Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 32
FEELING
Wanita cantik yang baru saja bangun dari tidurnya, tentu saja Disha langsung mendapat suguhan dan kejutan seperti itu.
Bibirnya sedikit terbuka ketika napas panas Noir mulai terasa menyentuh kulitnya. “I like your body (Aku suka tubuhmu)!” ucap Noir sengaja menggoda karena dia sangat tahu bahwa kini wanita malang yang menjadi mangsanya itu merasa tersiksa akan sikapnya.
“Kamu pembunuh sialan! Kakakku sudah tewas dan kebenaran sudah terungkap LALU KENAPA KAMU MASIH MENAHAN KU???" kesal Disha tak tanggung-tanggung ia berteriak di akhir kalimatnya hingga dia mencoba meronta.
“Karena aku mulai tertarik padamu!” jawab Noir tanpa ragu.
Sungguh! Disha sendiri tak berharap semua ini terjadi. Wanita itu memejamkan matanya menggertakkan giginya saat tangan kiri Noir mulai membelai paha kirinya dan mengusapnya ke atas hingga menyentuh pinggang.
“Please! No!” pinta Disha sedikit menahan napas ketika pria itu meremas pinggangnya.
“Memohon lah.” Ujar Noir yang masih berbisik.
Disha menelan ludahnya, kata memohon itu sama saja membuatnya terlihat jelas bahwa dia benar-benar tersiksa. Disha bisa saja memohon seperti saat itu, bila nyawanya terancam atau menyelamatkan nyawa seseorang.
Kini tangan nakal Noir mulai merambat ke punggungnya hingga ke tali bra nya. “Kamu benar-benar sialan!” ucap Disha dengan suara gemetar.
“Yes it's me! (Ya, itu aku)!” balas Noir dengan senang hati namun tangannya tak berhenti menyentuh dan membelai punggung Disha hingga kini ia mulai menyentuh tengkuk lehernya dan menekannya.
Tentu saja Disha mulai khawatir dan cemas akan posisinya saat ini yang begitu intim.
“Ak-aku mohon, lepaskan aku ... ” Napas Disha sudah naik turun tak karuan. Dia tak ada pilihan lain, atau hal yang lebih dalam lagi akan terjadi nanti.
Sementara Noir mendengarnya pun menyeringai kecil. Ia meremas kuat rambut panjang Disha dan menggenggamnya menjadi satu kepalan, lalu menariknya sehingga wanita itu kini berhadapan langsung dengan wajah tampan Noir.
Kontak mata mereka saling bertemu, bertatap muka dan terlihat wajah tertekan Disha dan mimik wajah Noir yang menatap tajam ketika ia masih mencengkram rambut istrinya.
“Katakan sekali lagi.” Pinta Noir.
“Please! Let me go (Tolong, lepaskan aku)!” ucap Disha dengan pasrah.
Mata biru Noir menelusuri wajah cantiknya, hingga pria itu mencium bibirnya dan membuat Disha terdorong ke belakang hingga terpojok lagi ke dinding saat Noir menciumnya penuh gairah hingga mencengkram rahang Disha untuk memperdalam ciuman dan lumatan bibir mereka.
Dengan sekuat tenaganya, Disha mendorong dan menggerakkan kepalanya hingga terlepas dari ciuman maut Noir.
Plak! Satu tamparan berhasil Disha berikan kepada pria angkuh itu.
“Anj***!” umpat Disha dalam bahasa Indonesia, lalu bergegas masuk ke kamar mandi sebelum pria itu meraihnya kembali.
Ya, Noir hanya mengusap sudut bibirnya dengan ibu jarinya karena berdarah akibat tamparan Disha yang keras dan tepat di sana. Untungnya tidak ada luka besar, dan pria itu bisa menahannya. Namun Noir menatap dengan seringaian hingga akhirnya dia keluar.
Saat ia berjalan di lorong rumahnya, Noir melihat keberadaan adiknya yang bergegas keluar dengan tergesa-gesa. “Yoanna!" Panggil Noir sehingga wanita itu tertegun mendengar panggilan serta suara kakaknya.
Yoanna tak bisa mengabaikan kakaknya, dia masih ingin hidup dan hidup tenang. Wanita itu tersenyum saat berbalik dan melihat sang kakak menghampirinya dengan tatapan tegas.
“Kau mau ke mana?” tanya Noir.
“Pergi, maksudku keluar. Ada yang aku lupakan di pabrik!” jelas Yoanna berbohong namun dia sangat pandai menutupinya.
Tentu, dia ingin pergi ke rumah sakit untuk menggugurkan kandungan seperti perintah Ganev.
“Pergilah bersama Falco, temui klien lalu urus pengiriman dan pengecekan barang, Falco akan membantu. Kau tahu aku tidak suka membuang waktu, jadi lakukan dengan cepat.” Pinta Noir.
Hal itu membuat Yoanna tertegun, dia memiliki jadwal rumah sakit namun Noir memintanya untuk mengurus pekerjaan seharian penuh, bersama Falco. Oh yang benar saja, dia tidak akan bisa kemana-mana bila ada pria setia itu.
“Bi-biasanya kau sendiri yang mengecek pengiriman barang? Apa semuanya baik-baik saja?”
Sebisa mungkin wanita itu mencoba mencari alasan tanpa membuat Noir curiga.
“Ada hal lain yang harus ku urus. Dan iya, suruh Yelena pergi bersama Sofiya ke luar, dia butuh udara segar.” Jelas Noir yang masih memperhatikan kesehatan Yelena meskipun Yelena adalah sepupunya.
Namun bagaimana pun, Noir yang bertanggung jawab atas kecelakaan Yelena waktu itu sehingga membuatnya menjadi lumpuh.
Ya! Kejadian yang sangat lama sekali.
Sementara Yoanna tak perlu bertanya soal Sofiya karena Noir memang mencurigai Sofiya dan Alon akhir-akhir ini, dia bisa melihat dari gerak-gerik Noir kepada kedua orang tua tersebut.
Yoanna terdiam saat Noir melangkah pergi. Dia benar-benar bingung harus berbuat apa lagi kali ini?
“Ada sesuatu?” tanya Noir yang rupanya masih belum sepenuhnya pergi ketika menyadari akan diamnya Yoanna.
Wanita cantik dengan rambut tergerai lurus, kini menatap kakanya dengan senyuman miring seperti biasa. “Tidak ada!” jawabnya seolah semuanya baik-baik saja.
Namun Noir yang sudah mengenal adiknya, dia merasa curiga tapi dia tidak ingin terlalu mengusik kehidupan pribadi Yoanna jika menurutnya itu sangat tertutup.
Wanita itu melangkah pergi lebih dulu, sedangkan Noir hanya menatapnya tegas dan datar lalu menoleh ke kanan dan kiri hingga akhirnya ia mulai berjalan entah ke mana.
.
.
.
Indonesia
Seorang wanita baru saja duduk di kursi pesawat. Ada begitu banyak penumpang yang pergi ke Inggris.
“Apa dia di Inggris?” gumam Fani terheran. Jasad Disha dan Sandy ditemukan di Inggris, namun malangnya wanita itu tak tahu bahwa temannya berada di Rusia.
Wanita berambut pendek yang terkuncir rendah itu terdiam saat dia melihat sebuah poster dan tiket undangan untuk Disha waktu itu di kapal pesiar sekaligus melakukan liputan di sana.
-‘Kapal ini berlabuh dari Rusia ke Inggris. Apa Disha— ’
Fani benar-benar baru faham dan sadar. Wanita itu segera bergegas keluar dari pesawat sebelum pesawat mulai terbang.
Tentu saja dia membatalkan perjalanannya ke Inggris, dia memiliki firasat bahwa temannya itu tidak di Inggris sebenarnya, tapi di titik awal kapal berlabuh, yaitu Rusia.
Meski jalan tebakan Fani salah, namun perkiraannya sangat tepat dan yakin bahwa temannya ada di Rusia. Hampir saja dia salah pesawat. Jika tidak, maka dia akan membuang banyak uang.
“Tunggu saja! Aku akan menjemputmu Disha. Aku yakin, kau masih hidup!” gumam Fani dengan tatapan tegas.
ini ngga hamidun kan ya?