El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
kedua orang itu tersentak kaget. mereka saling bertatapan, ada raut khawatir di wajah mereka. apakah Andri telah melaporkan mereka ke polisi. namun kalau ia, kenapa bukan polisi yang datang melainkan sekumpulan anak muda.
bisa saja mungkin Andri menceritakan semuanya kepada anak-anak muda ini sehingga mereka tau dengan Andri. karena yang ibu Jumi tau, Andri adalah pribadi yang dingin. ia hanya memiliki satu orang teman laki-laki selebihnya itu, tidak ada lagi.
"kalian temannya Andri...?" tanya ibu Jumi
"iya. kami ke sini ingin mengabarkan keadaannya" jawab El
"dimana....dimana anak itu sekarang...?"
"dia di rumah sakit. kami mendapatkan alamat dari kartu pelajarnya makanya kami datang ke mari untuk memberitahu bapak dan ibu. tadi kami ke rumah namun satpam bilang ibu berada di toko bunga ini makanya kami susul kemari" jawab El
mereka ke rumah Andri...? tentu saja itu bohong, mereka tau alamatnya namun berniat untuk ke sana saja tidak. itu hanya kebohongan El saja.
ibu Jumi memperhatikan mereka, dari lagaknya sepertinya Andri tidak menceritakan apapun kepada para remaja itu.
"ya ampun Andri, kasian sekali keponakan tante. kami sudah mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu. syukurlah kalau dia bersama kalian. di rumah sakit mana, kami akan menjemputnya pulang" ucap ibu Jumi dengan ekspresi khawatir
"di rumah sakit xxx. kami akan mengantar ibu ke sana" ucap El
"baiklah, kita ke sana sekarang. pak...ayo siapkan mobil, kita jemput keponakan kita. kasian tidak ada yang menjenguknya" ucap ibu Jumi dengan sorot mata senang
"baik Bu" jawab pak Aji
toko di tutup untuk sementara. mereka semua bergegas ke rumah sakit, 30 menit perjalanan mereka akhirnya sampai.
semuanya berjalan menuju ke kamar rawat Andri yang ada di lantai dua.
cek lek.....
pintu kamar terbuka, Andri sedang bermain handphone di ranjangnya.
"kalian datang...?" senyum Andri mengembang melihat kedatangan El dan yang lainnya
Nadia terus berada di sisi Andri tanpa beranjak sedikitpun.
"kamu sudah sarapan...?" tanya Vino mendekati Andri
"sudah, lihat saja makanannya habis" Andri melirik ke arah meja di sampingnya yang ada piring bekas makanannya
"An, kami membawa seseorang" ucap El
"seseorang. siapa...?"
mereka semua melihat ke arah pintu dan masuklah ibu Jumi serta pak Aji.
saat mereka masuk, tubuh Andri bergetar hebat. ia ketakutan luar biasa, bayangan pembunuhan yang dilakukan ibu Jumi kepada kakaknya terlintas di kepalanya.
Nadia yang melihat dua orang itu merasa sangat marah, ia ingin lagi masuk ke dalam tubuh starla namun Adam segera menghalaunya.
"t-tante" bibir Andri kaku
"ya Allah sayang....kamu kenapa jadi seperti ini...?" ibu Jumi langsung memeluk Andri dan membisikkan sesuatu
"akhirnya tante menemukan mu anak sialan" bisik ibu Jumi
"kamu baik-baik saja kan, kenapa tidak pulang ke rumah. tante sama om mengkhawatirkan mu" ibu Jumi membelai kepala Andri
"kami mencarimu kemana-mana nak. apakah kamu tau betapa khawatirnya om mencari keberadaan mu" kali ini pak Aji yang berbicara
Nadia sangat jengah dengan kedua manusia itu.
"lepaskan aku, aku ingin merobek mulut mereka" teriak Nadia saat Adam terus saja menghalanginya
"tenang dan perhatikan saja" ucap Adam
Andri menatap satu persatu El dan yang lainnya. ia tidak percaya mereka akan memberitahu keberadaannya kepada tantenya padahal mereka semua tau bagaimana perlakuan ibu Jumi kepadanya.
"kamu sudah sehat kan, kita pulang ya. tante akan merawat mu dengan baik di rumah" ucap ibu Jumi
Andri menggeleng cepat, ia tidak ingin pulang lagi ke rumah yang sekarang menjadi neraka baginya bahkan mungkin akan menjadi kuburan untuknya.
"aku sudah mengurus semuanya, keadaan kamu sudah jauh lebih baik. kamu bisa pulang sekarang" ucap El
"tidak...aku tidak mau pulang" Andri menolak
"kenapa sayang. di rumah lebih nyaman daripada di sini. kita pulang ya. ayo tante bantu siap-siap"
"El" panggil Andri namun El tidak bereaksi sama sekali
"Vino, Leo" Andri melihat ke arah dua lelaki itu namun mereka juga sama
"ikut tante atau kubuat teman-teman mu ini sama menderitanya seperti dirimu" bisik ibu Jumi dengan nada ancaman
melihat reaksi semuanya, Andri menitikkan air mata. ia pasrah saat pak Aji memapahnya ke kursi roda kemudian meninggalkan ruangan itu.
Andri sempat melihat ke belakang berharap mereka menghentikannya namun tidak ada yang melakukan itu.
Nadia memberontak, ia ingin mengejar Andri namun semuanya sia-sia karena Adam.
"kami tidak sebodoh itu untuk membiarkan saja Andri dibawa oleh mereka. lihat dan perhatikan saja. semuanya akan terbongkar kali ini" ucap El
"dam, elu tau apa yang harus elu lakukan kan...?" ucap El
"tentu" jawab Adam
Adam menghilang dari pandangan mereka. El mendekati Nadia.
"Andri akan baik-baik saja. itu janjiku. kamu akan kami panggil saat kami membutuhkan mu" ucap El
"selamatkan dia" ucap Nadia memohon
"jangan muncul sebelum aku panggil" ucap El dan Nadia mengangguk
mereka semua pergi meninggalkan tempat itu. Vino dan starla Mempunyai tugas tersendiri sedangkan El dan Leo menyusul Andri ke rumahnya. tiba di sana, rumah besar itu sepi tanpa penjaga. ini kesempatan mereka untuk masuk.
mobil yang ibu Jumi pakai tadi sudah terparkir di parkiran. perlahan mereka masuk dan pintu tidak di kunci, itu kesempatan emas untuk mereka.
buuukkk....
pak Aji mendorong Andri sehingga tersungkur di lantai dengan tongkatnya karena kakinya belum bisa berjalan normal.
"kamu pikir kali ini bisa lari lagi dari kami. gara-gara kamu, kami selalu dihantui polisi datang ke rumah ini" ucap ibu Jumi
"harusnya memang tante dan om membusuk di penjara" teriak Andri
plaaaaak.... tamparan keras mendarat di wajahnya.
"masih kurang ajar juga kamu ya sama tante. bahkan saat kamu pincang begini pun kamu masih saja melawan"
ibu Jumi menekan perut Andri yang terluka membuat anak itu teriak kesakitan.
bughhh...
Andri menendang ibu Jumi dengan kakinya yang sehat sehingga wanita itu terhuyung di lantai.
"kurang ajar. berani kamu sama tante" amarah ibu Jumi meledak
bughhh....
bughhh....
wanita itu terus menendang kaki Andri yang pincang sehingga anak itu teriak kesakitan
"aaaggghh... hentikan" teriak Andri memegang kakinya
"tidak usah berlama-lama, tante bosan melihat mu merengek. supaya kamu berhenti merengek, tante akan mengirim kamu menyusul kakak dan kedua orang tuamu di neraka" ibu Jumi mencengkeram wajah Andri
"kamu tau tidak siapa yang membuat ayah dan ibu kamu secepat itu mengambil tiket ke akhirat...?"
"itu semua adalah tante yang melakukannya. tante membunuh mereka sama seperti saat tante membunuh kakakmu" ibu Jumi tersenyum menyeringai
"manusia iblis" teriak Andri
"hahahaha....ckckck....tante manusia sayang"
ibu Jumi melangkah mengambil sesuatu, itu adalah pisau tajam yang mengkilap.
"Bu, ibu mau ngapain...?" tanya pak Aji was-was
"mau ngapain lagi pak kalau bukan bermain-main dengan keponakan kita" jawab ibu Jumi
"ibu tidak akan membunuhnya kan...?"
"kalau iya kenapa. bapak takut. tenang saja pak, tidak akan ada yang tau"
ibu Jumi mendekati Andri yang sudah ketakutan melihat pisau yang dipegang wanita itu. wanita itu menaruh pisaunya di wajah Andri.
"waktu itu tante merobek mulut kakakmu dengan pisau ini. dan sekarang tante akan melakukan hal yang sama padamu agar kamu tidak seenaknya bicara dan melawanku"
pisau itu ia masukkan ke dalam mulut Andri. anak itu menutup mata karena takut. tubuhnya bergetar, keringat mulai mengucur di tubuhnya.
namun kemudian pisau itu sudah berada di leher Andri.
"selamat tinggal keponakan tante, salam untuk ayah ibumu di akhirat ya" bisiknya di telinga Andri
ibu Jumi berniat menggorok leher Andri namun seketika tangannya di tahan oleh sesuatu. perlahan tangannya terangkat dan menjauh dari leher Andri.
"aaaaaa" ibu Jumi kesakitan
pisaunya jatuh ke lantai. ternyata yang melakukannya adalah Adam. Andri membuka matanya dan melihat tantenya itu meringis sakit karena tangannya di putar oleh seorang yang tidak dilihat.
"Bu, ibu kenapa...?"
pak Aji mendekati istrinya
bughhh...
Adam menendang pria itu hingga tubuhnya menghantam dinding.
El dan Leo segera keluar dari persembunyian mereka. ternyata dari tadi mereka bersembunyi dan merekam apa yang dilakukan oleh kedua orang itu.
Adam mendorong ibu Jumi hingga mendarat di dekat suaminya.
"El, Leo" ucap Andri senang
"k-kalian. kenapa bisa kalian ada di sini...?" ibu Jumi kaget melihat El dan Leo
"jelas saja bisa. tidak semudah itu kami menyerahkan Andri begitu saja tanpa perencanaan yang matang" ucap Leo
"menghadapi orang licik seperti kalian harus dilakukan dengan kelicikan" lanjut Leo
El menghampiri Andri dan membantunya berdiri.
"kamu nggak apa-apa...?"
"tidak, terimakasih sudah datang"
"kurang ajar. kalian menjebak kami" teriak ibu Jumi
"pak...bunuh mereka semua" ucap ibu Jumi
pak Aji mengambil golok yang telah ia sediakan. dia menyerang El dan Leo namun dengan cepat keduanya menghindar.
kesal karena keduanya terus menghindar, pak Aji berlari berniat mencabik-cabik tubuh Andri namu
buuuggh....
Adam mengait kakinya hingga dirinya terjatuh dan goloknya mengenai kakinya sendiri.
"aaaaggghhhh" teriak pak Aji
"bapak" ibu Jumi bangun mendekati suaminya
"ku bunuh kalian"
"Nadia" teriak El
wuuusshh....
angin bertiup. ibu Jumi tercengang mendengar nama siapa yang dipanggil El. Andri pun tidak kalah kagetnya.
"N-Nadia" ibu Jumi meliihat sekelilingnya
muncullah sosok yang dipanggil oleh El. amarah terlihat di mata wanita itu. El mendekat dan memegang tangan ibu Jumi sehingga ibu Jumi bisa melihat sosok arwah Nadia.
tidak secantik tadi, Nadia kembali ke wujudnya yang menyeramkan. bibir robek dengan darah yang terus keluar. perut tertusuk membuat dress warna putih itu berubah menjadi merah.
"aaaaa....setan...setan" ibu Jumi teriak histeris melihat penampakan Nadia
"sakit tante" ucap Nadia lirih
Nadia terus mendekat ke arah ibu Jumi yang terus memberontak namun sayang ia tidak bisa lari karena El memegangnya dengan kuat.
"sakit tante" tangan Nadia terulur ke depan
"pergiiiiiiiii....pergi...kamu. kamu sudah mati, pergi"
Andri yang melihat ibu Jumi teriak ketakutan merasa heran dan bingung. tidak ada siapapun di depannya namun ibu Jumi terus saja berteriak seperti orang yang tidak waras.
"sakit tante"
grep....
tangan Nadia mencekik leher ibu Jumi membuat ibu Jumi kesakitan dan memegang lehernya.
"mati kau" Nadia mengangkat tubuh ibu Jumi tidak menginjak lantai
"Adam" El memanggil Adam
hantu itu langsung menarik Nadia menjauh dari ibu Jumi.
buuuggh...ibu Jumi terjatuh dan terbatuk-batuk.
"itu mereka pak, mereka orangnya" Vino datang bersama starla dan polisi
"mereka berdua pak pelakunya" tunjuk Leo ke arah ibu Jumi dan pak Aji yang meringis sakit karena lukanya
ibu Jumi dan pak Aji diborgol. kemudian El dan polisi lainnya ke belakang rumah menggali tempat dimana mayat Nadia di kuburkan. benar saja, tubuh seorang wanita ada di dalam tanah itu.
Andri meraung-raung melihat mayat kakaknya. betapa terlukanya ia melihat keadaan kakaknya yang tidak di kubur dengan layak.
El memeluk Andri yang malang itu. semuanya telah terungkap. ibu Jumi dan pak Aji di bawa ke kantor polisi. mayat Nadia akan dikuburkan secara layak di pemakaman umum.
arwah Nadia tersenyum, akhirnya semuanya telah terungkap dan ia bisa pergi dengan tenang.
"kamu ingin melihat kakakmu untuk terakhir kalinya...?" tanya El
"memangnya bisa...?" tanya Andri
El membawa Andri mendekati Nadia dan berdiri di depannya. ia pegang tangan Andri berniat dalam hati mempertemukan keduanya dan benar saja setelah itu Andri dapat melihat arwah Nadia yang berada di depannya.
"k-kakak" Andri mulai berkaca-kaca
"dek" panggil Nadia. wujudnya kembali normal kembali
"hiks...hiks...kakak" Andri menghambur memeluk Nadia
tangisannya pecah tak tertahankan. begitu lama ia bisa melihat kakaknya itu dan sekarang adalah yang terakhir kalinya.
"kakak rindu sama Dede"
"Dede juga... maafin Dede yang tidak bisa menolong kakak waktu itu"
"Dede tidak salah. mulai sekarang Dede harus hidup lebih baik ya" Nadia menangkup wajah Andri
"Dede bisa apa tanpa kakak, ayah dan ibu. hiks...hiks... Dede mau ikut kakak saja".
"ssssttt....jangan bicara seperti itu. kamu harus tetap hidup. semuanya telah membaik. lakukan seperti pesan ayah dulu. pimpin perusahaan, hanya kamu ahli waris satu-satunya"
"gunakan harta ayah dengan baik ya. jangan lupa sedekah untuk mereka berdua dan juga kakak"
"kakak"
"kita akan bertemu lagi di alam sana" Nadia menghapus air mata Andri
"terimakasih telah membantuku" Nadia melihat ke arah El dan kawanannya
"sama-sama" jawab mereka
"kakak pergi ya. jaga diri baik-baik. kakak sayang sama Dede"
Nadia mencium kening Andri sampai akhirnya arwahnya menghilang seperti buih.
"kakak" ucap Andri lirih