, dia," sahut Maira kembali lesu.
"Bagaimana kalau Anda menelpon, Tuan, saja, Nya," usul Maid itu, memberikan ide.
"Tapi aku tidak punya nomornya ... ( jawabnya tambah lesu.) Atau apa Maid, punya nomor Tuan?" tanya Maira girang, penuh harap.
Maid itu mengusap tengkuk lehernya, dan cengengesan. "Heheheh ... maaf, Nya, Maid juga tidak punya nomor, Tuan," ujarnya, yang membuat Maira kembali lesu.
"Yahhhh ... " ujar Maira duduk di kursi makan.
"Tapi ada satu orang yang punya nomor, Tuan, Nya," ujar Maid cepat, yang mana membuat Maira kembali duduk menegak.
"Siapa?" tanya Maira penuh semangat.
"Asisten, Tuan, Nya. Tuan Aditya. Bukankah Nyonya punya nomor, Tuan Aditya," ujar Maid.
"Iya, yah ... kenapa aku tidak ke pikiran," celetuk Maira yang membuat Maid gemes melihatnya.
"Baiklah aku akan telpon, Aditya, dan meminta nomornya. Terima kasih Maid," ujar Maira dan berlalu dari sana, masuk kedalam kamarnya mengambil ponselnya.
................
"Tuan, Nyonya Khumaira menelpon," ujar Aditya pada Arhand yang berada di dekatnya.
"Angkat saja," sahut Arhand datar, sembari terus memeriksa file meeting hari ini.
"Hallo, Nyonya," jawab Aditya.
"Hallo, Aditya," ujar Maira di seberang telpon.
"Ya, Nya. Apa ada sesuatu?" tanya Aditya dengan sopan.
"Aku mau minta nomornya, apa boleh?" ujar Maira lagi.
Aditya mengerutkan keningnya. "Maaf, Nya, tapi nomor siapa?" tanya Aditya karena tak tau nomor siapa yang di minta oleh Nyonyanya.
"Nomor, Tuanmu," ujar Maira.
"Nomor, Tuan Arhand," ujar Aditya menatap Arhand yang sama sekali tidak mengalihkan pandanganya dari filenya.
"Iya," sahut Maira di seberang sana, menunggu jawaban.
"Tuan bagaimana?, Apa aku kasih nomor Anda pada, Nyonya?" tanya Aditya hati-hati.
Arhand menutup filenya dan menyambar ponsel milik Aditya. "Ada apa?, Kenapa kamu mengingingkan nomor ku," ujarnya dingin, seperti biasa.
Maira di seberang sana tersentak kaget, mendengar suara dingin suaminya. "It-itu," ujarnya gugup.
"Itu apa, bicara yang jelas seperti saat kamu bicara pada Aditya," ujar Arhand dingin.
Aditya yang di sebut namanya, menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap tatapan horor sang Tuan.
"Maaf," ujar Maira kembali meminta maaf.
"Apa kamu tidak bisa berkata yang lain selain maaf?, membuat aku kesal saja," ujar Arhand kesal, mendengar istrinya selalu saja meminta maaf sepanjang waktu.
Maira, terdiam beberapa waktu, hingga ia kembali berucap. "Ak-aku ingin izin keluar," ujarnya susah payah.
Arhand mengerutkan keningnya mendengar ucapan istrihya, tak biasanya ia suka keluar rumah. "Keluar kemana?" tanya Arhand datar.
"Be-belanja," ujar Maira terbata.
"Suruh Maid saja, kamu tidak usah keluar. Atau Aditya akan meminta desainer datang ke rumah, dan kamu pilih yang kamu inginkan," ujar Arhand dingin.
"Tapi- " ujar Maira melayang begitu saja saat mendengar nada marah suaminya.
"Aku tidak suka mengulang ucapanku," ujar Arhand tak suka bantahan.
"Maaf," ujar Maira.
Sedangkan Arhand yang kesal mendengar permintaan maaf istrinya terus langsung memutus telponnya, dan kembali memberikan ponsel Aditya.
"Untung kamu tidak di lempar," ujar batin Aditya menatap ponselnya.
Tak lama ponsel Aditya kembali berdering, dengan nama Nyonya muda Antonio.
Drrrttt ...
"Maaf, Tuan Nyonya menelpon lagi," ujar Aditya memperlihat layar ponselnya pada Arhand.
Arhand mengambil ponsel Aditya dan menjawab panggilan istrinya. "Ada apa?" ujarnya seperti biasa, dingin dan datar.
Maira kembali gugup, dan berucap dengan terbata-bata. "Itu, itu aku ... aku ..." ujarnya terpotong saat Arhand langsung menyerga ucapannya.
"Sudah ku katakan tidak, jadi Tida-" ujar Arhand terpotong juga oleh sang istri.
"Aku mau belanja bahan dapur, buat masak untuk Mama dan Papa nanti," ujar Maira dengan sekali tarikan napas.
Hal itu membuat Aditya yang mendengar menahan senyumnya, sedangkan Arhand sedikit terkejut namun dengan cepat ia mengembalikan ekspresinya itu, lalu menatap tajam sang Asisten yang menahan tawanya.
"Maaf. Ta-tapi ak-aku mohon izinkan aku," ujar Maira gugup, memohon pada Arhand untuk mengizinkannya pergi.
"Bawah beberapa bodyguard," ujar Arhand dingin.
"Tapi- " ujar Maira ingin protes namun tak jadi mendengar ucapan suaminya lagi.
"Jika kamu tak ingin, tidak perlu keluar," ujar Arhand setelah itu ia menutup telponnya.
Tut.
Maira, memandangi ponselnya, yang mana membuat Maid merasa khawatir dan gugup.
"Bagaimana, Nya?" tanya kepala pelayang hati-hati.
Senyum di bibir Maira terbit. "Dia mengizinkan ( ujarnya kesenangan.), tapi kita harus membawa bodyguard," ujar kembali lesu.
"Tidak apa, Nya, itukan demi keselamatan, Nyonya," ujar kepala Maid menghibur Nyonyanya.
Maira menganggukan kepalanya dengan pasrah, sedangkan Maid tersenyum melihat tingkah Nyonyanya. "Ayo, Nya," ajak Maid pada Maira.
"Tunggu sebentar aku ambil tas dulu," ujar Maira dan berlalu dari sana naik ke lantai atas.
Maid hanya tersenyum, melihat Nyonya mudanya berlari ke senangan menaiki tangga.
......................
"Hallo, Mam," ujar Arhand mengangkat telpon Mamanya.
"Hallo, Son. Apa kamu lagi sibuk?" tanya seorang wanita yang di panggil Mama, oleh Arhand, di seberang telpon.
"Iya. Ini sebentar lagi Arhand akan meeting," ujar Arhand datar.
"Oiya, ya sudah. Mama hanya ingin memberitahukan kalau Mama dan Papa akan tinggal di mension kamu dalam waktu yang tak di tentukan," ujar Mamanya.
"Apa jika Arhand menolak, Mama sama Papa tidak akan melakukannya?" tanya Arhand.
"Iya, itu sudah pasti Tidaklah. Iya gak, Pa?" ujarnya dan terdengar bertanya pada seseorang yang ada di sebelahnya.
"Iya, Ma," ujar seorang pria.
"Terserah kalian sajalah. Sudah dulu yah, Ma, Arhand mau meeting," ujar Arhand malas meladeni orang tuanya.
"Baiklah, Son," ujar sang Mama, dan panggilan telpon pun terputus.
...#continue ...👉👉👉💜...
...Selamat membaca, semoga suka 😊😊....
...Jangan lupa dukungannya, Like, dan Vote nya, Readers....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
ᴋ︪︩ᴇᷟᴏᷤɴ͠ɢ࿐
kerennn
2024-08-27
0
Nuhume
bagus, nmornya gk usah di save
2023-04-09
0
Nuhume
galak amat jd suami😒😒
2023-04-09
0