"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.
"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.
"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.
"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.
"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.
"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.
"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25. Harus teringat kenangan pahit adinda seri 2
Kini shely pun berniatan mengantar aqilla tapi ternyata, gang yang di masukki nya tak bisa dilewati kendaraan beroda 4.
Karna yang diarahkan aqilla ke arah gang yang terlihat sempit, mungkin motor saja yang lewat bisa saja tapi ngepres.
"Ini masih jauh dek." tanyaku.
"Nggak kak itu udah deket kok." jawabnya.
Ya gedung kantor shely kini tak jauh dari tempat aqillah tinggal, hanya jarak 1000km saja.
Setelah sesampainya didalam gang, kecil dan melewati jembatan kecil, kini sudah nampak rumah yang begitu sudah lapuk, Angin yang besar pun mungkin atapnya juga ikut kebawa, dan melihat tembok yang terbuat dari bambu itu pun nampak bolong-bolong. Nampak bola mata shely mengembun,
"Assalamu'alaikum, buk!?." teriak aqilla dari depan pintu.
"Wa'allaikumsalam, sebentar?." jawab nya dari bali pintu.
Kini mata shely pun memberikan salam sama orang yang umurnya jauh lebih tua darinya, mirip dengan orang yang berumur 65 tahunan.
"Assalamu'alaikum buk? Saya Shely yang hendak mengantarkan nak aqillah pulang." ucapnya basa-basi.
"Oh, iya saya mirna, nak makasih udah antar aqillah, mari duduk maaf tempatnya kumuh berantakan." jawab mirna dengan gugup sekaligus malu, karna yang datang sepertinya bukan orang kalangan bawah atau menengah.
"Iya buk tidak apa-apa." kata shely sambil duduk di kursi yang sudah kumuh kemungkinan kotor, namun ia tak mempermasalahkannya.
"Yasudah sebentar saya buatkan minum dulu." kini bu mirna pun bergegas pergi kedapur, dan tak lama ia pun balik ke ruang tamu dengan segelas teh.
"Ini minumnya nak." ujarnya dan shely pun tersenyum lalu mengangguk.
"Bu terimakasih teh nya." kata shely yang sambil memyeruput teh nya.
"Oh, bu maaf kalau saya lancang saya ingin bertanya buk soal aqlliah, dia siapa ibuk ya kok masih kecil kenapa nggak di sekolahkan saja." tanyanya tampak ragu-ragu. Takut akan menyinggung hati bu mirna. Namun bu mina nampak tenang da santai, justru ia membalas senyuman pada shely.
"Saya ini memang tidak sedarah dengan aqillah, namun anak itu yang selalu membantu saya jadi waktu itu saya_
Kini bu mirna mengingat kejadian beberapa tahun silam, saat masih bekerja di sebuah perumahan bersar, juga terlihat elit.
Flasback on.
Kini aqillah baru umur 2,5 tahun saat itu ia sedang bermain di halaman depan. Namun ia tak mendengar jika ayah dan bunda nya bertengkar.
"Mas apa kamu nggak mikirin anak kamu? Dengan teganya kamu menghianatiku? Kurang apa diriku mas aku dulu bela-belain kamu mati matian didepan keluargaku!? Sekarang kamu mau campakan aku dan anakmu? Dia itu darah daging kamu mas?." dinda kinu meraung didepan suaminya yang sudah tega menduakanya.
"Maafkan mas dek? Mas tidak bisa bohongin hati kecil mas, jika mas harus memilih diantara kalian? Mas janji jika kita berpisah, mas akan menafkahi anak kita?." jawab nya enteng.
"Mas! Dengan gampangnya kamu bilang menafkahi anak kita!? Mikir nggak kamu jika anakmu itu butuh ayahnya perkembangan anak kita itu butuh suport dari kedua orang tuanya!?."cerca dinda namun suaminya yang memiliki tekat yang bulat. Ia pun lantas pergi dari rumahnya. Tanpa mau lagi ia menoleh kebelakang.
" mas aji,? Masss? Jangan tinggalin kami mas!?"namun teriakan itu tak ada dihiraukan aji ia terus berjalan menyusuri gerbang. Bu mirna yang bertetanggak an sekaligus mantan babysiternya, kini menghampiri dinda ia pun merasa iba. Hingga ia pun memeluk dinda agar bisa membuat nya sedikit tenang.
Kini saat dinda memeluk bu mirna. Ia pun mendapati anaknya, yang sedang berlatih jalan, sehingga tangisan dinda pun pecah. Namun saat ia menoleh kebelakang aqilla ada sebuah truck yang melaju kencang. Segera dinda berlari dan mendorong aqilla ke tepi, untung saja aqilla terhempas ke semak-semak. Sehingga tak membuat ia terluka dan aman tidak sampai terluka parah. Namun na'as nya semua berbalik kepada dinda, yang sudah kehilangan kesadaran. Dinda pun dilarikan kerumasakit.
Bu mirna yang melihat kejadian itupun lantas berlari. yang ia selamatkan adalah aqillah, sehingga menggendongnya terlebih dulu. Saat ia menoleh kini ia di perlihatkan tubuh dinda terhuyung sehingga beberapa meter dari truck nya.
"Dindaa!." teriak bu mirna yang melihat d4r4h kental yang membanjiri bagian kepalanya juga perut dinda. Kemungkinan bu inah menebak jika dinda sedang mengandung anak keduanya.
Bu inah semula menggendong aqillah yang sedang menangis, ia pun meminta supir truck itu untuk berteriak memanggil warga buat menolong dinda.
"Ya allah dinda? Sungguh malangnya nasip kamu nak hiks hiks." gumam bu mirna yang menangis. Kini ia teringat akan kebaikan keluarga dinda yang sangat baik. Tak pernah ada kesombongan dari keluarga itu.
Ya, sebelum perampokan itu terjadi keluarga adinda sangatlah harmonis, sehingga beliau tak pernah meninggalkan sholatnya, dan adinda tak pernah kehilangan namanya kasih sayang kedua orang tuanya.
Setiap kekayaan beliau selalu di bagikan ke fakir miskin, atau ke panti asuhan bina kasih juga tak lupa ia selalu berbagi rezekinya ke panti-panti lain.
Sehingga membuat keluarga mereka bahagia, namun malam itu setelah mereka berkunjung kesalah satu, panti jompo. Tiba-tiba ada segerombolan preman yang mengikutinya dari belakang mobil pak darmo. Dan malamnya setelah pak darmo juga bu mimin tertidur, kini tinggal bu mirna yang masih belum tertidur karna ia sedang menemani adinda di kamarnya.
Dan setelah itu terdengar dari balik kamar ia mendengar suara tembakan. Seketika bu mirna panik. adinda baru berusia 9 tahun itupun terbangun.
kini bu mirna yang melihat anak asuhnya terbangun, ia membungkam mulut adinda agar tak mengeluarkan suara, sehingga diam-diam bu mirna menggendong adinda, dan kebetulan bu mirna membawanya ke pintu belakang lemari. yang dulu ia pernah masuk bersama majikannya saat mengambil barang.
Dan benar saja bu mirna mendengar suara lemari juga barang berjatuhan.
"Bi ada apa sih, kok aku dibawa kesini?." kata dinda yang merasa ketakutan. Bu mirna yang tau jika majikan kecilnya ketakutan kini ia memeluknya erat.
"Ssst, kamu diam ya non. Soalnya ada penjahat diluar?." bisik mirna pada daun telinga dinda, dan dinda pun manggut-manggut. Kebetulan adinda anaknya cerdas juga paham akan situasi sekarang.
Hening?
Dan lagi hening?
Tak ada lagi suara-suara diluar ruangan yang sedang diibuat sembunyi. 'Apa mereka sudah pergi ya? Oh ya dibelakang lemari ini kan ada rak buku yang bisa melihat situasi luar ruangan? Baik aku kesana untung saja ruangan ini kedap suara, juga tersedia kasur. Jadi dinda bisa tertidur nyenyak?.' batinnya sehingga bu mirna pergi keruangan yang di maksudkan, setela melihat situasi luar aman ia pun keluar, meninggalkan dinda sedang terlelap.
Saat memasuki kamar majikannya betapa terkejutnya, ia pertama membuka pintu kamar majikannya terlihat d4r4h berserakan. Lemari juga terbuka dan terlihat semua berantakan.
Bu mirna tak ingin melihat lebih dalam lagi, ia sudah tidak bisa menahan buliran kristal dimatanya, segera berlari dan menekan tombol pada gagang telepon.
Ia pun menghubungi polisi.
.
.
.
Singkat cerita kini dinda di besarkan dengan bu mirna. Yang sekarang masih setia pada dinda namun saat itu dinda sudah memiliki suami, dan semua dinda yang ingin mengatur rumah tangganya sendiri, dan perusahaan nya di ambil alih pada suaminya aji.
Dan pada saat itu bu mirna pun masih setia pada dinda saat kesusahan dirumahnya. Ia memutuskan mengontrak di belakang rumah adinda, walaupun kecil karna tak mungkin ia pergi kekampung karna jarak begitu jauh. Dan pastinya bu mirna tak bisa mengawasi adinda.
.
.
Dan beberapa tahun kemudian adinda melahirkan anak, yaitu bernama aqillah khumairah.
Di situ semakin lama toko juga kantor adinda yang dikelola aji, seketika bangkrut dan mereka memilih menjual semua aset yang di milikinya. Agar bisa membayar kariyawan nya. Dan semakin lama suami dinda berubah mendadak seperti menjaga jarak, namun malam bu mirna melihat jika aji sedang mabuk. Dan terjungkal di pinggir jalan bu mirna pun membawanya pulang.
Tok tok tok.
"Assalamu'alaikum. Adinda bukain buruan!?." teriak bu mirna dan tak lama adinda pun keluar masih mengenakan mukena.
Dan melihat suaminya dengan keadaan mabuk ia pun shock.
"Wa'allaikumsalam. Ya alla bu ini kenapa? Apa yang terjadi pada suamiku?." tanyanya cemas.
"Suamimu mabuk nak, kayaknya temannya sengaja meninggalkan suamimu di pinggir jalan, jadi ibu memapahnya untuk pulang. Kamu yang sabar ya semoga segera insaf suamimu." ujar bu mirna yang tau dengan sifat suami anak angkatnya.
"Iya bu makasih ya, kalau begitu saya masuk dulu ibu jangan lupa minum obatnya." jawab dinda yang tersenyum pada bu mirna, tak lupa ia menyalami ibu angkatnya.
"Sudah nak?. Yasudah ibu pamit ya." jawab bu mirna dan berlalu meninggalkan kedua suami istri itu, untuk kembali kerumahnya.
Ya sejak ibu adinda tidak ada, kini bu mirnalah yang bergani menjadi peran seorang ibunya, meskipun cara bu mirna yang berbeda pada ibunya kandung.
Setelah mengantar aji suami adinda, kini dirinya pun pergi kerumahnya untuk beristirahat.
Bersambung..