Tamara adalah seorang wanita malam yang mempunyai banyak pelanggan. Dia menjadi salah satu wanita favorit di tempatnya bekerja.
Kehidupannya begitu bebas, karna dia hidup sebatang kara tanpa adanya keluarga, orangtua ataupun sanak saudara.
Tamara terus teringat di malam dia mendapatkan sebuah rasa yang tak dapat dia lupakan. Akankah dia mendapatkan cinta tulus dari seorang pria..? mengingat dia adalah cinta satu malam dari banyaknya pria.
Dan siapakah orangtua Tamara yang sebenarnya..?
Penasaran dengan kisahnya, ikuti terus kisah hidup Tamara dan jangan lupa like, coment,favorit dan votenya ya...
Salam manis semoga sehat selalu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saudara kembar
"Aisyah..."
kata Ara perlahan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Aisyah...nama yang indah...
batin Ara.
"Ya Aisyah adalah nama ibumu nak..."
kata Alma yang masih setia memeluk Ara.
"Itu adalah arti dari inisial yang ada di balik batu giok itu...A adalah huruf awal dari nama ibumu...."
imbuh Alma lagi.
"Lalu dimana ibu sekarang Bu....pertemukan aku dengannya...sungguh aku benar-benar rindu dengannya meski aku pun belum tau bagaimana wajahnya..."
kata Ara penuh permohonan menatap Alma.
"Maafkan ibu nak Ara...ibu juga tak tau dimana dia berada sekarang...kami sudah tak pernah bertemu lagi sejak saat itu.."
kata Alma sambil memegang kedua pipi Ara dan mencoba menghapus air matanya.
"Sejak saat itu...maksud ibu..."
kata Ara dengan tatapan penuh kekecewaan, harapannya bertemu dengan ibu kandungnya seakan sirna karna mendengar penuturan dari Alma barusan.
"Kami hidup terpisah sejak kecil..sejak ayah dan ibu kami lebih tepatnya kakek dan nenekmu memutuskan untuk bercerai...sejak saat itu Aku hidup bersama kakekmu dan Aisyah hidup bersama nenekmu..."
kata Alma getir mengingat lagi masa-masa sulit dalam hidupnya saat harus terpisah dengan Aisyah.
"Jadi ibu dan ibuku adalah saudara kandung..."
tanya Ara penuh penasaran.
"Ya sayang...lebih tepatnya adalah saudara kembar..."
Seketika mata Ara membulat sempurna menatap Alma,
saudara kembar...itu berarti ibuku berwajah mirip dengan ibu Alma...terimakasih Tuhan...setidaknya aku mengetahui seperti apa wajah dari ibuku...
batin Ara.
"Saudara kembar...."
kata Ara.
"Iya kami saudara kembar tapi dengan wajah yang berbeda..kami terlahir hanya selisih waktu 15 menit...Aisyah memiliki wajah yang lebih mirip nenek...dan Aku memiliki wajah yang mirip dengan kakekmu..."
Mendengar jawaban dari Alma pupus lagi harapan Ara, dia harus menerka-nerka lagi bagaimana wajah dari ibunya.
Dan pada Akhirnya Alma pun mulai berkisah tentang kehidupannya di masa kecil.
Dia dan Aisyah adalah saudara kembar, Alma sebagai kakak dan Aisyah sendiri sebagai adiknya. Di usia yang masih menginjak 4 tahun kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai, ntah apa yang membuat mereka memutuskan untuk berpisah, Alma dan Aisyah yang kala itu masih belum tau apa-apa harus terpisah karna keegoisan orang tua mereka.
Seperti penuturan Alma, dia mulai saat itu hidup bersama dengan ayahnya, sedangkan Aisyah hidup bersama dengan ibu mereka.
Tak banyak yang Alma tau tentang informasi ibunya, yang jelas ibunya berpindah ke kota bersama Aisyah adiknya.
Sejak saat itu juga Alma tak pernah lagi bertemu dengannya maupun ibunya, mereka kehilangan kontak, Alma tak tau dimana saudara kembarnya tinggal.
Di waktu kecil, Aisyah dan Alma di buatkan ukiran dari batu giok yang sama. Dengan sebuah inisial yang sama pula yaitu "A", satu untuk Almahira dan satu untuk Aisyah.
Ayahnya sendiri suka mengoleksi berbagai batu giok dari berbagai negara, dan terbukti sampai saat ini di rumah utama pondok banyak lemari-lemari kaca yang di penuhi dengan berbagai hiasan dari batu giok milik ayahnya.
Dari banyaknya mainan yang di miliki Aisyah, hanya batu giok yang sama dengan milik Alma itulah yang dia bawa, Aisyah sempat berkata suatu saat nanti dia akan mencari Alma dengan batu itu. Alma sendiri menanti-nantikan saat itu, saat dia bertemu lagi dengan saudara kembarnya, dia terus menunggu dan menunggu tapi
Aisyah tak kunjung datang untuk menemuinya.
Alma sendiri pernah beberapa kali mencari keberadaan Aisyah di kota, tapi dia sama sekali tak mendapatkan hasil. Hingga dia pun di nikahkan dengan seorang pria, anak dari seorang ustad di desanya. Dari situlah perlahan Alma mulai melupakan Aisyah, karna dia sibuk dengan kegiatan pondok dan kehidupan rumah tangganya.
Tapi Alma tak pernah berhenti berharap agar suatu saat nanti Aisyah bisa datang kembali menemuinya dengan membawa batu yang sama. Alma pun menyimpan batu itu di salah satu lemari kaca yang ada di ruang tamu agar dia tak pernah melupakan keberadaan batu itu.
Hingga sampai lah saat ini dimana Ara membawa batu yang sama seperti milik Alma, Alma pun menangis karna Aisyah ternyata menepati janjinya meski bukan dia sendiri yang membawa batu itu padanya, melainkan Ara yang kemungkinan besar adalah anak kandungnya.
Alma pun berdiri dan mengambil batu miliknya, lalu di taruh sejajar dengan milik Ara.
Air mata Alma semakin deras saat menatap kedua batu itu, dia mengingat lagi saat-saat bahagia bersama Aisyah ketika kecil dulu, dan Alma sangat merindukannya.
lihatlah Aisyah...batu kita kembali bersatu...seperti janjimu dulu...
batin Alma getir sambil menatap lekat kedua batu di hadapannya
"Jadi ibu Alma tak tau dimana adik ibu berada sekarang..."
kata Nura yang membangunkan lamunan Alma, Nura sendiri menatap iba pada Ara karna lagi-lagi dia harus berjuang mencari ibu kandungnya yang tidak di ketahui keberadaannya, juga tak di ketahui masihkah hidup atau tidak.
"Maaf nak ibu tak tau dimana dia berada...maafkan ibu..."
kata Alma sambil menatap Nura dan Ara bergantian.
Mereka pun banyak berbincang-bincang hangat, disana Alma juga terus menggandeng tangan Ara saat dia memperkenalkan Ara pada anak-anaknya juga pada suaminya, Alma seakan merasakan tangan Aisyah yang sedang memegang erat tangannya, Aisyah yang sudah lama dirindukannya.
Hari itu juga Alma juga mengajak Ara untuk berkunjung ke makam sang Kakek yang baru saja meninggal 3 bulan yang lalu.
"Andai saja aku datang kesini lebih cepat...mungkin aku masih bisa merasakan belaian tangan Kakek.."
kata Ara lirih yang masih bisa di dengar oleh Alma.
"Kau tak salah sayang...jangan bersedih...kau masih punya aku...bagaimana pun aku juga ibumu..."
kata Alma sambil mengelus puncak kepala Ara yang sedang berjongkok di atas makam kakeknya.
"Benarkah...kalau begitu bolehkah aku memanggilmu ibu..."
kata Ara dengan mata berbinar, Ara pun berdiri dan menatap Alma penuh harapan.
"Iya sayang...aku juga ibumu...panggil aku ibu aku akan sangat senang mendengarnya..."
kata Alma tersenyum pada Ara.
"Terimakasih ibu...terimakasih..."
jawab Ara sambil memeluk Alma penuh kelegaan.
Hari itu juga Ara memutuskan untuk pulang, meski tidak bertemu dengan sang ibu kandung, tapi setidaknya Ara bertemu dengan saudaranya yang sangat menyambut baik kedatangannya.
aku akan sering-sering datang kesana...mereka saudaraku..aku sangat menyayangi mereka...ternyata seperti ini rasanya mempunyai saudara...ini pertama kalinya aku mempunyai sebuah keluarga...
batin Ara sambil membayangkan lagi saat-saat dia bersama anak-anak Alma bercanda dan juga berbincang hangat disana.
Hari-hari pun berlalu, Ara menepati janji nya pada Jodi untuk segera kembali saat dia telah selesai melaksanakan kepentingannya.
Jodi yang saat itu tengah menunggu Ara di villa pribadinya, melihat Ara yang baru saja tiba di dalam villanya. Dengan mengenakan dress nakal kesukaannya Ara tersenyum pada Jodi yang sedang duduk santai di ruang tamu.
"Sayang kau sudah kembali..."
Sapa Jodi ramah.
"hmm...maaf aku baru kembali ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan..."
kata Ara sambil berjalan dan duduk di sebelah Jodi.
"Apa kau tak merindukan ku..."
kata Jodi sambil mulai menelusuri tengkuk Ara, yang membuat Ara tersenyum geli.
"Tentu saja aku merindukanmu..."
kata Ara untuk membuat Jodi senang, dia sendiri tak tau apakah dia rindu pada Jodi, jika pun tidak Ara juga tak memiliki alasan kenapa dia kembali ke villa privat milik Jodi. Jika Ara rindu pun dia tak merasakan apapun di dalam hatinya, dia hanya ingin menepati janjinya akan kembali kesana.
"Jadi sebenarnya siapa yang kau temui di pondok pesantren itu...".
kata Jodi masih menciumi tengkuk Ara lembut.
" K...kau mengikutiku..."
jawab Ara terbata, terkaget karna pertanyaan Jodi.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Semoga ada bonus chapter nya,dengan ara yg bnyk ank🤭
karena rasanya gak rela deh udah tamat aja😢
nih ku kasih vote untuk mu thor,karena cerita nya Sangat bagus😘
ah seneng banget aku🥰🥰