Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.
Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.
Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?
Simak selengkapnya hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Mencoba mengerti
"Hari ini pak Yudha tidak ingin bertemu siapapun," ucap satpam kantor berulang kali sembari mendorong tubuh tua itu keluar dari gerbang. Tidak memberikan celah sedikit saja meskipun terus memohon dan memasang wajah melas.
"Tapi ini penting, saya pak Juli, calon mertuanya."
Dua Satpam yang bertugas itu semakin bingung dengan pengakuan pak Juli. Mereka saling tatap dan tertawa. Pasalnya, yang semua orang tahu Yudha adalah suami dari Natalie. Kenapa bisa mempunyai calon mertua lagi. Apa Yudha ingin menikah lagi? Pikir mereka yang mendengar ocehan pak Juli.
"Ini masih pagi, Pak. Jangan mengigau," ejek salah seorang yang melintas. Mereka menganggap pak Juli sudah kehilangan akal sehat karena sudah menyebut Yudha calon menantunya.
Bagaimana kalau sampai Yudha tidak memaafkanku, pasti dia akan menghancurkan bisnisku.
Keringat bercucuran membasahi wajah pak Juli. Di bawah terik matahari yang semakin menyengat tidak membuatnya menyerah. Ingin segera menuntaskan apa yang bergejolak. Tidak ingin hidupnya menderita karena sebuah kesalahan yang tak disengaja.
Pak Juli semakin takut. Menatap gedung yang menjulang tinggi. Menggigit jari-jarinya dan beberapa kali menendang pagar besi yang terkunci. Menjambak rambutnya, putus asa karena tak bisa menemui Yudha.
"Mungkin ada urusan penting dengan pak Yudha. Tapi kasihan juga kalau pak Yudha tidak mau menemuinya, itu artinya masalahnya sudah serius."
Melirik ke arah pintu utama.
Lintang yang baru saja melintas menghentikan langkahnya mendengar obrolan beberapa karyawan yang sedang nimbrung.
Siapa yang dimaksud mereka?
Lintang mengikuti kemana arah mereka memandang. Matanya langsung membulat sempurna saat melihat pria yang tak asing mondar-mandir di depan gerbsng.
Ayah, ngapain dia ada di sana? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi?
Lintang segera melaporkan tugasnya. Tidak ingin bertemu dengan ayahnya yang nampak kesusahan. Akan tetapi ingin segera bertemu dengan Yudha dan meminta penjelasan padanya.
Berjalan buru-buru ke ruangan sang sahabat.
"Gita, aku ke lantai lima belas dulu, tolong titip ini." Menyerahkan beberapa map pada sang sahabat lalu berlari menuju lift.
Lantai lima belas, bukannya itu ruangan khusus petinggi perusahaan? tanya Gita dalam hati.
Belum sempat memanggil nama Lintang, pintu Lift sudah tertutup.
"Lintang mau bertemu siapa, hari ini Lion kan nggak ikut? Apa dia mau bertemu dengan pak Yudha?"
Gita semakin curiga pada sahabatnya. Semenjak masuk kembali, Lintang jarang sekali bercanda dengannya dan mementingkan Lion. Juga sering keluar masuk secara diam-diam.
Setelah tiba di lantai lima belas, Lintang langsung menuju ke ruangan Yudha. Seperti biasanya, ia dengan sopan mengetuk pintu lebih dulu. Tidak mau orang lain mencurigainya.
Sudah beberapa kali mengetuk, tak ada respon sedikitpun dari dalam. Terpaksa Lintang membuka pintu ruangan itu.
Matanya langsung menatap ke arah kursi kebesaran sang calon suami yang kosong.
"Pak Yudha ke mana, ya? Bukankah tadi dia masuk? Kenapa tidak ada di ruangannya?" gumam Lintang menutup kembali pintu ruangan Yudha. Menatap Hilya yang nampak sibuk berbicara lewat sambungan telepon.
Lintang menghampiri Hilya.
"Maaf, Bu. Pak Yudha nya di mana ya?" tanya Lintang sopan ala karyawan pada atasannya.
Hilya tak menghiraukan ucapan Lintang, ia terus berbicara dengan seseorang yang ada di balik telepon. Sesekali tertawa lepas lalu menatap sinis ke arah Lintang.
"Bu, ini penting, saya harus bertemu pak Yudha," ulang Lintang panik, berharap Hilya mendengar ucapannya.
"Ada apa? Pak Yudha sedang rapat. Beliau tidak bisa diganggu," jawab Hilya ketus sambil meletakan ponselnya.
Lintang langsung berlari menuju ruang rapat yang saat ini Yudha tempati.
Pasti pak Yudha ada di sini.
Menunjuk sebuah ruangan dengan pintu yang terbuka lebar.
Lintang menerobos masuk tanpa permisi.
"Pak Yudha," seru Lintang membuat beberapa staf itu menoleh ke arahnya.
Yudha tersenyum melihat wajah Lintang yang nampak bingung. Kaki gadis itu perlahan mundur. Wajahnya menciut, sadar menjadi tontonan semua orang yang ada ruangan itu. Hilya saja tidak berani untuk memanggil, sedangkan Lintang yang hanya karyawan biasa malah tidak sopan mengganggunya.
Andreas langsung beranjak menghampiri Lintang.
"Pak Yudha sedang rapat, silakan anda keluar dulu," ucap Andreas dengan tegas.
Lintang mengangguk kecil. Melirik ke arah Yudha yang juga berjalan menghampirinya.
"Kamu pimpin rapat, aku keluar sebentar," bisik Yudha di telinga Andreas.
Yudha keluar dari ruangan itu bersama Lintang.
"Kenapa kamu tiba-tiba mencariku?" Yudha menghentikan langkahnya setelah keduanya tiba di depan ruangan Yudha.
Lintang masih menunduk dengan tangan saling terpaut. "Maaf, Pak. Tadi saya tidak sengaja," jawab Lintang takut. Takut jika Yudha marah karena sudah mengacaukan rapatnya.
"Tidak apa-apa, cuma nanti mereka berpikir buruk saja tentang kamu. Karena mereka tahunya kamu karyawan, tidak seharusnya __"
Tatapan tajam Lintang langsung memotong ucapan Yudha yang masih setengah kalimat. Mata dengan bulu lentik itu yang mampu membius lidah Yudha seketika.
"Sekarang katakan, ada apa?" tanya Yudha ulang. Ia tidak mau merusak hati Lintang yang tampaknya sedikit baik.
"Di luar ada ayah, dan sepertinya satpam tidak mengizinkannya masuk, apa ini rencana, Bapak?"
Yudha mengangguk. Meraih tangan Lintang yang membuat sang empu celingukan ke kanan kiri, takut orang kantor melihat ulah Yudha yang tak senonoh.
"Aku hanya ingin memberi pelajaran pada ayah, dan aku pastikan dia akan datang ke pernikahan kita."
Satu tangan Lintang mendarat di bibir Yudha, membungkam. Berharap tidak membahas perihal pernikahan di kantor.
Lintang menarik tangan Yudha masuk ke ruangan. Lama-lama bos yang berkuasa itu bisa membocorkan hubungan mereka jika dirinya tidak tegas.
"Kenapa kamu tidak mau semua orang tahu kalau kita akan menikah?" tanya Yudha antusias. Mengungkung tubuh Lintang yang bersandar di dinding.
Kedua netra saling bertemu dan saling membaca manik mata lawan. Ada pancaran cinta tulus di mata Yudha dan itu yang membuat hati Lintang sedikit lunak. Namun, ia masih tetap belum bisa menerima pria itu sepenuhnya jika mengingat apa yang pernah dilakukannya.
"Karena kita berbeda, bapak orang kaya sedangkan saya orang miskin, apa kata orang nanti?"
"Tapi aku yang mencintaimu."
"Itu menurut bapak, tapi di mata orang tidak seperti itu. Pasti mereka menganggap saya yang merayu bapak, saya yang merendahkan diri hanya ingin menjadi istri, Bapak. Saya mohon, mengertilah." Lintang memelankan suaranya dan menangkup kedua tangannya di depan Yudha.
Yudha mengendurkan dasi yang membelit lehernya. Tidak tahu bagaimana cara Lintang berpikir, yang pasti saat ini ia harus memahami Lintang jika ingin melanjutkan hubungannya.
Yudha mengusap pucuk rambut Lintang. Menatap lekat wajah cantik yang membuat dunia nya teralihkan. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Aku akan berpura-pura tidak mengenalmu jika di depan umum."
🤡 lawak kali kau thor