Gadis Nakal Om Dokter

Entah jam berapa Gale tertidur yang jelas kini ia sudah berada dalam posisi rawan.

Matanya mengerjap, nafasnya sesak. Pantas saja, ia berdecak.

"Awas tangan sama kakinya bang, Gale mau bangun !" ternyata yang rusuh bukan cuma Gale, Fatur yang terbiasa tidur dengan memeluk guling menganggap Gale adalah guling ternyaman, ditambah aroma tubuh dan rambut wangi strawberry bercampur mawar dari Gale membuat tidurnya semakin nyenyak. Sebenarnya Fatur tak memeluk Gale semalaman, karena posisi yang berjauhan. Ditambah, tak akan ada orang tidur bertahan dengan satu posisi semalaman kecuali orang mati. Hanya saja beranjak subuh, tubuh Gale yang merasakan udara semakin dingin menyelesak mencari kehangatan.

"Hem ?" gumam Fatur dengan suara serak, menandakan ia sudah sadar tapi belum sepenuhnya bangun.

"Abang lepasin, Gale mau bangun !" Gale mengangkat tangan dan mencoba menendang-nendang kaki Fatur.

"Kasarnya," Fatur malah semakin mengeratkan pelukannya, dan melesakkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, sontak Gale meremang diperlakukan seperti ini.

"Abang geli ih !" jika begini terus Gale tak janji akan bisa bertahan, lama-lama runtuh juga pertahanannya, begitupun Fatur. Fatur tak menampik jika ia sangat ingin tapi pun tak buru-buru, mengingat Gale yang masih sekolah. Sempat beberapa kali Gale mendengar sayup-sayup orang mandi tengah malam. Tak mungkin kan kunti yang lagi maenan air, yang ada tuh tante kun masuk angin. Mana suaranya bukan ngikik, tapi lebih ke meng3_rang dan mende_s4h.

"Bang," nadanya sedikit memohon.

"Jangan kaya gini ih ! Gale jantungan !"

"Abang dokter spesialis jantung Le, tenang aja ! Jam praktek abang bisa diliat di situs web rumah sakit, atau tanyain sama pihak rumah sakit," kekeh Fatur.

"Ish, canda aja ! Awas bang, Gale sakit perut ih !" katanya sedikit geram karena Fatur masih bertahan dengan posisinya.

"Boong," jawab Fatur. Gale menghela nafas, benar.. perutnya memang melilit, subuh begini memang wajar bagi manusia untuk pergi ke kamar mandi memenuhi panggilan alam.

Karena tak kuat, terpaksa Gale kentut saat itu juga.

"Ihhh bau apa nih ?!" tanya Fatur.

Gale tertawa, "udah dibilangin juga ! Gale ga kuat sakit perut !" sontak Fatur melepaskan pelukannya dan membelakangi Gale.

"Gale jorok," ucapnya, gadis ini tertawa sampai perutnya ngilu, ternyata cara ini ampuh untuk membuat Fatur melepaskan pelukannya.

"Isep aja bang, kata abang kan udara pagi bagus buat paru-paru sama jantung !" Gale sudah benar-benar tak kuat, selain karena memang sakit perut karena kebelet ia pun sudah sakit perut karena tertawa. Gadis itu beranjak menuju kamar mandi.

Fatur menggelengkan kepalanya, dimana-mana gadis tak akan ada yang seterang-terangan Gale, rata-rata cenderung bersifat jaim, tak ingin jeleknya terlihat oleh lawan jenis apalagi laki-laki tampan tapi tidak dengan Gale. Gale memang benar-benar beda, harus ia sebut apa gadis itu konyol, absurd, jorok, tak malu malah malu-maluin, gemesin, cantik, manis ahh sudahlah ! Semua kata di bumi ini diborong olehnya.

"Ahhh lega !" sekalian saja ia mandi dan wudhu. Gadis itu membasahi badannya, tapi satu yang ia lupakan...baju ganti dan handuk.

"Yahhh, lupa gue-nya !"

"Abang !!!" teriaknya, seperti kenek angkutan umum.

"Apa ?!" Fatur yang masih meringkuk di kasur harus di kejutkan dengan suara pekikan Gale.

Sungguh manis sekali pagi mereka, selalu ramai seperti di pasar.

"Abang, Gale lupa bawa handuk sama baju ganti ih. Minta tolong ambilin bathrobe !" jawabnya.

"Ambil aja sendiri, abang merem ko !" jawab Fatur terkekeh.

"Big No ! Mendingan Gale masuk angin !" jawab gadis itu.

"Buruan bang !"

"Kalo abang bawain dikasih apa ?" tanya Fatur.

"Dikasih ucapan makasih," jawab Gale.

"Kalo gitu abang mendingan tidur aja lah !" ucap Fatur.

"Ihh, abang tega !" rengek Gale.

"Abang maunya apa ? Gitu aja minta dibayar," gerutunya bertanya.

"Mau yang kaya tadi malem," jawab Fatur.

"Apa ? di pukul ?" tanya Gale.

"Dipukul pake bibir," kekeh Fatur.

"Sini, Gale tabok pake bibir ke*bo !" jawab Gale, Fatur tertawa, ia beringsut turun dari kasur, mengambil handuk kimono milik Gale yang tergantung di dekat pintu.

"Nih !" jawabnya di dekat pintu kamar mandi.

Gale membuka pintu kamar mandi sedikit, memberikan celah agar bathrobe bisa tersalurkan.

"Cepet ! Abang mau ke air juga," Gale keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih bercucuran air, seketika wajah bantal Fatur langsung melongo dibuatnya. Bukan hanya laki-laki saja, perempuan pun terlihat seksi saat begini.

"Jangan lupa bawa handuk sama baju ganti !" pesan Gale.

"Jangan lupa bayaran abang nanti malem," kedip Fatur membuat Gale bergidik.

...****************...

Gale dan Fatur sudah bergabung dengan mama dan Fathya,

"Abang ada piket malam Le, jadi pulangnya telat !" ucap Fatur, Gale mengangguk begitupun mama. Fathya terlihat sedang asyik memainkan ponselnya.

"Fath, makan dulu !" pinta Fatur.

"Ah, iya bang."

Gale meminum susunya. Dan seperti biasa, menyiapkan roti gandum dengan sosis, telur, selada dan tomat untuk bekal mengganjal perut Fatur dan dirinya.

"Jangan lupa !" Gale menyimpannya di dashboard mobil Fatur.

"Iya, makasih."

Moment itu tak luput dari pandangan Fathya.

Fatur melihat Fathya dari spion depan, adiknya itu dari sejak di meja makan tadi terus saja memainkan tasnya. Fatur pun rasanya belum pernah melihat tas Fathya.

"Kamu beli tas baru dek ?" tanya Fatur membuat Gale yang sedang memasang seatbelt ikut menoleh.

"Iya bang, bagus ngga ?" tanya Fathya menunjukkan tas yang tak begitu besar berlogo Cha_nnel.

"Merk mahal tuh ! Banteran sih kalo gue tebak ya, itu harganya 9 jutaan, bener ngga sih ?!" tebak Gale, Fathya sampai terkejut gadis yang notabenenya adalah kaka iparnya itu tau dan tebakannnya hampir tepat, harga tas itu 9 juta lebih 2 ratus ribu.

"So tau !" jawab Fathya gugup, dan Fatur ? tentu saja ia sudah menukikkan alisnya pada sang adik, pasalnya ia tau betul berapa uang yang dikeluarkannya untuk uang saku Fathya, juga berapa pun uang yang keluar dari atm Fathya, semua transaksinya akan masuk ke email Fatur. Jangan lupakan kebiasaan yang ditanamkan Fatur pada Fathya sejak dulu, Fathya tidak mungkin menghamburkan uang sebanyak itu hanya untuk satu buah tas, lagipula uang sekian juta darimana ? Mungkin saja, jika ia tidak jajan selama 3 bulan. Ayolah, Fathya adalah adiknya yang bijak dalam pengeluaran selama ini.

Fatur melajukan mobilnya menuju sekolah, Fathya yang hendak turun ditahan.

"Bang Fathya masuk dulu, ***..."

"Kamu tunggu sebentar, abang mau bicara !" ucapnya dingin dan tajam lewat spion depan.

Gale hanya bisa mengangkat alisnya sebelah, what's wrong nih antara kak Ros dan upin?

"Ya udah kalo gitu Gale pamit duluan deh bang," Gale membuka pintu mobil.

Tak lupa gadis itu meraih punggung tangan Fatur dan menyalaminya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawabnya datar. Gale merasa jika Fatur tidak sedang baik-baik saja. Begitupun raut wajah Fathya yang gugup.

Sepertinya si anak baik-baik ini sedang dalam masalah, wahhh ! Seru nih keknya, apa harus ia memasang cctv di dashboard biar bisa nonton secara live kak Ros yang menghukum si upin.

Sayangnya tatapan tajam Fatur membuat Gale ciut tak berani, namanya memang sesuai dengan kepribadian Fatur jika sedang mode marah begini.

Dingin kaya malam ! Brrrr !

Dengan berat hati Gale turun dari mobil.

"Masuk ke depan kamu," pinta Fatur.

"I...iya bang," jawabnya gugup lalu keluar dari jok belakang masuk ke jok depan.

"Tas baru kamu ?" tanya Fatur, Fathya mengangguk.

"Setau abang yang dikatakan Gale benar, apa kamu beli sendiri ?" tanya nya.

"Iya, emang salah ya kalo Fathya beli barang yang Fathya pengen bertahun-tahun karena hasil tabungan Fathya sendiri ?" kilahnya, ia sudah deg-degan, semoga kakanya percaya dengan kebohongannya. Jika sampai Fatur tau itu tas pemberian Seli maka habislah ia, Fatur menatap penuh interogasi.

"Abang tidak melarang kamu, hanya saja lain kali berpikirlah dua kali jika akan membeli sesuatu. Abang harap abang masih bisa percaya kamu,"

Deg,

Lemas sudah badan Fathya, kalimat terakhir Fatur membuatnya semakin dilanda rasa bersalah dan juga takut, ia tau akan seburuk dan se seram apa jika kakanya itu marah, tapi ia pun serba salah, karena sudah menerima ini dari Seli.

"Kamu masuk, belajar yang rajin !" Fatur tersenyum dan mengusap lembut kepala adiknya itu.

.

.

.

.