Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Gugurkan Kandungan mu
"Bayi ini anak Malvin," jawab Adeline menunduk tidak sanggup menatap Dariel. Pria itu seketika terbayang dengan wajah Casey yang selalu menantangnya dan membalas tatapan tajamnya. Tidak seperti Adeline. Keduanya memang berbeda.
"Apa selama ini kalian menjalin hubungan di belakang ku?" tanya Dariel mengeraskan rahangnya. Kalau saja Adeline seorang pria, mungkin tangannya sudah melayang di wajah Adeline.
Adeline menggeleng, bulir matanya membasahi wajah cantiknya.
"I..ini salah ku Dariel," kata Wanita itu.
"Aku.. tidak sengaja tidur dengannya. Semuanya bermula saat kejadian dimana kamu dan Casey tidur bersama. Setelah aku menyuruhmu pulang dan memberiku waktu sendiri malamnya aku pergi ke Club untuk menghilangkan rasa kecewa dan sakit hatiku. Pikiranku terlalu kacau saat itu. Aku tidak pernah membayangkan Casey akan melakukan itu pada ku. Aku selalu melakukan yang terbaik untuknya karena aku tau mommy tidak menyayanginya," ucap Adeline menangis.
"Saat itu aku mabuk dan bertemu dengan Malvin dan... dan kami.. kami," ucap Adeline diam. Dan Dariel tentu tau kelanjutan ceritanya.
"Maaf jika aku berbohong padamu soal aku yang belum bisa percaya padamu. Tolong jangan jadikan Casey pelampiasan amarah mu. Aku. aku juga salah disini. Harusnya aku tidak pergi ke Club waktu itu," tukas Adeline tidak bisa membendung air matanya lagi.
"Kalau begitu gugurkan bayi itu dan kembali bersama ku. Karena aku tidak bisa menerima bayi itu," ucap Dariel spontan membuat Adeline mendongak, menatap Dariel yang dengan entengnya mengatakan hal itu.
"Plakk..." satu tamparan keras melayang di wajah tampan pria itu. Beberapa orang yang hadir disana ingin merekamnya, dan menjualnya ke media. Tentu saja mereka akan mendapat bayaran tinggi. Siap yang tidak mengenal Dariel Garfield.
"Coba saja kalian merekamnya, maka ku pastikan kalian tidak akan bisa melihat dunia besok pagi," ucap Dariel dingin. Ia tidak suka media ataupun orang lain mengambil gambarnya sembarangan. Seketika mereka menyimpan kembali ponsel mereka dan tidak berani melihat ke arah meja Dariel.
Adeline menggelengkan kepalanya, "aku tidak bisa Dariel. Bayi ini tidak bersalah," ucap Adeline tidak tega membunuh bayinya sendiri dan memilih meninggalkan Dariel di sana. Ia tidak menyangka jika Dariel akan mengatakan hal yang menyakiti perasaannya. Adeline lebih memilih mempertahankan bayinya daripada harus kembali bersama Dariel.
Dariel mengepalkan kedua tangannya, sorot matanya yang tajam seolah ingin menerkam. Kedua kakak beradik itu sukses mempermainkannya. Dariel keluar dari Cafe menuju mobilnya. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melampiaskan amarahnya.
Dariel tiba di depan rumahnya, ia masuk ke dalam rumah dan tidak memperdulikan Carla yang menyapanya. Ia hanya ingin menemui Casey dan melampiaskan kemarahannya pada wanita itu. Dariel membuka kamar wanita itu dan ternyata kosong. Matanya tertuju pada bunga mawar yang ada di atas nakas. Sepertinya wanita itu sedang beruntung. Dariel memilih masuk ke dalam kamarnya dan terkejut saat melihat bunga mawar di atas meja. Entah mengapa naluri Dariel seolah mendorongnya untuk melihat rumah kaca di halaman rumahnya. Dariel menuruni tangga rumahnya dan berlari ke halaman belakang.
Dariel terkejut saat melihat tanaman di rumah kaca itu berubah. Bunga-bunga disana tersusun rapi dan bersih. Tidak ada yang berani menyentuh rumah kaca itu. Semua pekerja di rumahnya tau aturan tersebut. Kecuali satu orang.
"Carla, Lily..." panggil Dariel kuat.
Carla dan Lily kemudian menghampiri Dariel dengan perasaan takut karena melihat ekspresi marah di wajah pria itu.
"Siapa yang membersihkan kamar ku?" tanya Dariel dingin.
"Ca... Casey tuan," jawab Lily takut.
"Dimana wanita itu?" tanya Dariel.
"Dia... sedang pergi bersama teman-temannya tuan," jawab Carla menunduk.
"Sial... sepertinya aku kurang keras padanya," gumam Dariel pergi ke kamarnya.