NovelToon NovelToon
Bisakah Aku Mendapat Cinta Mu

Bisakah Aku Mendapat Cinta Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Astri Reisya Utami

Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian Renaldi.

Saat aku membuka mata aku melihat di sekeliling ku, aku melihat mama Tania di sampingku dan di sopa ada Renaldi yang sibuk dengan ponselnya.

"Sayang kamu bangun" ucap mama Tania dengan bahagia.

Renaldi mendekatiku tanpa berkata apa-apa.

"Bang, coba panggil dokter" titah mama Tania pada Renaldi. Dia pun langsung memijit tombol dan tak lama suster datang.

"Sus, anak saya sudah sadar" beritahu mama dan suster langsung ke luar lagu dan datang kembali bersama dokter.

Aku di periksa dan dokter memberitahu mama jika aku sudah baik-baik saja tinggal pemulihan saja. Dokter menyuruh mama untuk memberiku makan. Mama menyuapi ku dengan lembut namun tiba-tiba ponsel mama berdering ada panggilan telepon.

"Bang" panggil mama pada Renaldi.

"Ya ma" jawab Renaldi lalu mendekati mama.

"Kamu bantuin Maira makan, mama angkat telepon papa dulu" ucap mama Tania memberikan bubur nya pada Renaldi.

Aku hanya menatapnya saja karena aku masih sakit hati atas perlakuannya semalam padaku. Aku merasa di perlakukan seperti perempuan panggilan.

"Kenapa abang lakukan ini sama aku? " tanya ku membuat Renaldi menatap ku.

"Aku ini istri mu bang, bukan wanita panggilan yang bisa abang lakukan seenaknya. Abang bisa minta dengan baik-baik dan aku akan memberikannya dengan ikhlas" ucapku.

Renaldi dia masih diam. "Aku tau abang benci sama aku, kalau abang ingin buktikan aku masih virgin atau tidak gak harus dengan paksaan. Aku menikah dengan abang berati aku sudah siap menyerahkan semaunya sama abang tapi bukan seperti ini caranya" lanjut ku.

Renaldi dia hanya diam tidka membalas ucapan ku sama sekali dan entah apa yang ada di pikirannya.

"Aku tau kelakuan ku dulu seperti tidak jauh seperti cewek murahan di luaran sana, tapi aku tau diri dan masih bisa jaga kehormatan ku" aku langsung berbaring kembali dan membelakanginya.

Aku terima sikap dingin dan cueknya sama aku tapi untuk yang satu ini aku gak bisa terima aku merasa jika dia merendahkan ku. Renaldi bangkit lalu dia pergi ke luar walau aku tidak melihatnya tapi aku bisa merasakan saat ini bangun dari duduknya di sampingku.

Air mata ku akhirnya ke luar dan aku menangis sepuasnya, entah kenapa mama pun tidak masuk lagi sampai aku ketiduran dan aku bangun hari sudah pagi. Aku melihat Renaldi tidur di sopa dan aku hanya tersenyum miring. Namun tiba-tiba aku ingin kamar mandi, aku pun mencoba turun dari tempat tidur tapi rasa sakit di inti tubuhku masih terasa.

Aku pun turun dengan perlahan namun aku tidak bisa menahannya hingga akhirnya aku oleng namun Renaldi dengan sigap langsung menahan ku membuat aku tidak jatuh ke bawah.

"Mau kemana? " tanya nya dengan datar.

"Kamar mandi" jawab ku tak kalah sinis.

Namun tiba-tiba tubuhku langsung di angkatnya membuat aku kaget. Renaldi membawa ku ke kamar mandi dia dengan hati-hati menurunkan ku. Namun saat aku melihat sekeliling aku tidak melihat tempat untuk menggantungkan infusan.

"Cari apa? " tanya Renaldi.

"Buat simpan ini" jawab ku sambil menu bukan cairan infusan.

"Sini gue yang pegang" pintanya.

"Enak aja, abang ke luar aja sana" usir ku karena gak mungkin dia nungguin di dalam.

"Gak usah malu lagian gue udah lihat semuanya" ucapnya lalu merebut cairan infusan dan akhirnya mau gak mau ikuti saran nya saja dengan posisi di membelakangi ku.

Setelah selesai aku hendak mencuci wajah ku namun sulit dan lagi-lagi Renaldi yang membantuku. Aku merasa heran kenapa dia melakukan itu semua dan jujur hati ku senang di perlakukan seperti ini tapi, aku gak mau berharap lebih.

Kami pun keluar namun di luar sudah ada Om Faiz dan Naira.

"Kalian habis ngapain? " tanya om Faiz.

"Ya kalau di kamar mandi ngapain? " tanya ku balik karena kesal dengan pikiran om Faiz.

"Oh, gue pikir ngapain" balasnya.

"Aku lagi sakit, masa iya di kamar mandi kaya gak ada tempat tidur aja" ucapku membalas ucapan om Faiz yang aku ngerti kemana arah omongannya.

"Renaldi, gue ingin bicara" ucap Faiz pada Renaldi dan Renaldi langsung mengangguk lalu mereka ke luar.

"Mereka mau ngomongin apa? " tanya ku pada Naira.

"Mana gue tau" jawab Naira.

"Dih lo" balas ku.

"Lo kenapa bisa sakit? " tanya Naira menanyakan pertanyaan ambigu.

"Ya mana gue tau, udah udah takdirnya sakit" jawab ku.

"Mai, perasaan lo sama Renaldi gimana? " tanya Naira.

"Gue, berusaha buat mencintai dia dan itu mulai tumbuh tapi gue gak yakin dia akan balas perasaan gue" jawab ku.

"Kenapa? "

"Lo tau sendiri dia benci banget sama gue, apalagi dia tau kelakuan gue dulu gimana saat ngejar Gilang dan bahkan dia cap gue cewek murahan" jawab ku menjelaskan.

"Terus kenapa lo Terima perjodohan ini kalau lo tau dia benci sama lo? "

"Gue cuman gak mau bikin papa marah dan gue pengen kalian semua tau jika gue beneran gak ada sangkut pautnya lagi sama Gilang".

Naira merangkul ku dan aku pun memeluknya.

" Gue yakin gue pasti akan bahagia kaya lo sama om Faiz"ucap ku.

"Harus dong" ucap Naira.

Faiz dan Renaldi masuk lagi setelah mereka bicara dan entah apa yang mereka bicarakan.

"Orang tua lo masih di luar kota paling sore baru balik" beritahu Faiz.

Setelah cukup lama Faiz dan Naira akhirnya pulang dan sekarang tinggal aku dan Renaldi. Namun lagi-lagi dia sibuk lagi dengan ponselnya dan aku memutuskan untuk istirahat.

Setelah tiga hari di rumah sakit akhirnya aku pulang dan lagi-lagi aku di buat terkejut dengan perlakuan Renaldi yang menggendongku untuk naik ke kamar kami. Aku hanya bisa diam karena entah kenapa dengan mendapat perlakuan seperti ini hati ku bergetar dan aku senang sekali.

"Gue tau lo masih belum bisa jalan" ucapnya saat menurunkan ku ke tempat tidur. Aku menatapnya kaget.

"Gue gak mau orang tua bertanya-tanya kenapa lo jalannya seperti itu" lanjutnya.

"Abang" teriak ku kesal sambil melempar bantal.

Namun Renaldi dia malah mengangkat sudut bibirnya. Aku pun langsung berbaring dan tak mau bicara sama dia. Setelah keluar dari kamar aku tidak melihatnya lagi bahkan sampai malam pun dia tidak kembali entah kemana.

"Kamu gak usah nunggu Renaldi pulang, kamu istirahat saja" ucap mama setelah membantuku minum obat.

"Memang abang kemana ma? " tanya ku.

"Papa nyuruh dia buat ngurus pabrik yang di Bogor, jadi dia gak akan pulang" jawab mama dan akhirnya aku tau dia pergi kemana.

1
Astrireynadiaz
masih banyak kurang nya... maaf.
Nita Kurniawati
banyak typo nama2 nya thor, jadi bingung bacanya..tolobg diperbaiki ya
Astrireynadiaz: makasih kak sudah mengingatkan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!