Demi mendapatkan uang untuk biaya operasi transplantasi ginjal ibunda tercinta, Arini rela menjadi teman ranjang atasannya, Sean, selama setahun.
Selama menikah dengan Arini, Sean bersikap sesuka hati tanpa memikirkan perasaan Arini sedikit pun. Arini terbelenggu oleh beragam aturan yang diberikan Sean, dilecehkan dan dihina, termasuk oleh Monica, kekasih Sean.
Sedihnya, setelah semua pengorbanan yang sangat menyakitkan, sang ibunda justru berpulang dan Arini terus diperbudak oleh Sean. Entah sampai kapan. Mungkin sampai hati Sean melembut tersentuh oleh cinta yang datang tanpa diundang? Atau, sampai Arini cukup kuat untuk melawan dan melarikan diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akal-akalan Daffa
Daffa sungguh tidak tega melihat keadaan Sean, badannya terlihat kurus dan bulu-bulu di sekitar mulut yang tidak dicukur.
"Hey sampai kapan kamu akan begini terus, lihatlah dirimu sangat jelek sekali," ejek Daffa
Sean tidak menggubris kata-kata Daffa hanya tatapan mautnya yang berbicara sebagai tanda kalau dia kesal dengan Daffa.
"Semoga saat Arini datang dia tidak melihat keadaanmu yang seperti ini," imbuh Daffa
Sean membolakan matanya, dengan senyum yang merekah dia menatap Daffa
"Arini akan pulang?" tanya Sean antusias
"Ya siapa tau," jawab Daffa
Sean melemas lagi, "Ntah sampai kapan dia pergi. Aku takut kalau dia tidak akan kembali lagi Daffa," kata Sean
Daffa hanya tersenyum, "Tenanglah pasti dia kembali," hibur Daffa
"Kamu yakin sekali, jangan-jangan kamu yang menyembunyikan Arini." Sean curiga pada Daffa
"Sembarangan, untuk apa aku ngumpetin Arini," elak Daffa
Sean menatapnya lekat, meskipun mencurigakan namun dia tetap percaya pada Daffa.
Daffa dan Sean mengobrol hingga larut, hingga Daffa malas pulang dan memutuskan untuk menginap
Pagi ini Daffa hendak pamit namun dia melihat Sean pucat sekali sehingga Daffa menyuruh kepala pelayan untuk memanggilkan dokter pribadi Sean
"Bagiamana keadaan Sean dok?" tanya Daffa
"Tubuhnya lemah sekali, dia kekurangan zat-zat yang dibutuhkan tubuh jika keadaanya tidak membaik segera bawa ke rumah sakit. Sementara aku infus dulu," jawab Dokter sambil menulis resep
Daffa menatap Sean dengan menghela nafas, "Sabarlah sebentar aku akan menjemput istrimu," gumam Daffa
Setelah memberikan resepnya, Daffa menyuruh kepala pelayan untuk menebus resep.
Daffa segera pergi menjemput Arini, dia menyuruh Shane untuk menghandle semua pekerjaan di kantor.
Melihat temannya menderita membuat Daffa mengesampingkan perasaannya. Bagi Daffa yang terpenting kesembuhan Sean dulu.
Lama berkendara akhirnya sampai juga di hotel.
Sebelum mengetuk pintu, Daffa menyandarkan diri di samping pintu, dia memikirkan alasan supaya Arini dengan mudah percaya padanya karena jika hanya bilang Sean sakit pasti Arini enggan untuk ikut pulang.
Setelah mendapatkan ide, Daffa mengetuk pintu dan tak selang lama Arini membuka pintu.
"Mas Daffa," panggil Arini
"Boleh aku masuk?" tanya Daffa
"Boleh mas." Arini mempersilahkan Daffa masuk
Arini mempersilahkan Daffa duduk sedangkan dia membuat teh untuk Daffa dan dirinya.
"Tumben mas, pagi udah di sini," kata Arini
Daffa memasang wajah sedihnya, dia berpura-pura sedih untuk meyakinkan Arini.
"Sean Arini," sahut Daffa
Arini yang mendengar kata Daffa mengerutkan alisnya
"Kenapa mas?" tanya Arini penasaran
"Daffa beberapa hari ini tidak makan sehingga sakit dan pagi tadi dokter menyatakan dirinya koma" jawab Daffa dengan pura-pura sedih
Arini memucat,
"Koma?"Arini bertanya dengan penuh penekanan
"Iya, tubuhnya drop dan koma, dia tidak mau makan karena mencemaskan dirimu Arini, dia takut kalau kamu menderita oleh sebab itu dia tidak mau makan," ungkap Daffa
Mendengar jawaban Daffa membuat Arini cemas,
"Kamu nggak bohong kan mas, ini bukan akal-akalan kamu supaya aku pulang kan?" tanya Arini menekankan
"Apa terlihat aku berbohong?" tanya balik
Arini menggeleng, tanpa banyak bertanya dia langsung mengambil tasnya dan menyuruh Daffa untuk mengantarnya pulang dan meninggalkan sebagian barangnya.
"Ayo mas kita pulang," pinta Arini
Daffa mengangguk dan mereka pun pulang
"Yes," batin Daffa
Selama perjalanan pulang Arini nampak sedih, dia sungguh merasa bersalah pada Sean.
Dia sungguh menyesal pergi dan membuat Sean seperti ini.
Beberapa jam kemudian mereka sampai di rumah Sean, Arini segera turun dan langsung menuju kamarnya.
Saat masuk kamar, dia melihat Sean berbaring lemah dengan selang infus di tangannya, keadaan kamar yang sedikit berantakan serta botol-botol minuman memenuhi nakas.
"Tuan suami," gumam Arini lalu mendekat ke arah Sean
Arini duduk di samping Sean, "Tuan suami kamu kenapa? lihatlah dirimu berantakan sekali, tubuh tak terurus dan lihatlah jambang juga lebat sekali kenapa tidak dicukur? apa jangan-jangan bulu ketek juga nggak dicukur," kata Arini yang membuat Daffa menggelengkan kepala
"Malah mikir bulu ketek," gumam Daffa dengan melihat Arini dan Sean dari sofa
Arini mengoceh terus dengan mata yang basah,
"Jangan tinggalkan aku tuan suami, aku janji jika kamu sembuh aku akan melayani kamu sampai puas jika perlu dua puluh empat jam nonstop, akan menurut dan nggak kabur kabur lagi, ini semua juga gara-gara kamu, jika malam itu kamu menepati janji dan nggak menemui Amira aku pasti nggak akan kabur begini," celoteh Arini
Sean sayup-sayup mendengar ocehan Arini dan perlahan dia membuka matanya
"Arini," panggil Sean
Sean langsung memeluk Arini, bahkan dia sampai menangis
Arini mematung, dia shock karena kenapa tiba-tiba Sean bangun padahal kata Daffa Sean sedang koma.
"Kamu nggak koma?" tanya Arini
Sean melepas pelukannya, lalu dia menggeleng.
"Tidak," jawab Sean
Bola mata Arini memutar mencari keberadaan Daffa namun dia tidak melihat Daffa di kamar Sean.
"Awas kamu mas," umpat Arini dalam hati
Sean memeluk Arini lagi, "Kamu darimana saja sayang, aku sangat merindukan kamu. Maafkan aku," kata Sean
"Aku pergi karena aku kesal padamu, karena kamu lebih mementingkan Amira daripada aku istrimu,' ungkap Arini
Sean melepas pelukannya lagi lalu menangkupkan tangannya di wajah Arini
"Maafkan suami ini yang nggak peka, aku janji mulai hari ini aku akan peka, aku sungguh gila tanpamu Arini," ujar Sean dengan sendu
Arini menatap Sean dengan lekat
"Aku nggak percaya janjimu, sebelum kamu benar- benar membuktikannya," sahut Arini
Sean memeluk Arini lagi,
Setelah puas memeluk Arini Sean melepaskan Arini,
"Tadi aku sayup-sayup mendengat kalau kamu akan melayaniku selama 24 jam nonstop, apa benar?" tanya Sean
Arini mencibirkan bibir, "Nggak, kamu salah dengar mungkin," jawab Arini mengelak
"Jangan berbohong, telingaku masih berfungsi dengan baik," sahut Sean
"Iya karena tadi aku kira kamu koma dan ternyata enggak," alasan Arini
Sean tersenyum melihat istrinya yang menggemaskan
"Kata yang sudah terucap tidak dapat ditarik kembali," ucap Sean
Arini melemas, dia menyesal mengucapkan hal itu. Dia pasrah jika nanti malam Sean memanjatnya nonstop.
"Arrggg dasar cabul, otaknya encer sekali jika menyangkut manjat memanjat.
Di sisi lain Daffa yang melihat Sean bangun dan memeluk Arini menjadi sakit oleh sebab itu Daffa memutuskan pergi.
"Jika lain kali kamu menaykitinya, aku benar-benar mengambilnya Sean, kali ini aku masih berbaik hati mengesampingkan perasaanku demi kesembuhan kamu," gumam Daffa lalu melajukan mobilnya pulang ke rumah dan setelah itu baru pergi ke kantor.
Pelayan yang melihat Arini pulang menjadi lega, nampak Sean sudah kembali ceria kembali.
apakah mantan nya Nick
kulit bersentuhan ada efek sampingnya
eh Sean malah frustasi lihat kelakuan nya Arini pada hantu🤣🤣