Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Shofiyah Wafat
Setelah merapikannya kami pun ikut berkumpul dan kedua mujahid kecil itu sangat enteng bermain bersama walaupun begitu mereka sangat berisik entah apa yang mereka berdua lakukan seperti sangat heboh sekali. Aku dan orang yang ada disni membiarkan saja karena mereka memang seperti itu jika bertemu.. Umar dan Ukasyah hanya berbeda setahun.. Umar lahir tahun 2017 sedangkan Ukasyah lahir pada tahun 2018..
Melihat mereka aku teringat bagaimana tingkah laku mereka saat usia Umar 2 tahun lebih dan Ukasyah setahun lebih, mereka menghancurkan dapur dengan membuat mereka seperti adonan kue karena mereka menghambirkan minyak, telur dan tepung yang aku dan adikku beli. Belum lagi ikan dan sayuran serta udang yang berserakan menambah kesan hancurnya dapur ini.. Mereka tertawa bahagia seolah-olah mereka mendapatkan mainan besar..
"Ya Allah... Ya Robbi... Astagfirullah... Umar dan Ukasyah apa yang kalian lakukan nak!!!". Aku berseru keras dan heboh sampai mengundang semua orang yang ada didalam rumah ayah datang tergesa-gesa menuju dapur..
"Ya Allah.. Astaghfirullah!!".. Adik perempuanku berseru tak kalah kerasnya dariku..
Tidak lama datang para lelaki masuk melihat yang terjadi.. Kalian tau mereka semua bukannya mengambil anaknya, malah tertawa terbahak-bahak melihat 2 bocil menghancurkan dapur dengan belanjaan kami..
Telur satu rak, tepung sekilo, minyak goreng 2 liter, udang sekilo beserta antek2nya berhamburan dan pecah ke sana kemari.. Sedangkan dua bocah sudah seperti mumi karena dilumuri telur, minyak dan tepung belum lagi diatas kepala mereka ada banyak sayuran hijau ..
Mengingat itu aku langsung tertawa terbahak-bahak sampai ayah dan yang lainnya heran menatapku begitupun dua bocil mengalihkan pandanganku saat aku tertawa..
"Kenapa ketawa begitu sekali ka? , ucap adikku yang duduk disampingku berseberangan karena ayahku berada di tengah saat kami apit..
Ayahku juga menatap heran sambil menuntut penjelasan..Aku hanya tertawa menggelengkan kepalaku.
"Tadi aku memperhatikan kedua anak itu, aku malah teringat bagaimana mereka menghancurkan dapur rumah ayah dengan menghancurkan belanjaan yang baru kita beli!!"..
"Aku tetawa bagaimana seandainya mereka melakukannya lagi disini dengan rumah papan kayu begini bisa seharian aku membersihkannya".
Mendengar penjelasanku mereka juga ikut tertawa..
"Iya kakak benar bagaimana perasaan jengkel dan lucu menjadi satu saat mengingat kelakuan mereka!!".. Ucap rosyid mengingat betapa repotnya dia dan ayah membantu kami membersihkan kekacauan dibuat para bocil sedangkan kedua ayah mereka memandikan dan membersihkan anaknya sedangkan kami perempuan harus pergi belanja ulang..
"Hahaha iya nak ayah juga mengingat hal itu dan sungguh ayah sangat terhibur dengan cucu ayah itu, mereka tidak ada habisnya membuat masalah jika mereka berdua bersama seperti memang suka bekerjasama ingin membuat karya!!"..ucap ayahku
"Benar ayah kedua cucu ayah itu sangat cocok dalam hal merencanakan sesuatu..
Tidak lama dari itu ayah meminta untuk kekamar tamu beristirahat karena merasa dirinya sangat lelah padahal beliau bukan yang membawa kendaraan.. Wajah ayah memang agak pucat seperti kehilangan cahayanya..
Setelah sholat Ashar akhirnya mertuaku datang dari sawah sambil membawa barang-barang untuk dijadikan oleh-oleh keluargaku dibawah ke makassar mulai dari beras, rambutan, mangga dan yang lainnya..
Setelah 30 menit berbincang-bincang akhirnya ayah beserta keluarga ku pun pulang menuju makassar. Karena esoknya adikku akan kembali ke sidrap karena dia akan mengajar..
Itulah pertemuan dan kebersamaan terakhir kami sekeluarga lengkap dengan ayah.. Karena 2 hari itu beliau telah pulang Ke Rahmatullah.. Sebelumya beliau memang jatuh saat setelah sholat ashar dan dilarikan kerumah sakit, aku yang dikabari adikku ingin ke makassar saat itu hanya saja dia meyakinkan ku untuk tidak turun karena aku punya anak kecil, aku sempat tersandung dan kakiku terluka dan rasanya sangat sakit tapi bukan fisik tapi dalam hati.
Aku sudah memiliki firasat tak enak akan hal ini tapi setelah 2 jam aku mendengar kabar duka itu..
"Ya Allah... Aku menjatuhkan ponsel ditanganku mendengar hal itu..
Aku menangis tersedu-sedu tak bisa bernafas.. Kebetulan saat itu keluarga suamiku berkumpul dan mereka sudah mengetahui kalau ayahku masuk rumah sakit dan akan turun bersama padahal ini sudah menjelang magrib..
"Yaa Allah bagaimana aku bisa tanpa ayahku, bagaimana keadaan kakak lelakiku yang sakit, bagaimana hidup adikku rasyid jika beliau tidak ada.. Innalillahi wainnailaihi Rojiun!! ".
"Ya allah.. Ya Allah... Adik iparku langsung menangkapku saat aku limbung kesebelah hampir jatuh dari tangga.. HP ku sudah lebih dulu jatuh ke lantai retak tak berdaya..
Aku hanya bisa menangis dan menggumamkan maaf pada beliau karena belum bisa menjadi anak yang baik "Ya Allah".. "Ya Allah".hanya itu yang sejak tadi kuucapkan. Aku seperti orang hilang arah bahkan ketika ditanya pun tidak menjawab hingga 15 menit baru aku tersadar setelah mertuaku menepuk pundakku dengan keras..
"Kenpaki nakk.. Sejak tadi ditanya seperti itu??.. Mertuaku bertanya..
"Ayah.. Ayah.. Ayahku ya Allah... Ayahku meninggal!!".. Aku bahkan tidak menyelesaikan ucapanku akhirnya pingsan.. Setelah 30 menit aku tersadar..
"Ayo ke makassar sekarang nak". Ajak mertuaku dengan
Aku memandang keluarga suamiku yang sudah berkumpul diatas rumah..
"Besok pagii ma kalau kalian semua ikut aku turun aku tak tau kalian akan tidur dimana apalagi disana pasti banyak keluarga Ibu tiriku. Mama sendiri tau bagaimana mereka memandang rendah orang lain!!". Tolak ku dengan halus
Keesokan harinya selepas Sholat shubuh kami pun turun ke makassar untuk menghadiri pemakaman ayahku.. Aku yang tak sehat dan tak punya tenaga tetap ikut karena aku tak bisa tinggal dirumah dalam keadaan seperti ini.. Sungguh ini pukulan terbesar dalam hidupku.
Ayah yang selalu menyayangi dan mencintaiku meninggalkan aku dan saudara ku selamanya.. Ya Allah.. Aku langsung menagis lagi.. Menangis lagi itulah yang kulakukan sejak semalam hingga kini. Aku bahkan tak bisa menelan makanan walau sedikit.. Bahkan air pun terasa pahit ditenggorokanku..
"Ya Allah apakah semuanya akan baik-baik saja setelah ini.. Bagaimana kedua saudara lelakiku.. Aku tidak punya tempat tinggal sendiri, bagaimana aku membawa tinggal mereka belum lagi kalau kakak lelaki ku itu bikin ulah disini ya Allah!!"..jeritku dalam hati.
Tak berhenti nya aku menangis meratapi hal ini walau tak menunjukkan berapa berat beban yang kurasakan tetap saja aku seorang manusia biasa yang sangat terluka terlebih lagi ayahku adalah orang yang paling kukagumi dan kucintai didunia ini. Walau aku jarang bertemu dengannya aku tetap rutin Berkomunikasi.
Berbeda halnya adikku yang perempuan dia pasti akan pingsan saat melihat ayahku.. Aku tau dia bahkan lebih terpukul dariku. Begitupun adik lelakiku dia pasti bingung akan kemana setelah ini. Dia sepenuhnya bergantung kepada ayah kami. Dan rumah ini adalah rumah ibu tiriku.
Tidak mungkin dia membiarkan kedua saudara lelakiku tinggal dsini. Melihat bagaimana sikapnya kepada kami selama ini.. Aku yakin cepat atau lambat dia dan keluarganya akan mengusir saudaraku. Aku yang terus saja menangis sepanjang jalan hingga menuju kerumah ayah.
Tak hentinya aku menciumi putraku si Ammar yang sejak tadi memandangiku karena Umar berada disebelah ayahnya.. Aku memang sejak tadi diam seribu bahasa dan hanya menangis.. Ya Allah kuatkan hamba untuk kali ini akan ada cobaan berat akan menantiku.