Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.
Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.
Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?
Yuk simak ceritanya 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Bu cepat pergi dari sini sebelum Mas Raka datang. Ayo, Bu cepat pergi!"
"Apa?" Dahi wanita itu berkerut dalam. "Ra .. Raka?"
"Iya, Bu. Mas Raka sedang mencari Ibu. Nirma sudah tahu semuanya, kenapa Ibu selama ini bersembunyi. Cepat, Bu ... pegi dari sini sebelum Mas Raka datang."
"Apa maksud kamu, Nirma? Kamu mengenal Raka?"
Nirma mengangguk. Di tengah kepanikan ia terus menatap ke arah pintu.
"Tidak banyak waktu untuk cerita, Bu. Tapi Ibu harus pergi sekarang. Nirma tidak ingin Mas Raka melihat Ibu di sini. Mereka masih mencari Ibu sampai sekarang. Cepat pergi, Bu!"
Mulan menyeka air mata. "Tapi kamu bagaimana?"
"Nirma tidak apa-apa, yang penting Ibu sekarang selamat. Cepat, Bu!"
Air mata wanita itu kembali berderai. Baru saja akan keluar dari ruangan, kakinya tiba-tiba terasa lemas, ia membeku di tempat.
Di ambang pintu Raka berdiri terpaku menatapnya dengan mata memerah.
Paper bag di tangannya terjatuh ke lantai. Rahangnya mengetat, tatapannya tampak penuh amarah.
"Kamu?" Raka melangkah masuk.
Tanpa sadar, kedua tangannya mengepal.
Melihat Amarah yang mengalir dalam tatapan Suaminya membuat Nirma memberi isyarat agar Mulan segera pergi.
Panik dan terdesak oleh putrinya, tanpa pikir panjang Mulan segera mengambil langkah seribu.
"Tunggu! Mau ke mana kamu!" teriak Raka geram.
Hendak melangkah, namun Nirma menahan tangannya.
"Lepas Nirma!" Raka menghempas tangan Nirma kasar.
"Jangan, Mas! Tolong Ibu saya." ucap Nirma lirih.
"Apa? Kamu ... panggil dia. .. Ibu?" tanya Raka, nyaris tak percaya.
Seluruh tubuh Nirma gemetar, ia terisak. Tak sanggup lagi berucap.
"Apa dia Ibu kamu?" tanya lelaki itu hendak memastikan.
"Jawab!" bentaknya keras.
"I-iya, Mas!" jawab Nirma tersendat-sendat karena bercampur isak tangis.
Dalam sekejap, dada Raka dipenuhi sesak. Matanya terpejam.
"Ibu angkat? Atau dia Ibu kandungmu?"
Bibir Nirma mengatup rapat. Hanya air mata yang mengalir semakin deras.
"Jawab, Nirma! Jangan membuat aku mengulang pertanyaan!" Jeritan Raka kembali menggema di ruangan itu.
"Ampuni Ibu saya, Mas. Dia bukan orang jahat. Ibu tidak mungkin membunuh orang. Ibu saya bukan orang jahat."
Meskipun suara Nirma tersendat-sendat tapi masih tertangkap jelas dalam indera pendengaran Raka.
"Aku bertanya apa dia Ibu kandungmu?"
Nirma tersentak kala Raka mencengkram kedua lengannya, hingga ia merasa tulangnya akan remuk oleh cengkraman Suaminya.
"Jawab!" teriak Raka, hampir hilang kesabaran.
Nirma memberanikan diri menatap mata Suaminya. Dari matanya mengalir kebencian dan amarah.
Entah apa yang akan Raka lakukan jika berhasil menangkap wanita yang ia pikir telah membunuh Ayahnya itu.
"I-iya, Mas."
Sepasang mata Raka terpejam bersamaan dengan air mata yang mengalir di pipi.
Dalam hitungan detik, cengkramannya melemah.
Namun, detik berikutnya ia mendorong wanita itu.
"Anak pembunuh!" maki Raka penuh amarah.
"Lihat saja, Ibumu pasti akan mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya!"
Raka hendak melangkah untuk mengejar Mulan. Nirma bereaksi cepat.
Dengan tubuh yang masih lemah ia beranjak dari tempat tidur hingga jarum infus yang menancap di pergelangan tangannya terlepas.
Ia beringsut, memeluk dan menahan kaki Suaminya.
"Tolong jangan, Mas." pinta Nirma memelas.
"Tolong jangan sakiti Ibu saya. Mas Raka boleh membalas melalui saya, tapi tolong kasihani Ibu saya. Jangan sakiti dia, Mas!"
"Lepaskan! Jangan sentuh aku! Kamu tidak lebih dari anak seorang pembunuh!"
Teriakan Raka pun mengundang perhatian orang-orang.
Tak terkecuali Pak Darren, Pak Vino, Bu Resha dan Umi Mawar yang baru saja tiba di tempat itu.
"Kenapa Raka berteriak seperti itu?" tanya Umi Mawar.
Pak Darren dan Pak Vino saling tatap, keduanya segera memasuki ruangan itu.
"Argh! Bagaimana bisa aku menikahi anak dari pembunuh Ayahku?" teriak Raka sambil mendorong bahu Nirma, hingga wanita itu terjerembab ke belakang.
**
**
"Apa yang kamu lakukan?" pekik Pak Vino geram.
Secepat kilat ia dan Zayn menerobos memasuki ruangan itu dan membantu Nirma untuk bangun.
Melihat Nirma didorong dengan kasar dalam keadaan sakit membuat amarah mereka meluap-luap.
Terlebih, setelah melihat wajah gadis yang pucat dengan tubuh lemah itu.
Nirma mengangkat kepala demi menatap dua pria itu secara bergantian, membuat tatapan mereka saling bertemu.
Namun, sedetik kemudian ia tersadar dan segera menunduk demi menyamarkan wajahnya yang tak terbalut cadar.
Baik Pak Vino maupun Bu Resha membeku setelah melihat wajah Nirma untuk pertama kali.
Pak Vino bahkan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Hanya matanya yang dipenuhi cairan bening, memandangi wajah gadis itu.
Kini, ia paham apa yang membuat Zayn begitu yakin hingga memaksa mencari tahu tentang Nirma.
Begitu pun dengan Pak Darren. Matanya memindai Nirma dan Zayn secara bergantian dan membandingkan wajah keduanya. Mencari kesamaan.
Sementara Bu Resha, ia masih terpaku di tempatnya berdiri.
Setiap bagian wajah Nirma berhasil membangkitkan kenangan tentang putrinya yang hilang.
Perlahan wanita itu melangkah dengan air mata berguguran.
Ia berjongkok di hadapan Nirma, membelai wajah itu dengan berlinang air mata.
"Mas...." Tatapan Bu Resha berpindah pada Suaminya.
Pak Vino yang paham arti tatapan itu hanya mengangguk pelan.
"Iya, aku paham. Tenang dulu, ya." bujuk Pak Vino pada sang Istri.
"Apa yang kamu lakukan, Raka? Kenapa kamu memperlakukan Nirma sekasar ini? Apa kamu sudah tidak waras?" Kebekuan itu akhirnya diisi oleh suara bentakan Pak Darren.
Bukannya merasa bersalah, Raka malah berdecih memandang Nirma.
Tatapannya mengalirkan amarah yang tertahan.
"Dia anaknya Mulan, Abi! Anak dari wanita yang sudah membunuh Ayah!" jawab Raka dengan suara tak kalah meninggi.
"Apa maksud kamu?" Pak Darren tersentak kaget, kelopak matanya memicing
"Pembunuh Ayah barusan ada di sini, Abi! Dan ternyata dia Ibunya Nirma!" desis Raka geram. Amarahnya kian meledak.
"Bagaimana aku bisa menikahi anak dari wanita yang sudah membunuh Ayah?"
"Itu tidak mungkin, Raka!"
"Tanya saja padanya, Abi! Dia bahkan mengaku kalau Mulan adalah Ibu kandungnya!"
Tak tahan, Raka melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Raka, tunggu! Mau ke mana kamu?" panggil Pak Darren, namun putranya itu tetap melangkah tanpa peduli apapun.
Raka bahkan menabrak Brayn yang hendak menuju ruangan Nirma.
Brayn menatap Pak Darren penuh tanya, lalu kemudian terfokus pada Nirma yang masih terduduk di lantai.
Dalam sekejap, pemuda itu merasakan seluruh tubuhnya gemetar saat melihat wajah pucat Nirma.
Waktu seolah berhenti selama beberapa saat.
"Zahra?" ucap Brayn dalam hati.
Dalam hitungan detik matanya telah berkaca-kaca. Tersadar, Brayn langsung memasuki ruangan.
Pandangannya tertuju pada jarum infus yang menggantung begitu saja.
Sementara pergelangan tangan kiri Nirma terlihat sedikit membengkak.
"Ada apa dengan Nirma, Pa?"
"Tenang dulu, nanti Papa jelaskan."
Pak Vino langsung mengangkat tubuh Nirma dan membaringkannya ke tempat tidur.
Gadis itu masih tampak syok, bahkan kini menunduk dengan tubuh gemetar.
Namun, situasi kacau itu segera buyar saat tim dokter memasuki ruangan.
Umi Mawar bereaksi cepat dengan membantu Nirma menutup wajahnya dengan cadar.
"Tenang ya, Nak. Jangan takut. Ada Umi dan Abi di sini." bujuk Umi Mawar saat melihat bias ketakutan dalam sikap sang menantu.
"Tolong Nirma, Umi."
************
************
sangat marah dan emosi adiknya diperlakukan kurang baik...
Martin berusaha meracuni pikiran raka agar membenci mulan.,.
Martin meracuni pikiran raka mulan pembunuh ayahnya.....
raka berjanji akan jd suami yg baik dan bersikap terhadap nirma...
Filling pak vino sangat kuat nirma adalah zahra putrinya....
baru sadar setelah kejadian ini raka akan berjanji lbh baik lagi selama ini menyia2kan istri sebaik nirma...
raka sangat piknik dan khawatir melihat nirma mimisan membawanya kerumah sakit demam sangat tinggi bingit....
raka tlg istri lg sakit demam badannya menggigil kedinginan itu