Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5 Masyaallah
Dalam kesunyian malam, dua insan itu terlelap dalam tidurnya. Saat subuh tiba, terdengar suara tah'rim dari toa masjid yang membangunkan Resa. Matanya perlahan terbuka dengan kaget,dia berangsur menjauh dari pelukan pria yang terlihat damai dalam tidurnya.
Namun, sedetik kemudian, Resa tersadar bahwa orang di sampingnya adalah pria yang sudah sah menjadi suaminya. Dia tersenyum menatap wajah teduh Hari yang masih terlelap dengan deru napas yang beraturan.
Saat itu, Resa terpaku cukup lama,larut dalam pandangan ciptaan Tuhan yang ia kagumi. Dalam hati, dia berkata: "Terjawab sudah doaku. Untuk memiliki kekasih sepertimu, yang selalu hadir dan memberi rasa aman dan nyaman saat berada di sampingmu. Terasa mimpi kita bisa hidup bersama. Saat ku terbangun di pelukanmu,akan selalu ku tatap indah senyum wajahmu. Hati ini tenang bila bersamamu. Kamu ditakdirkan untuk menjadi imamku, menjadi pemimpin untuk keluarga kecil kita. Bimbing aku, di setiap denyut nadi dan nafasku. Aku kan selalu berdoa pada Sang Pencipta, agar kita selalu bahagia. Sampai nanti di surga."
Lantunan adzan berkumandang, mengalihkan perhatian Resa. Dia segera berangsur turun dari tempat tidur nya menuju kamar mandi yang berada di sebelah dapur. Di kediaman itu hanya terdapat satu kamar mandi yang biasa dipakai bersama, maka dari itu dia selalu bangun lebih awal karena tak ingin menunggu lama saat kamar mandi dipakai oleh keluarga nya yang lain.
Setelah melaksanakan sholat subuh, Resa menatap Hari yang masih terlelap dalam tidurnya. Ingin membangunkan nya, namun Resa merasa ragu dan sungkan karena belum terbiasa. Akhirnya, Resa keluar dari kamar masih dengan menggunakan mukenanya.
Komala yang sama-sama keluar dari kamar berpapasan dengan Resa itu menegurnya, "Suami kamu belum bangun, Res?" kata Komala dengan raut wajah dinginnya.
Resa terpaku dan menggeleng sebagai jawaban. "Kenapa gak di bangunin, untuk berjamaah di masjid?" peringat Komala. Resa memandang wajah dingin ibu tirinya dengan raut wajah bersalah, merutuki kecerobohan yang mungkin tidak disukai oleh Komala.
Komala berlalu pergi ke arah dapur, sedangkan Resa mematung meresapi kata-kata dari ibunya yang ada benarnya. Tapi sedetik kemudian, Resa menepis pikiran negatifnya, mungkin karena Hari merasa kelelahan makanya dia terlambat bangun.
Akhirnya, Resa kembali masuk ke dalam kamar dengan ragu. Dia menepuk lengan kekar Hari untuk membangunkannya. Pria dengan wajah khas baru bangun tidur itu tersenyum lembut ketika membuka matanya. Terlihat wajah cantik istri nya yang terbalut mukena.
Satu kata terucap dari bibir yang mengukur senyum manisnya. "Cantik," gumamnya seraya mengelus tangan lembut milik Resa.
"Bangun, Om... eh, A... udah waktunya sholat subuh," ucap Resa gugup ketika selalu salah memanggil suaminya dengan sebutan Om karena sudah terbiasa. Namun, suara Resa yang terdengar lembut di telinga pria yang masih meringkuk terbalut selimut tebal itu malah membuat pria itu enggan beranjak.
Dia menatap Resa dengan intens. "Ayo, A, keburu waktu subuh habis," peringat Resa yang masih duduk di pinggir ranjang dengan tangan yang masih di genggam hangat oleh suaminya.
Alih-alih bangun, pria itu malah berangsur merebahkan kepalanya lagi di pangkuan istrinya. Resa terbelalak dengan dada yang bergemuruh, berusaha bersikap tenang namun kata-kata Hari membuat gadis itu seketika meringis dengan bulu kuduk yang merinding.
"Bentar lagi, Ai, disini udaranya dingin banget, pengennya meluk kamu aja," keluh Hari dengan suara manja sambil menenggelamkan kepalanya di atas paha istri nya yang membuat Resa terkejut dengan tingkah Hari yang baru dia ketahui.
"Iya, A, tapi waktu subuh cuma sebentar, nanti kena tegur mamah lagi," ucap Resa memperingati suaminya yang malas malasan dan cuaca yang dingin dijadikan tameng untuk dia bermesraan dengan gadis yang baru sehari resmi menjadi istri nya itu.
"Ciuman selamat pagi nya mana, Ai?" pinta Hari dengan suara manja yang membuat Resa kaget dengan refleks menggeser tubuhnya hingga kepala Hari yang berada di pangkuannya jatuh ke atas kasur.
Pria itu menatap Resa yang meringis. "Maaf, A, aku gak sengaja, lagian AA banyak tingkah sih," Resa memberi pembelaan untuk dirinya.
Hari pun bangkit dari tempat tidur dengan raut wajah serius keluar dari kamar. Resa menatap punggung suaminya dengan perasaan yang campur aduk, antara kaget,dan malu.
Hari masuk kedalam kamar Setelah mengambil wudhu dan membuka baju untuk mengganti dey Koko sebelum menunaikan sholat fardhu nya. resa di buat kaget karena ternyata Hari mengganti baju di depannya.Resa langsung berbalik merasa malu melihat tubuh depan hari.
"Astaghfirullah .. aa mengotori mata suciku !" ucapnya mengeluh kepada Hari.
"Ya sudah, sini, sekalian kamu tolong kancingin baju Koko aku saja! Kamu sudah terlanjur lihat, sekalian saja dilihat lagi," canda Hari pada Resa.
Sementara gadis itu terus beristigfar mendengar perkataan dari Hari. "Lucu kamu!" ujarnya.
"Apanya yang lucu? Aku tidak sedang melawak," jawab Resa dengan santai.
"Kamu! Lihat suami gak pake baju malah di istighfarin. Harusnya Masyaallah," kata Hari
Uhuk! Resa terbatuk mendengar perkataan suaminya.
"Lama-lama Aa ngelantur ngomongnya," kata Resa yang masih membelakangi Hari.
"Berbalik Ai, aku sudah selesai pakai baju, kecuali kalau kamu mau liat lagi. Aku buka lagi bajunya!" Resa berbalik melihat ke arah Hari, wajahnya serius memandang pada suaminya.
"Ada apa??" tanya Hari.
"Cepetan, A, keburu waktu subuh habis," peringat Resa mengalihkan pandanganya.
Kelamaan berdekatan dengan Hari membuat gadis itu sport jantung.
Setelah Hari selesai sholat,Resa mencium tangan suaminya Pria itu tidak langsung melepaskan tangan Resa . Tapi dia menatap dengan lekat mata istri nya.
Resa merasa jantungnya berdegup kencang. Tatapan lekat Hari menusuk kedalam hatinya, membangkitkan gelombang perasaan yang sulit dijelaskan.
Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan, Resa merasakan kilatan kenangan, cinta yang masih membara di balik mata suaminya. Rasa haru dan kerinduan menyatu dalam satu titik fokus, mengukir ingatan indah di dalam hatinya yang begitu rapuh.
Hari membuka mukena yang dikenakan Resa. Dia tersenyum, melihat Rambutnya berantakan ia langsung merapikannya dengan jari-jari tangannya.
"Sungguh aku baru tahu, ternyata
bidadari itu hidungnya pesek." canda Hari mencairkan ketegangan diantara mereka berdua. Dan sontak Resa menatap sinis
"Itu pujian atau sindiran?"
"Hehe, pujian Ai..begini aja sudah terlihat sangat indah dalam pandangan mata." Bisiknya dengan suara lembut. Membuat jantungnya semakin bergemuruh hebat.
'Astagfirullah, semoga aku gak jantungan gumamnya dalam hati.
Hari melihat wajah istrinya yang merah merona. Dan iseng dia menggigit kuping istrinya sedikit.
"Om eh A! Ngapain!" Hari melepaskan gigitannya kemudian dia meniup area telinga istri nya pelan. Membuat tubuh gadis itu sedikit terangsang.
"Ahhh! Geliiii,A!"
"Saya gemas sama kamu Ai."ujarnya dengan senyuman menawan.sedangkan Resa mengatur nafasnya karena rasa gugupnya.