"Anda yakin Mrs. Aquielo?"
"Jangan asal mengubah nama ku seenakmu, aku masih seorang Rainer asal kau tahu saja."
"Ya untuk sekarang kau mang masih seorang Rainer, tapi sebentar lagi kau akan segera mengganti nama belakangmu itu dengan nama keluargaku."
"Seperti aku mau saja dengan dirimu."
"Oh apa kau lupa yang aku katakan dipesawat kemarin Ms. Rainer."
Viona hanya dapat terdiam tentu ia tidak lupa dengan ancaman pria gila ini kemarin. Dan sialnya kalau semua yang dikatakan nya benar adanya maka tidak ada jalan lain lagi bagi Viona untuk menolak semua keinginan pria itu.
Itu buruk....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panda Merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
DOR....
Tanpa disangka-sangka tiba-tiba ada sebuah peluru yang ditembakan kearah mereka, namun dengan cepat pria itu merengkuh tubuh mungil Viona kedalam dekapannya lalu membawa gadis itu berlindung dibalik pohon besar yang berada tidak jauh dari mereka.
"Sial... Rupanya mereka masih ada yang tersisa!" gerutu pria itu tampak marah.
Dan Viona yang masih terkejut hanya dapat terdiam sambil menggenggam lengan pria itu yang masih mendekapnya erat. Lalu tiba-tiba Viona merasa ada cairan hangat yang mengalir dibahunya sontak ia segera melihat dan mendapati bahu pria itu yang sedang terluka parah dengan darah yang terus mengalir dari luka itu.
Melihat hal itu tanpa sadar Viona menangis terisak, menyadari pria ini terluka karenanya. Ya Viona dapat melihat kalau peluru yang ditembakan itu awalnya menyasar kepalanya namun gagal karena pria ini yang segera mendekapnya erat tadi dan berakhir bahunya yang menerima timah panas itu.
"Sssttt.... Diamlah dasar bocah cengeng aku yakin kau tidak terluka sedikit pun tapi kau malah menangis seperti itu. Menyusahkan sekali." Gerutunya sambil terus menatap sekeliling mereka tampak waspada.
"Tapi... Bahu mu_"
DOR....
Ucapan Viona kembali terpotong saat suara ledakan senjata api kembali terdengar.
"Bahu ku baik-baik saja... Sekarang dengar ya bocah cengeng saat aku melepaskan dirimu maka kau harus segera berlari dan bersembunyi dibalik mobil hitam disana. Kalau semua sudah tampak lebih aman segera pergi dari sini secepatnya." Perintahnya yang hanya dibalas tatapan bingung oleh Viona.
"Lalu bagai mana dengan dirimu?" tanya Viona sambil menatap pria yang sedang terluka itu.
"Dasar bodoh... Tidak usah memikirkan tentang diriku yang harus kau pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar kau bisa pulang dengan selamat!" serunya terdengar kesal.
Dan beberapa detik kemudia pria itu pun mendorong tubuh Viona dan menyuruh nya segera berlari sementara dirinya kembali terlibat baku tembak dengan orang-orang tadi.
Ditengah kepanikannya Viona hanya dapat berlari mengikuti apa yang sudah pria tadi katakan, tak perlu waktu lama Viona segera sampai dibalik mobil yang dikatakan pria itu. Viona berlindung disana dengan nafas yang memburu tampak tak beraturan.
Sementara suara nyaring amunisi yang terus ditembakkan saling bersahutan...
Tak terasa air mata kembali membanjiri wajah Viona bayangan pria yang sedang terluka itu membuatnya tidak dapat menahan isak tangisnya lagi.
Apa dia akan baik-baik saja dengan bahu yang terluka seperti itu mungkin dia_ tidak Viona tidak mau berfikiran buruk sekarang, pria itu pasti bisa melindungi dirinya sendiri.
Ia bahkan melupakan perintah pria itu yang menyuruh nya untuk segera pergi dari sana disaat situasi sudah aman karena masih kalut dengan pikirannya.
Padahal sudah tidak ada lagi peluru yang terarah kesekitar tempatnya berada karena titik pertempuran itu tampaknya semakin menjauh dari tempat itu.
Setelah beberapa saat terdiam akhirnya Viona memberanikan diri untuk beranjak dari balik mobil dan berusaha mengamankan dirinya.
Namun baru beberapa langkah berlari Viona tiba-tiba dihadang oleh pria yang sudah berlumuran darah diwajahnya serta sebuah pistol revolver kaliber 38 yang ia bawa dengan tangan kirinya. Karena tangan kanannya yang tampaknya sudah terluka cukup parah.
"Mau kemana anak manis." Ucapnya sambil menyeringai kearah Viona, pria itu pun mendekat dengan langkah yang terpincang-pincang.
Dari senyumannya Viona dapat menyimpulkan kalau pria ini berbahaya dia bukan ingin melindunginya seperti pria tadi melainkan sebaliknya.
Viona bergerak mundur dengan perlahan dan tampak pria itu sangat kesal karena hal itu ia terus menyeret kaki pincang nya mendekat sambil terus meringis pelan.
Hal itu membuat Viona berpikir kalau ia dapat dengan mudah lari darinya, tapi ia kembali teringat kalau pria ini sedang memegang senjata api ditangan nya dan dia bisa saja menembaknya kapan saja.
"Ck... Menyebalkan sekali harusnya kau segera mati seperti yang lainnya bukan malah menyusahkan diriku seperti ini." Ucapnya terdengar kesal sambil mengangkat senjata api itu kearah kepala Viona, sontak hal itu membuat Viona bergetar ketakutan.
Merasa sudah tak ada harapan lagi Viona pun segera menutup matanya pasrah, namun selama beberapa saat ia tidak mendapati suara tembakan dari pria itu atau rasa sakit ditubuhnya, semua terasa baik-baik saja.
Perlahan Viona membuka matanya dan melihat pria itu masih berdiri ditempatnya tadi dengan senjata yang masih terarah kepadanya. Dan ada beberapa titik merah yang bersarang didadanya tepat dibagian jantungnya.
"Hentikan semua ini sekarang juga Criss, atau kau mau peluru dari anak buahku meledakkan jantungmu!" Seru seseorang dari arah belakang Viona, dan ternyata pria itu yang menyelamatkan dirinya tadi.
Tanpa sadar Viona menghela nafas lega sambil menatap pria itu dengan binar bahagia, seolah-olah dia benar-benar sudah terselamatkan.
"Kalau pun aku harus mati tentu itu tidak masalah.... Asalkan wanita itu ikut dengan ku!" seru pria tadi sambil melepaskan tembakan kearah Viona.
DOR....
Semuanya terasa terlalu cepat bagi Viona dia bahkan sudah tidak sadar saat tubuhnya sudah terjatuh ketanah dengan rasa sakit didadanya yang membuat ia kesusahan menarik nafas.
Sesaat Viona dapat melihat kalau pria yang menembaknya tadi juga ikut tumbang setelah dihujani peluru tepat dijantungnya yang membuat ia tewas seketika.
Dan tak lama setelah itu Viona pun kehilangan kesadarannya setelah sebelumnya ia merasakan dekapan hangat ditubuhnya serta teriakan-teriakan yang bergema disekelilingnya.
Flashback off *
Viona menggelengkan kepalanya berusaha membuang jauh-jauh ingatan buruknya tentang kejadian mengerikan yang menimpa dirinya dulu.
Perlahan Viona menyingkap piyama tidurnya dan melihat bekas luka yang tampak sedikit memudar didada bagian kanan nya itu.
Untung nya dulu dia sempat sedikit menghindar dan membuat bidikan pria itu tidak mengenai jantungnya meski ia tetap harus mengalami operasi untuk menggangkat peluru yang menembus bagian atas dadanya.
Yang masih Viona sesali hingga sekarang adalah dirinya yang melupakan wajah pria yang sudah menolongnya dulu sehingga ia tidak bisa mencari lalu mengucapkan terima kasih kepadanya.
Dan Viona hanya mengingat warna bola mata pria itu yang berwarna coklat terang dan tubuh tinggi berotot nya, namun itu saja tidak cukup untuk mencari tahu dan menemukan siapa penyelamatnya itu.
Ada ribuan pria yang memiliki ciri fisik seperti itu dinegara ini, jadi nyaris mustahil dapat menemukan pria itu lagi.
Salahkan Viona yang memiliki daya ingat yang sangat buruk, tapi orang itu juga salah dia bahkan langsung pergi disaat para polisi datang sehingga tidak ada yang tahu tentang pria itu selain Viona sendiri, dan dia juga enggan memberi tahu siapapun tentang pria penyelamatnya itu.
Karna bisa jadi pria itu nantinya akan ditahan dan mendapat hukuman karena ikut andil dalam insiden penembakan yang menewaskan kurang lebih enam puluh orang itu.
Namun Viona juga sempat bingung karena informasi yang dibeberkan oleh aparat kepolisian tidak ada yang mengatakan kalau itu merupakan insiden tembak-menembak diantara dua kubu. Dan merupakan murni ulah dari segerombolan remaja nakal yang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang.
Pusing memikirkan kejadian itu membuat Viona jadi tak merasa mengantuk lagi dan akhirnya ia memutuskan untuk turun kelantai satu berniat mencari sesuatu yang dapat ia makan karena perutnya yang mulai merasa lapar.
Dan saat sampai didapur Viona segera membuka pintu lemari makanan dan mendapati hanya ada bahan-bahan masakan tak ada satupun cemilan disana, melihat hal itu Viona pun merenggut kesal.
Namun ia segera tersenyum saat mengingat kalau sekarang disedang berada dipusat kota Los Angeles meski sudah dini hari pasti masih ada toko atau restoran yang masih buka.
Dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya Viona segera pergi kekamarnya lalu mengambil dompet, ponsel dan juga kunci mobilnya.
Yap,,, Viona sudah memiliki mobil sendiri sekarang karena Jeremy yang memberinya sebagai hadiah.