NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan

Pengantin Bayangan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Cinta Paksa
Popularitas:920.3k
Nilai: 5
Nama Author: sushanty areta

Sebuah permintaan mengejutkan dari Maria, mama Paramitha yang sedang sakit untuk menikahi Elang, kakak kandungnya yang tinggal di London membuat keduanya menjerit histeris. Bagaimana bisa seorang ibu menyuruh sesama saudara untuk menikah? padahal ini bukan jaman nabi Adam dan Hawa yang terpaksa menikahkan anak-anak kandung mereka karena tidak ada jodoh yang lain. Apa yang bisa kakak beradik itu dilakukan jika Abimanyu, sang papa juga mendukung penuh kemauan istrinya? Siapa juga yang harus dipercaya oleh Mitha tentang statusnya? kedua orang tuanya ataukah Elang yang selalu mengatakan jika dirinya adalah anak haram.

Mampukah Elang dan Mitha bertahan dalam pernikahan untuk mewujudkan bayangan dan angan-angan kedua orang tuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertanyaan

Senyum Maria terkembang saat melihat Zahra masuk sambil menyeret kopernya. Gadis tinggi semampai itu segera mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Maria penuh rasa hormat. Maria membelai kepalanya lembut. Wanita cantik dan amat cerdas dimasanya itu melambaikan tangannya pada Mitha dan Elang agar mendekat padanya.

"Mith, ajak Zahra ke kamar tamu ya. Biar dia bisa istirahat." minta Maria.

"Ini maksudnya apa ma?" Elang bertanya dengan mata menyipit. Tumben-tumbenan mamanya menyuruh seorang wanita datang dan menginap dirumah. Dia tau jika Zahra adalah sahabat Mitha, tapi untuk apa bawa koper segala jika hanya menginap semalam atau dua malam saja? Pikiran Elang menduga-duga penuh syahwasangka.

"Mulai hari ini Zahra akan merawat mama." Kali ini Elang terkejut, bahkan sangat terkejut. Matanya menatap nyalang pada Paramitha penuh kebencian.

"Oowwh ...jadi kau tidak mau merawat mama? Jadi untuk apa kita menikah hemm?" Tenggorokan Mitha tercekat. Dia menatap Maria penuh perasaan bingung.

"Mitha itu istrimu Lang, bukan perawat. Dia juga anak mama sepertimu. Mama yang minta Zahra merawat mama, bukan Mitha atau papa." Elang terdiam, tanpa kata dia beranjak memasuki kamarnya.

"Ra, jangan diambil hati ya..Elang memang begitu orangnya. Mitha dan mama sudah kebal menghadapinya." bujuk Maria yang langsung tidak enak hati pada perlakuan putra kandungnya yang terkesan arogan. Zahra yang sedikit tau tentang konflik keluarga itu hanya tersenyum. Mungkin Maria lupa jika dia sahabat putrinya. Sahabat yang banyak tau permasalahan sang menantu dari awal hingga sekarang. Mitha mengelus lengannya seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

"Tidak apa-apa tante. Saya sudah biasa menghadapi yang seperti kak Elang.'' ucap Zahra riang. Dia sama sekali tidak bohong. Pekerjaan paruh waktu yang dijalaninya membuatnya harus menghdapi banyak orang dan pelanggan yang selalu berganti-ganti setiap harinya. Dirumah sakit dia juga berulang kali menghadapi pasien dengan macam-macam karakter dan latar belakang. Sepanjang ini dia masih baik-baik saja dan bisa melewati semuanya.

"Ayo kuantar ke kamarmu." ajak Mitha sembari menarik tangan Zahra ke kamar tamu. Zahra hanya mengikuti saja sebelum berpamitan pada Maria.

"Mith, suamimu galak amat." bisik Zahra saat mereka sudah melewati Maria. Mitha menatap sahabatnya nanar.

"Sudah wataknya dari lahir Ra. Udah nggak kaget lagi." jawabnya kalem. Elang memang begitu sedari dia kecil. Dingin, galak dan jutek. Dia bahkan tidak suka jika Mitha mendekat atau mengajaknya bicara. Sejak itu, Mitha sudah hafal sifatnya dan sebisa mungkin menjauhinya agar Elang tidak selalu marah dan galak padanya.

"Udah, kamu mandi sana trus istirahat. Untuk sementara biar hari ini aku yang ngurus mama. Besok baru kamu mulai kerja." Zahra mengangguk. Mereka hanya ngobrol beberapa menit saja sebelum Mitha pamit ke kamarnya. Tubuhnya juga terasa lengket ingin mandi.

Mitha tau pasti apa yang terjadi hingga Zahra bisa kerumahnya dan bekerja pada orang tuanya kini. Mamanya bukan wanita bodoh yang akan bertindak gegabah. Dia selalu bertindak hati-hati dan main cantik. Pertama mereka ke rumah sakit tempat Zahra bekerja dengan alasan untuk melakukan kemo. Disana Maria banyak mrncari informasi tentang Zahra lalu menghadap kepala rumah sakit lalu menyatakan niatnya untuk mempekerjakan Zahra dirumah mereka. Zahra yang hanya pegawai baru tentu tidak punya kuasa untuk menolak perintah atasan dengan kompensasi yang lumayan besar melebihi gajinya dirumah sakit itu. Dia juga bisa irit ongkos kost, makan dan transport jika bekerja pada keluarga Abimana. Jika tugasnya merawat Maria sudah usai, maka rumah sakit itu akan bersedia menerimanya kembali bekerja. Maria selalu tau pada siapa dia bertindak.

Langkah gontai Mitha menuntunnya kembali ke kamarnya. Berlahan dia membuka pintu setelah mengetuknya. Saat masuk, yang dia dapati adalah Elang yang duduk gagah di sofa dengan menyilangkan kaki dan menghadiahi dirinya dengan tatapan tajam dan aura dingin menusuk kalbu.

"Kita harus segera pindah." katanya tegas. Mitha menatap lekat padanya.

"Kenapa harus pindah?" sungguh dia tidak tau arah pembicaraan Elang. Untuk apa suaminya itu tiba-tiba ingin pindah kerumah baru mereka padahal mamanya dalam keadaan sakit. Zahra seorang diri belum tentu bisa merawat sang mama. Bukankah dalam keadaan begini lebih banyak anggota keluarga lebih baik? hingga mereka bisa bahu membahu merawat Maria.

"Ada orang lain dirumah ini. Aku tidak nyaman."

"Orang lain? Bukanya bik Sri juga orang lain? Kenapa kakak baru mempermasalahkannya sekarang?" Seketika wajah Elang berubah. Terlihat sekali raut tidak suka disana.

"Bik Sri sudah puluhan tahun mengabdi disini. Dia juga sudah berumur." Kening Mitha berkerut memikirkan alasan suaminya yang terkesan berbelit-belit tak karuan.

"Kakak takut tertarik dengan Zahra atau takut Zahra yang tertarik pada kakak?" pertanyaan polos yang membuat tangan Mitha terkepal keras.

"Kau tau itu."

"Kakak, Zahra bukan wanita seperti itu." sangkal Mitha cepat. Dia tau betul siapa sahabatnya itu. Meski sudah tidak punya orang tua lagi tapi dia dibesarkan di lingkungan pesantren yang tau betul soal dosa dan hukum agama.

"Jangan mudah percaya pada yang namanya sahabat. Keluargapun bisa jadi musuh jika sudah menyangkut..."

"Tapi bukan itu yang diinginkan mama." tegas Mitha menyangkal. Selama ini Zahra terlalu baik padanya. Tentu saja dia tidak akan membiarkan Elang berkata yang tidak-tidak tentangnya. Elang hanya orang lain yang tak tau apa-apa selain menghakimi.

"Mama??" Seketika Mitha menutup mulutnya yang keceplosan bicara. Elang berdiri dan berjalan kearahnya. Pria itu mencengkeram lengan Mitha dan mengarahkan tatapan tajamnya pada iris kecoklatan Mitha yang terlihat bergerak panik.

"Aku..aku hanya asal bicara. Maafkan aku kak."

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi Mith." tekan Elang makin dingin. Nada menginterogasi jelas terdengar disana.

"Kak..aku..."

"Katakan!!" paksa Elang dengan nada tinggi hingga lutut Mitha bergetar karenanya.

"Kau istriku, sudah sepantasnya kau bicara jujur padaku." lanjutnya datar. Mitha meneguk ludahnya kasar. Haruskah dia memberitau Elang?

"Mitha???" melihat Mitha yang diam dan terlalu banyak berpikir membuat stok kesabaran Elang semakin menipis.

"Mama ..mama ingin menjodohkan papa dan Zahra." ujar Mitha terbata. Elang meraup wajahnya kasar. Kemarin dirinya dan Mitha yang jadi korban pernikahan gila ini, dan sekarang papanya yang akan jadi korban berikutnya.

"Apa papa tau?" Mitha mengangguk.

"Papa mau?"

"Tidak. Papa terpaksa agar mama bahagia."

"Tanpa mama sadari jika kebahagiaan papa adalah dirinya." desah Elang frustasi.

"Temanmu itu juga tau?" kali ini Mitha menggeleng kuat. Zahra memang tidak tau apa-apa karena mamanya melarangnya mengatakan itu pada Zahra.

"Kita harus menggagalkan hal gila ini."

1
Santi
Luar biasa
Ds Phone
bahagia sampai lupa kawan
Ds Phone
apa kah dapat
Ds Phone
dah laki bini pangil yang manis aja
Ds Phone
muking betul dia cinta sama kamu
Ds Phone
nemang halal
Ds Phone
dah jadi laki apa lagi jalan terus
Ds Phone
nikah secara paksa
Ds Phone
betul betul jadi
Ds Phone
semua nya main paksa
Ds Phone
gila tu orang
Ds Phone
marah lah tu
Ds Phone
kawan baik nya
Ds Phone
bahagia sangat lah tu
Ds Phone
berita gembira tu
Ds Phone
ada ada aja yang nak di gaduh kan
Ds Phone
ya betul tu baik di lepas kan
Ds Phone
ada aja meraka ni
Ds Phone
sedih tak habis
Ds Phone
memang itu ke bahagian nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!