Tiga tahun lalu, Agnia dan Langit nyaris menikah. Namun karena kecelakaan lalu lintas, selain Agnia berakhir amnesia, Langit juga divonis lumpuh dan mengalami kerusakan fatal di wajah kanannya. Itu kenapa, Agnia tak sudi bersanding dengan Langit. Meski tanpa diketahui siapa pun, penolakan yang terus Agnia lakukan justru membuat Langit mengalami gangguan mental parah. Langit kesulitan mengontrol emosi sekaligus kecemburuannya.
Demi menghindari pernikahan dengan Langit, Agnia sengaja menyuruh Dita—anak dari pembantunya yang tengah terlilit biaya pengobatan sang ibu, menggantikannya. Padahal sebenarnya Langit hanya pura-pura lumpuh dan buruk rupa karena desakan keluarga yang meragukan ketulusan Agnia.
Ketika Langit mengetahui penyamaran Dita, KDRT dan talak menjadi hal yang kerap Langit lakukan. Sejak itu juga, cinta sekaligus benci mengungkung Dita dan Langit dalam hubungan toxic. Namun apa pun yang terjadi, Dita terus berusaha bertahan menyembuhkan luka mental suaminya dengan tulus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Kepribadian Ganda?
Awalnya, Langit memang sudah memiliki rencana untuk membawa kabur Dita. Namun, melihat Dita yang berulang kali bersin, dan kini malah menggigil, hati Langit melunak. Langit teringat ketika Dita memperlakukannya yang lumpuh sekaligus b u r u k rupa, penuh cinta. Bukan hanya sentuhan dan k e c u p a n lembut yang Dita lakukan di setiap wanita itu memperlakukannya. Melainkan juga setiap tutur Dita yang selalu amat sangat lembut.
Dalam hubungan singkat mereka, waktu yang Langit miliki menjadi terasa istimewa hanya karena Dita yang ia kira Agnia, memperlakukannya dengan istimewa. Mungkin karena itu juga, separuh hati Langit merasa, bahwa Dita masih miliknya.
Langit yang awalnya sudah keluar dari kontrakan, segera masuk. Pintu kontrakan belum dikunci. Karena sebelumnya, ia yang dikenalkan sebagai sahabat Haris, belum lama meninggalkan kontrakan.
“Ngapain kamu balik lagi?” Kepada Langit yang baginya tak tahu aturan, Dita memang tidak bisa untuk tidak kesal. Apalagi ketika Langit sudah berani menyentuhnya. Walau yang pria itu lakukan yaitu m e r a b a kening, leher, sekaligus pergelangan nadi, Dita yakini masih untuk kepentingan kesehatannya.
“Jangan menyentuhku!” tegas Dita yang hanya bisa meringkuk.
Untuk pertama kalinya Dita merasa tak berdaya. Tubuhnya menggigil hebat, Dita bisa merasakan tubuhnya gemetaran parah. Selain itu, tubuhnya juga terasa sangat ngilu. Dita merasa sangat tersiksa. Belum lagi, ternyata Langit juga sahabat Haris. Dan anehnya, nama pria yang baginya sangat mirip pak Excel itu juga Langit. Nama yang mirip nama suaminya.
“Obatnya sudah kamu minum?” sergah Langit masih bertahan bersimpuh di sebelah punggung Dita. Sebab Dita selalu emosi dan tak segan m*emukulnya, di setiap ia mendekat. Kini saja karena gagal mengusirnya, Dita memilih memunggunginya.
“Udah ... itu bungkus bekasnya juga ada! Udah dong jangan berisik. Jangan bikin aku emosi!” ucap Dita dengan suara gemetaran, tak kalah gemetaran dari tubuhnya.
“Aku khawatir ke kamu! Obat yang kamu minum enggak berfungsi!” bentar Langit emosional.
“Udah dong, jangan rusuh. Jangan ganggu aku! Aku mau istirahat!” ucap Dita merasa putus asa. Namun, Langit malah membopongnya, hingga ia histeris.
“Kamu harus diinfus!” sergah Langit masih emosional.
“Aku enggak mau!”
“Kamu harus mau!”
“Kamu enggak berhak memaksaku!”
“Aku berhak! Aku berhak melakukan semuanya kepadamu karena AKU LANGIT SUAMIMU!”
Apa yang baru saja Langit katakan, membuat Dita membeku. Dita tak lagi sibuk memberontak dan bertahan di dekapan Langit yang membopongnya.
“Orang g i l a mana yang bisa masuk ke dalam kamar orang, dan itu dalam rumah yang memiliki penjagaan sangat ketat?” ucap Langit masih teriak-teriak.
Detik itu juga Dita melakukan cocok logi. “Iya, ... kenapa dia bisa masuk ke dalam kamar mas Langit dengan segitu mudahnya padahal keamanan di rumah papa Excel, sangat ketat? Terus, mama Azzura juga sampai beberapa kali memastikan. Mama Azzura menatapku heran ketika aku tetap ngotot enggak kenal ... pria bernama Langit ini!” batin Dita yang kemudian ingat tasnya. “Tasku ... kunci juga pintu kontrakannya terus titipin ke pemilik kontrakan!”
“T—tolong hargai mas Haris! Di dalam kontrakannya pasti ada barang berharga!” teriak Dita karena Langit tak mengindahkan ucapannya.
Langit yang kesal tak segan melempar tubuh Dita ke teras. Sementara Dita yang sudah tak karuan, hanya bisa pasrah. Namun karena ia mual, dan sampai muntah, ia berusaha menepi ke depan teras agar ia tak sampai muntah di lantai. Akan tetapi, Langit yang awalnya baru akan memungut tas tote bag milik Dita, buru-buru menjatuhkannya. Suara muntah Dita membuat Langit takut.
“Jangan sakit apalagi mati. Aku enggak mau kehilangan orang yang benar-benar peduli kepadaku!” batin Langit sambil memijat-mijat tengkuk Dita, selain ia yang tak segan mengelap sekitar bibir Dita menggunakan tangan kosong, tanpa sedikit pun rasa j i j i k.
“Apakah dia punya kepribadian ganda? Bentar, ... mama Azzura bilang, sejak kecelakaan fatal yang bikin mas Langit lumpuh bahkan mengalami k e r u s a k an wajah sebelah kanan. Sejak itu Mas Langit jadi emosional. Jangan-jangan, mental mas Langit memang sakit. Namun, apa yang bisa membuatku boleh percaya, dia memang mas Langit yang pernah kunikahi?” pikir Dita menolak meminum segelas air putih yang Langit berikan. Langit mengambilnya dari dalam kontrakan Haris.
“Minum!” tegas Langit masih serba memaksa.
Langit menatap galak, kedua mata Dita yang masih menatapnya penuh terka.
“Jika kamu benar-benar mas Langit anaknya ibu Azzura dan pak Excel,” ucap Dita yang makin membuat Langit emosi.
“Ada t a h i lalat besar di b o k o n g kiri kamu!” ucap Langit jadi susah berucap lembut atau setidaknya manusiawi. Padahal, ia tak mau kehilangan Dita, tapi cinta dan benci sungguh mengungkungnya menjadi manusia paling toxic.
•••
Dita tidak tahu sudah berapa lama ia ketiduran atau malah pingsan. Karena saat ia bangun, ia sudah menjalani infus dan itu di sebuah kamar mewah yang amat sangat ia kenal. Itu kamar Langit dan sempat menjadi tempatnya bermalam walau hanya semalam.
“Mas Langit sengaja menyamar?”
“Agnia rugi bandar dong karena yang dia tahu, Langit yang harus dia nikahi itu ... lumpuh dan b u r u k r u p a .....”
“Aku langsung dibawa ke sini, dan ini bukti tak konkrit.”
Dita berangsur duduk dengan hati-hati. Kepalanya masih terasa berat dan memang pusing. Kedua tangannya termasuk tangan kiri yang diinfus, refleks memijat-mijat pelipisnya.
Beberapa saat kemudian, dari ruang sebelah, pintu terdengar terbuka. Dita refleks menoleh, dan mendapati pantulan bayang-bayang tubuh pria memakai lengan panjang dan juga celana panjang. Selain itu, Dita juga langsung mengenali aroma parfum yang mendekat. Aroma parfum Langit.
Langit tak lagi duduk di kursi roda apalagi memakai topeng untuk wajah kanannya. Langit tetap dengan gaya sempurnanya. Meski sampai detik ini, perubahan ekspresi Langit kepada Dita, amat sangat drastis.
Dua buah kantong karton besar, masing-masing menghiasi kedua tangan Langit. Ia menaruhnya di meja sebelah Dita yang tak lagi memakai masker apalagi cadar. Hingga ia bisa menatap wajahnya dengan leluasa. Selama ia melakukannya dan itu menatap wajah Dita dengan saksama, ia sengaja duduk di hadapan Dita dengan jarak sangat dekat.
“Mandi pakai air hangat. Biar tubuhmu terasa lebih nyaman. Selain, kamu yang harus menghilangkan aroma muntahan dari tubuhmu. Pakaianmu, ... kena muntahan,” ucap Langit yang sebenarnya ingin mengomentari kecantikan wajah Dita dan sempat membuatnya hanyut dalam mengawasi.
“Ini dia lagi baik, tapi kenapa dia jadi baik. Beneran punya kepribadian ganda, atau malah sedang bersandiwara?” pikir Dita.
(Pagiiii menjelang siang. Ramaikan yaaa ❤️❤️❤️)
Mudah²an pas Haris tau klo Langit yg jd suami Dita, Haris bs legowo..
Jangan biarkan Agnia sukses merusak kebahagiaan kalian