Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Terkuak Semuanya
Renata berada di dalam ruangan interogasi sudah hampir 5 jam. Bahkan mereka sangat jahat sampai tega tidak memberinya makanan sama sekali. Hanya minuman air mineral saja yang diberikan kepadanya.
Karena lapar dan juga lelah Renata memilih tidur. Ia berharap Allah memberinya makan melalui mimpinya yang dibawa langsung oleh malaikat.
Tanpa para aparat kepolisian itu tahu kalau Renata sudah mengirim pesan kepada bapak presiden negara tersebut tentang jaringan kejahatan para pejabatnya yang terstruktur dan masif.
Sekitar pukul 3 pagi Renata ijin untuk ke kamar mandi dan berwudhu. Ia ingin menunaikan sholat tahajud untuk meminta pertolongan Allah.
Ia menggunakan syal miliknya sebagai sajadah. Air matanya langsung terurai saat berhadapan dengan Robb-nya. Namun tidak terlihat lemah saat berada di hadapan musuhnya.
"Ya Allah. Aku di sini sendirian. Di bumi ini dan di negara orang lain sedang mendapatkan fitnah dari orang-orang keji. Tidak ada yang bisa ku lakukan kecuali pertolongan Engkau ya Robb. Tidak ada yang bisa ku andalkan kecuali Engkau yang maha kuasa atas segala sesuatu. Jika ini adalah bagian ujian dariMu untukku, maka mudahkan jalan keluarnya," ucap Renata dalam doanya.
Selebihnya itu ia berzikir lalu mengaji surah-surah apa saja yang selama ini ia sudah hafalkan. Renata ingat dengan pesan umi Dilla.
"Allah menurunkan ujian pada hambaNya bukan untuk menzalimi hambaNya tapi Allah justru sedang mengangkat derajatnya melalui ujian itu. Jika Allah tidak memberikan ujian pada hambaNya yang dikehendakinya maka hamba itu tidak akan ingat akan Dirinya lalu kembali kepada Allah," ucap ummi Dilla saat Renata berkonsultasi kepadanya tentang ujian hidup.
"Ummi, apakah saat kita tidak memiliki ilmu agama Allah juga menguji kita?" tanya Renata saat itu.
"Yah. Banyak sekali hamba-hamba Allah yang tersesat di dalam hidupnya karena tidak ada ilmu agama untuk mengatasinya. Namun di saat seperti itu dia tiba-tiba ingat akan dosa-dosanya yang membuatnya mulai muak.
Di saat itulah hidayah Allah sedang mendatangi dirinya sehingga ia bangkit untuk mencari cahaya kebenaran melalui ilmu agama dengan mendatangi setiap ada majelis ta'lim. Itulah cara Allah membimbing hambaNya yang tersesat itu," jawab ummi Dilla.
"Tapi ummi, ada juga orang yang memiliki ilmu agamanya sudah sangat baik tapi juga ia mendapatkan ujian yang tidak kalah beratnya. Kenapa bisa begitu?" tanya Renata.
"Justru orang yang ilmu agamanya lebih tinggi harus mendapatkan ujian yang lebih berat daripada orang yang belum berilmu dengan begitu Allah sedang mengukur kualitas imannya karena Allah tahu kalau hambaNya itu mampu melewati bentuk ujian yang diberikan oleh Dia kepadanya. Dengan ilmu, biasanya orang yang beriman itu akan lebih siap hingga Allah meningkatkan derajatnya lebih tinggi jika ia bisa melewati ujiannya itu dengan penuh kesabaran dan selalu menjadikan Allah sebagai sandaran hidupnya," imbuh ummi Dilla penuh dengan kalimat bijak.
Renata yang mengingat kilas balik obrolannya dengan ummi sebelum dia menikah dengan Bryan menjadi sangat sedih. Ia merasa saat ini dirinya sedang menjalankan pendidikan kehidupan dari Allah yang akan meningkatkan derajatnya kelak.
"Ya Allah. Berilah aku kekuatan dan kesabaran untuk melalui semua ini. Jagalah janinku yang Engkau titipkan di dalam rahimku. Engkau yang memelihara dia dengan segala anugerah nikmat mu. Ampunilah aku ya Allah," ucap Renata dengan air mata berderai dari setiap doa yang dipanjatkan olehnya.
Renata melirik jam tangannya yang kini sudah menunjukkan waktu untuk menunaikan sholat subuh.
...----------------...
Sekitar pukul 10 pagi Renata dikejutkan dengan kedatangan seorang polisi yang menggebrak meja hingga membuat dirinya terbangun.
"Hei wanita pemalas, bangun....!" pekik polisi bagian interogasi itu dengan garang.
Renata membuka matanya lalu melihat wajah seorang polisi yang bertampang garang. Renata membaca doa apa saja untuk menguatkan mentalnya agar tidak gentar menghadapi oknum polisi korup.
"Sekarang aku mau tanya, apakah kamu bersedia mengakui kesalahanmu sebagai bandar narkoba dan juga seorang mucikari?" tanya polisi itu.
"Aku tidak melakukan kejahatan itu, jadi untuk apa aku harus bersedia mengakui sesuatu yang tidak aku lakukan?" jawab Renata tenang.
"Wanita keparat. Aku ingin membantumu untuk meringankan hukumanmu jika kamu bersedia menandatangani surat perjanjian ini...!" titah polisi itu seraya menyerahkan surat pernyataan sebagai bandar narkoba.
Renata membaca isi surat itu lalu menggelengkan kepala sebagai bentuk penolakannya membuat polisi itu naik pitam. Ia lalu berjalan mendekati Renata dan mengangkat tangannya untuk menampar Renata.
"Dasar perempuan kurang ajar...!"
"Berhenti....!" pekik seorang ajudan presiden yang sudah berdiri di depan ruang interogasi itu membuat sang polisi yang bernama Hap ini langsung terpaku karena disamping ajudan presiden itu sudah berdiri seorang pria penguasa negara tersebut.
"Jika kamu berani menyentuh bagian tubuh wanita itu maka aku akan memastikan kamu yang akan mendekam di penjara," ucap sang presiden di depan pejabat polisi yang saat ini menemaninya mengunjugi Renata.
"Selamat pagi tuan presiden," ucap hap dengan sikap hormat namun tubuhnya gemetar ketakutan.
Presiden menghampiri Renata yang terlihat pucat dan lemas. Matanya yang sayu menatap tuan presiden dengan tangis haru.
"Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya Engkau menyelamatkan aku dari tempat terkutuk ini," ucap Renata.
"Terimakasih tuan presiden," lirih Renata.
"Maafkan aku nona. Aku datang terlambat karena baru membuka email darimu," ucap sang presiden.
"Tidak apa tuan presiden. Aku merasa sangat terhormat sekali atas kedatangan anda," ucap Renata.
"Apakah kamu baik-baik saja, nona?" tanya sang presiden.
"Aku tidak sedang baik-baik saja tuan. Aku sedang hamil dan aku sangat lapar dan lemas. Aku belum makan apapun dari semalam hingga saat ini," ucap Renata membuat sang presiden terkejut.
"Kurangajar...! apa yang sudah kalian lakukan pada wanita hamil ini? Hahh...?! Apakah kalian tidak tahu dia hamil sehingga kalian tega tidak memberinya makanan?" omel tuan presiden pada pejabat polisi yang tertunduk gugup.
Sementara ajudan presiden sudah menggendong tubuh Renata yang sudah terkulai lemas untuk menuju ke rumah sakit. Presiden ikut menyusul ajudannya yang kini sudah berada di dalam mobil. Sementara para pengawal presiden lainnya mendampingi presiden yang saat ini mengantarkan Renata ke rumah sakit terdekat.
Renata akhirnya pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa pusing yang mendera kepalanya. Sementara itu Bryan yang saat ini langsung disambut oleh tuan Nicholas bergegas menuju mobil jemputan untuk mengantarnya ke hotel.
"Apakah ada informasi lainnya yang kamu dapatkan tentang istriku, tuan Nicholas?" tanya Bryan begitu mereka sudah duduk di dalam mobil.
"Belum ada informasi lainnya, tuan Bryan namun ada informasi penting yang harus saya beritahukan kepada anda karena mungkin saja anda tidak membaca pesan saya," ucap detektif Nicholas.
"Apa itu?" tanya Bryan antusias.
"Kabarnya istri anda sedang hamil dan kandungannya sudah memasuki bulan ke empat," ucap detektif Nicholas membuat mata Bryan membulat sempurna.
"Apaaa....?" wajah Bryan terlihat girang hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Detektif Nicholas mengangguk untuk meyakinkan Bryan bahwa berita itu benar adanya.
next Thor
ditunggu selanjutnya...