Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Sah
Keesokan harinya Ajeng kembali mendatangi Darren di bengkelnya. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan wajah datar.
"Aku sudah membatalkan pernikahan kita," beritahu Ajeng pada Daren.
Setelah sebelumnya ia merasa gagal meminta solusi dari Darren, Ajeng akhirnya memutuskan untuk mengurus proses perceraiannya sendiri.
Namun, ketika ia berniat mengajukan gugatan cerai di pengadilan, pihak pengadilan justru menawarkan pembatalan pernikahan setelah mendengar alasan Ajeng ingin bercerai. Mengingat usia pernikahan mereka masih belum genap enam bulan, pembatalan pernikahan dianggap sebagai opsi yang lebih tepat daripada perceraian. Ia pun akhirnya setuju akan hal itu.
"Oh, syukurlah," gumam Darren dengan cuek.
"Cuma itu?" Ajeng merasa tidak puas.
"Lalu, aku harus bilang 'wow', gitu?" Darren terkekeh pelan, lalu mengulum bibirnya sambil menggeleng.
Seketika, Ajeng terpana oleh senyuman itu. "Kenapa dia manis sekali saat tersenyum?" batinnya. Namun, ia segera tersadar dan berusaha mengenyahkan kekagumannya.
Darren, yang menyadari perubahan ekspresi Ajeng, menyahut, "Aku tahu aku memang tampan. Jangan-jangan kamu jatuh cinta padaku dan menyesal sudah membuangku."
"Ih, siapa juga yang jatuh cinta sama kamu? Percaya diri sekali! Dasar narsis!" sembur Ajeng dengan wajah memerah. Ia bergegas meninggalkan bengkel Darren dengan perasaan jengkel.
"Tumben Mas Darren tertawa sama Mbak Ajeng?" komentar Bayu.
"Lucu saja," jawab Darren sambil tersenyum tipis membuat Bayu terbengong.
*
Akhirnya hari bahagia yang dinantikan pun tiba. Pagi itu, rumah Pak Haris tampak ramai dari biasanya. Sebuah tenda sederhana terpasang di halaman depan, dihiasi janur kuning dan rangkaian bunga yang sederhana tetapi tampak indah. Hanya kerabat dekat dan tetangga yang hadir, memenuhi kursi-kursi yang telah ditata rapi.
Suasana terasa hangat dan intim, jauh dari kesan mewah atau berlebihan. Darren, mengenakan setelan jas warna biru dongker begitu gagah, meskipun wajahnya tampak sedikit tegang, tetapi senyumnya tak pernah pudar.
Pak Haris, dengan suara berwibawa, memulai prosesi akad nikah. "Ananda Darren Narendra Al Ghifari," ucapnya dengan tatapan lembut,
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya, Niken Aulia Putri, dengan mas kawin satu set perhiasan, tunai."
Darren menarik napas dalam, berusaha menenangkan debaran jantungnya. "Saya terima nikah dan kawinnya Niken Aulia Putri binti Haris Purnomo dengan mas kawin tersebut, tunai," jawabnya lantang dan mantap.
"Sah?" tanya salah seorang saksi, memastikan.
"Sah!" jawab seluruh kerabat yang hadir serentak, lalu disambut ucapan syukur.
Di dalam rumah, Niken tampak menundukkan kepala. Airmata haru menggenang di pelupuk matanya. "Alhamdulillah," bisiknya dengan suara bergetar.
Bu Hasna yang sejak tadi menemani Niken langsung memeluknya dengan sayang. "Selamat ya, Nduk. Akhirnya kamu jadi istri Nak Darren," bisiknya haru.
Niken membalas pelukan Bu Hasna, air matanya kini tumpah membasahi bahu wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. "Terima kasih, Bu," ucapnya lirih di sela isak tangisnya.
Setelah beberapa saat, Bu Hasna melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di pipi Niken. "Sudah, jangan nangis lagi. Ayo, temui suamimu sekarang," ajaknya dengan suara lembut.
Niken keluar dari dalam rumah di dampingi sang ibu. Ia merasa gugup, jantungnya berdebar kencang, tetapi sangat bahagia. Ia berjalan dengan anggun dalam balutan kebaya putih yang elegan. Setiap langkahnya memancarkan aura kebahagiaan, membuat semua mata terpana.
Riasan flawless di wajah Niken semakin menyempurnakan penampilannya, membuat Darren tak bisa mengalihkan pandangannya, terpaku melihat kecantikan istrinya yang begitu memukau.
Perlahan Niken duduk di samping Darren dengan dada bergemuruh. Ia menatap Darren, senyumnya merekah semakin lebar. Dengan lembut, Darren meraih tangan Niken, menggenggamnya erat seolah tak ingin melepasnya sedetik pun. Tatapan mereka bertemu, menyampaikan berjuta perasaan yang tak terucap.
"Assalamualaikum wahai istriku," sapa Darren dengan lembut.
"Waalaikumsalam, Mas suami," sahut Niken, wajahnya merah merona.
"Ehem..." Pak Penghulu berdehem menghentikan keduanya yang sama-sama tersipu. "Dilanjut nanti lagi ya, Mas. Sekarang, penyematan cincin kawin ke pasangannya dulu," kata Pak penghulu sambil tersenyum.
Darren mengangguk lalu meraih sebuah kotak kecil dari saku jasnya. Dibukanya kotak itu, memperlihatkan sepasang cincin kawin yang berkilauan.
"Cincin ini sebagai tanda cinta dan janji setiaku," ucap Darren dengan tulus.
Dengan hati-hati Darren mengambil cincin itu dan memasangkannya di jari manis Niken. Sangat pas dan cantik.
"Dan cincin ini sebagai tanda cintaku dan kesetiaanku padamu," balas Niken sambil mengambil cincin yang satunya dan memasangkannya di jari manis Darren,
Niken lalu mencium takzim punggung tangan suaminya, setelah itu Darren memegang pucuk kepala Niken, dan membacakan doa lalu ditiupkannya di atas ubun-ubun istrinya. Selanjutnya Darren mengecup kening sang istri penuh perasaan.
Berikutnya Pak Penghulu mempersilakan Darren dan Niken untuk menandatangani buku nikah. Mereka berdua kemudian menandatangani dokumen penting tersebut, disaksikan oleh para saksi dan keluarga.
Setelah penandatanganan buku nikah selesai, Pak Penghulu kemudian memberikan petuah pernikahan untuk kedua mempelai, lalu melantunkan doa-doa agar pernikahan mereka senantiasa mendapatkan keberkahan.
Selanjutnya Darren dan Niken sungkem di hadapan Pak Haris dan Bu Hasna. Darren mencium tangan Pak Haris, sementara Niken mencium tangan Bu Hasna.
"Selamat ya, Nak. Bapak dan Ibu doakan semoga kalian selalu bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah," ucap Pak Haris dengan penuh rasa haru.
"Jaga baik-baik Niken ya, Nak Darren," timpal Bu Hasna sambil mengusap kepala Niken dengan sayang.
Darren mengangguk mantap. "Siap, Pak, Bu. Saya akan selalu menjaga Niken dengan segenap jiwa raga saya," jawabnya dengan penuh keyakinan.
Darren dan Niken kemudian berdiri berdampingan sambil bergandengan tangan, menghadap ke kamera yang merekam moment pernikahan mereka dan terhubung dengan keluarganya di Jakarta. Keduanya lantas menunduk dalam sebagai bentuk rasa hormatnya kepada mereka.
"Terima kasih atas doa dan restu dari Papi, Mami dan kalian semua. Semoga pernikahan kami ini membawa berkah bagi kita semua," ucap Darren dengan tulus.
Niken tersenyum, mengangguk setuju. "Mohon doanya agar kami bisa menjadi keluarga yang bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT," tambahnya. Setelahnya Darren dan Niken saling memandang satu sama lain lalu tersenyum bersama.
Dipa dan Bayu datang menghampiri kedua mempelai "Selamat menempuh hidup baru Mas Bro, semoga bahagia selalu sampai kakek nenek," ucap Dipa seraya memeluk Darren dengan erat, ikut merasakan kebahagiaan kedua mempelai.
"Terima kasih, Dip. Semoga kamu lekas menyusul," sahut Darren seraya menepuk punggung Dipa.
Tak ketinggalan Bayu pun hadir di sana. "Selamat buat Mas Darren dan Mbak Niken, semoga lekas diberi momongan," ucapnya dengan tulus membuat Darren dan Niken saling pandang lalu keduanya tersipu malu.
Selanjutnya para kerabat memberikan selamat kepada kedua mempelai, diselingi obrolan ringan dan canda tawa. Hidangan sederhana khas rumahan tersaji, menambah keakraban suasana.
Pernikahan ini memang jauh dari kata mewah, namun cinta dan kebahagiaan yang terpancar dari Darren dan Niken terasa begitu nyata dan tulus, membuat semua yang hadir ikut merasakan kehangatan dan kebahagiaan mereka.
Di sudut lain tampak Ajeng berdiri seorang diri menyaksikan pasangan yang berbahagia itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
.
.
.
Alhamdulillah, setelah dengan sedikit paksaan akhirnya bisa up lagi. Hari ini cukup 2 bab aja ya, gaes 🫰
Terima kasih atas pengertiannya untuk tidak menumpuk bab dan tidak lompat bab dalam membaca serta memberikan like di setiap bab yang telah di baca. Mari saling menghargai.
Salam damai selalu 🫶🫰
Ajeng nya aja yang ke geer an.
Lagian pinjam uang koq maksa, mana marah2 lagi
Cerita dengan bahasa yang mudah dipahami. Konflik yang enggak terlalu berat, tapi tetep mampu membuat aku kesal karena ulet-ulet bulu yang ada🤭😉
Apa pun masalah yang ada, entah dari Nancy, Ajeng, Monic, atau siapa pun itu. Semoga tetap bisa dilewati bersama-sama oleh Darren dan Niken.
Semoga Darren akan tetap selalu memprioritaskan dan selalu menjaga komunikasi dengan Niken.
Dan suka sama Niken yang tenang, tapi kalau dia sudah berhadapan sama yang menganggu rumah tangganya, mulut dan tangannya nggak ada lawan🤭😁❤❤
Semangat Ibu. Semangat dan sukses selalu💪😍🥰😘❤❤