NovelToon NovelToon
TEROR PEMBURU KEPALA

TEROR PEMBURU KEPALA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Careerlit
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.

Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.

Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.

Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPK1

Bab 1: Boneka Salju Berdarah

Hujan salju turun perlahan, menyelimuti taman kota dengan dingin yang menusuk tulang. Di tengah taman yang sepi itu, sebuah boneka salju berdiri tegak. Syal merah melingkari lehernya, kontras dengan putihnya salju. Namun, ada yang salah dengan boneka itu. Syalnya tampak terlalu basah, warnanya bukan lagi merah cerah, melainkan merah gelap seperti bercampur dengan sesuatu.

Max berdiri di depan boneka salju itu, kedua tangannya bersedekap, matanya menyipit menatap keanehan di depannya. Udara dingin menusuk wajah tampan pria itu, tapi dia tetap diam, pikirannya sibuk mencerna laporan yang baru saja diterimanya. Di sampingnya, Leo, mentornya, berdiri dengan santai, mengisap rokok di tengah udara yang membekukan.

“Jadi, ini yang mereka temukan?” Suara berat Leo memecah kesunyian.

Max tidak langsung menjawab. Dia mengangguk pelan, masih menatap boneka salju itu. “Ya, Pak. Warga yang melintas pagi tadi melapor. Katanya ada bau busuk dari boneka salju ini.”

Leo menghela napas panjang, mengembuskan asap rokoknya ke udara. “Bau busuk dari boneka salju? Menarik.” Dia mendekat, menunduk sedikit untuk memperhatikan lebih dekat. “Kau sudah periksa isinya?”

Max menggeleng. “Belum. Saya tunggu tim forensik dulu, Pak.”

Leo mendengus kecil, lalu membuang rokoknya ke tanah. Dia menginjaknya dengan ujung sepatu, memastikan bara rokok benar-benar mati. “Kau ini terlalu prosedural, Nak. Kadang insting lebih penting daripada protokol. Ayo, kita buka sekarang.”

Max ragu sejenak. Dia tahu Leo selalu menekankan pentingnya bertindak cepat, tapi, dia juga tak ingin merusak bukti. Namun, melihat tatapan tajam mentornya, dia akhirnya mengangguk. “Baik, Pak.”

Dengan hati-hati, Max mendekati boneka salju itu. Tangannya sudah memakai sarung tangan lateks, memastikan dia tidak meninggalkan sidik jari. Dia menarik syal merah yang melilit leher boneka itu. Begitu syal dilepas, bau busuk langsung menyeruak, membuat Max mundur selangkah.

“Busuk sekali ....” Max menutup hidung dengan lengan jaketnya.

Leo tetap tenang, bahkan tampak tak terganggu dengan bau itu. “Lanjutkan.”

Max menguatkan diri. Dia memegang bagian kepala boneka salju itu—bola salju besar yang membentuk puncaknya. Dengan sedikit tenaga, dia mengangkatnya. Dan di sanalah, di dalam rongga bola salju itu, sebuah kepala manusia tergeletak. Mata korban terbuka lebar, membeku dalam ekspresi ketakutan yang mengerikan.

Max terdiam, tubuhnya kaku. Beberapa detik berlalu sebelum dia akhirnya mundur dengan wajah pucat. “Ya Tuhan ....”

Leo mendekat, menatap kepala itu dengan ekspresi datar. “Potongan yang bersih. Pelaku ini tahu apa yang dia lakukan.”

Max menoleh ke Leo dengan pandangan bingung. “Pak, ini ... ini bukan pembunuhan biasa. Ini ... ini benar-benar gila.”

Leo mengangkat bahu. “Dunia ini penuh dengan orang gila, Nak. Pertanyaannya adalah, apa pesan yang ingin disampaikan pelaku?”

Sebelum Max sempat merespons, suara langkah kaki terdengar mendekat. Jessie, anggota tim mereka, datang dengan tergesa-gesa. Wajah cantiknya tampak tegang, napasnya terengah-engah.

“Kapten!” panggil Jessie.

Max menoleh cepat ke arah Jessie. Seperti biasa, jantungnya selalu berdegup kencang. “Apa yang kau temukan?”

Jessie menunjuk ke arah lain taman. “Ada jejak darah ... menuju ke danau.”

Leo mengangguk pelan, lalu menoleh ke Max. “Kau urus kepala ini. Jessie, tunjukkan aku jejak darah itu.”

Max menghela napas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia memotret kepala itu dari berbagai sudut, memastikan setiap detail terekam. Sementara itu, Jessie dan Leo sudah berjalan menjauh, meninggalkan Max sendirian dengan boneka salju berdarah itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jessie memimpin Leo menyusuri jejak darah yang samar. Salju yang terus turun perlahan menutupi jejak itu, membuat mereka harus bergerak cepat. Jessie menunjuk ke tanah, di mana ada bercak darah kecil yang membeku di atas salju putih.

“Ini dia, Pak,” kata Jessie. “Jejak ini terus mengarah ke danau.”

Leo mengamati jejak itu dengan saksama. “Cukup rapi. Pelaku ini tidak ceroboh. Tapi, dia juga tidak mencoba menyembunyikan jejaknya. Menurutmu, kenapa?”

Jessie terdiam sejenak, berpikir. “Mungkin dia ingin kita menemukannya, Pak. Seperti ... permainan.”

Leo tersenyum tipis. “Permainan, ya? Menarik. Tapi, permainan seperti apa?”

Jessie tidak menjawab. Dia melanjutkan langkahnya, mengikuti jejak darah itu. Mereka akhirnya tiba di tepi danau yang sebagian permukaannya sudah membeku. Di sana, ada sesuatu yang mencolok di atas es—sebuah kotak kecil berwarna hitam, dengan pita merah melilitnya.

Leo mendekat, matanya menyipit. “Apa itu?”

Jessie ragu sejenak, tapi akhirnya berkata, “Terlihat seperti ... hadiah.”

Leo mendengus. “Hadiah dari seorang pembunuh? Hebat.”

Dia meraih kotak itu dengan hati-hati. Beratnya ringan, tapi, dia bisa merasakan ada sesuatu di dalamnya. Dia membuka kotak itu perlahan, dan di dalamnya terdapat sehelai kertas kecil yang dilipat rapi.

Leo mengambil kertas itu, membukanya. Tulisan tangan yang rapi terbaca jelas:

"Kepala hanyalah permulaan. Temukan tubuhnya dalam waktu 10 menit, atau akan ada kepala lainnya. Ayo kita bermain!"

Jessie membaca tulisan itu dari balik pundak Leo. “Ini ... ancaman?”

Leo mengangguk. “Bukan sekadar ancaman. Ini peringatan.”

Sementara itu, Max masih berada di tempat boneka salju. Tim forensik akhirnya tiba, membawa peralatan lengkap. Clara, profiler forensik mereka, mendekati Max dengan wajah serius.

“Apa yang kita punya di sini?” tanya Clara sambil memasang sarung tangan lateks nya.

Max menunjuk ke kepala manusia yang masih berada di dalam boneka salju. “Kepala manusia. Potongan bersih. Sepertinya menggunakan alat yang sangat tajam.”

Clara mengangguk, lalu berjongkok untuk memeriksa kepala itu lebih dekat. “Korban laki-laki, usia sekitar tiga puluh. Ada luka di pelipis kanan, kemungkinan akibat pukulan keras sebelum dipenggal.”

Max menghela napas. “Siapa pun yang melakukan ini, dia sangat terampil. Dan ... sangat kejam.”

Clara mengangkat kepala itu sedikit, memperhatikan bagian leher yang dipotong. “Ini bukan pekerjaan amatir. Potongan seperti ini biasanya dilakukan dengan gergaji listrik atau alat bedah.”

Max mengangguk pelan. “Apa menurut mu, ini pembunuhan yang sama dengan kasus tahun lalu?”

Clara terdiam sejenak, lalu berkata, “Bisa jadi. Tapi ... kita butuh lebih banyak bukti.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tim pencari yang dikerahkan oleh kepolisian akhirnya menemukan tubuh korban dalam waktu 30 menit. Tubuh itu ditemukan di sebuah gudang tua yang terletak tidak jauh dari taman. Gudang itu tampak sudah lama tidak digunakan, dengan pintu yang berkarat dan jendela-jendela yang pecah.

Clara, yang memimpin tim forensik di lokasi tersebut, memeriksa tubuh korban dengan saksama. Tubuh itu tergeletak di lantai beton yang dingin, dengan luka-luka yang serupa dengan kepala yang ditemukan di boneka salju.

"Potongan ini sangat rapi." Kata Clara sambil menunjuk bagian leher korban. "Pelaku ini jelas memiliki keahlian dalam menggunakan alat tajam."

Max, yang baru tiba di lokasi, mengamati tubuh korban dengan ekspresi serius. "Jadi, ini tubuhnya," gumamnya. "Tapi ... kenapa pelaku memisahkan kepala dan tubuhnya?"

Clara mengangkat bahu. "Mungkin untuk menciptakan efek dramatis. Atau mungkin ada alasan lain yang belum kita pahami."

Leo, yang juga tiba di lokasi, menatap tubuh korban dengan mata tajam. "Ini bukan sekadar pembunuhan. Ini pesan. Dan kita harus mencari tahu apa pesan itu sebelum ada korban berikutnya."

Sesaat suasana kembali hening. Clara yang masih memeriksa tubuh korban tiba-tiba berkata, “Max, lihat ini.”

Max mendekat. Clara menunjuk ke bagian bawah mata kaki korban. Ada tato kecil di sana, dengan angka dan huruf: 196506A.

“Apa ini?” tanya Max.

Clara menggeleng. “Aku tidak tahu. Tapi, ini bisa jadi petunjuk pertama kita.”

*

*

*

Readers, mohon dukungannya untuk karya baru ini ya 😇

Dukungan bisa berupa like & komentar, juga permintaan update untuk membakar semangat penulis 🔥

Terimakasih sudah berkenan hadir 💞

Jangan lupa di subscribe ya 💋

1
Yuli a
aamiin...yra...
kembali kasih Kaka...🥰🥰
Sugem
Alhamdulillah. Selamat yea. karya ini memang layak mendapatkannya
Sugem
spediermen pun kalah dibbuat bela haha
Sugem
biadab emg pelakunya
vj'z tri
🫰🫰🫰🫰🫰🫰 l lope u full Thor🫰🫰🫰🫰
Tini Ratnadilla
Alhamdulilah sukses selalu buatmu thorr...
kapaloleng
Selamat untuk kontraknya 🥰tetap semangat dan sehat selalu
Anonim
Selamat Author karyamu memang/Good//Good/.


w a d uuuuuuhhhhh Bellaaaaa....
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Amiiinnnnnnn 😇🤲️🙏
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Yeee, Slmt, De, Puji Tuhan 🥳🥳🥳
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
OMG, Guardian Angel aka Devil ny Bella, manaaa ini 🙈🙈🙈
kirana
Selamat othorr.. memang bagus kok karyamu .

jadi inspirasi kalau di dunia nyata besok ada yg jahat² lagi mulutnya, siapkan jarum bius😅🤣😂.

tapi sayangku aku takut jarum suntik😅
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
Alhamdulillah selamat dan semoga smkin semangat berkarya, crtanya bgs bgt yo g bosenin n alure apik rapi, cm pgne up tiap hari atau double bab hehe
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
weh nathan juga
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kakek Harun apakah lg jg cucu2 nya? krn ortunya lg d Amrik
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
pdhl udh mak2 ya tp msih jd wonder women..berguru clara sp tau km bs sprti bella
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
bnr2 gila..apa smua psikopat g bs puas dg mlht korbannya hanya mati ya tp hrs melakukan hal sekeji mungkin n yg nggilani, kyne msh mending mutilasi🤭 itu bagi warga sdh ekstrim p lg smpe d belah2 smpe klhtn orgam dlme😭 pak tua kl kita lht aja sdh kasian dg fisiknya g smpe hati mencelakai😬kecuali ky dirham lha g d ampun
Tini Ratnadilla
Kasian kamu jess cinta bertepuk sebelah tangan..
Dae_Hwa💎: /Cry/
total 1 replies
Tini Ratnadilla
Gk bisa nebak siapa pembunuh nya...
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Tini Ratnadilla
mampir thorr
Dae_Hwa💎: Terimakasih sudah berkenan haddir di karya sederhana ini kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!