NovelToon NovelToon
Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:37.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: MeeGorjes

Apa yang terjadi jika lelaki yang menjadi calon suami melarikan diri bersama sahabatmu sendiri tepat di hari pernikahan ?

Setelah terlambat satu setengah jam dari jadwal akad nikah, akhirnya seseorang menjemput Sabina dari kamar hotelnya untuk menemui lelaki yang baru saja membacakan ijab kabulnya.

Sabina terkejut luar biasa ketika yang berada disana bukanlah Andre yang menjadi kekasihnya selama ini. Melainkan Gibran yang merupakan sahabat dari calon suaminya dan juga kekasih Amanda sahabatnya. Bahkan Minggu lalu Sabina membantu Gibran untuk memilihkan cincin yang akan digunakan Gibran untuk melamar Amanda.

Tapi sekarang cincin pilihannya itu melingkar indah di jari manisnya sendiri, tak ada nama Gibran dalam lingkarannya. Mungkin memang sudah takdir ia terikat dengan lelaki yang tidak mencintainya.

Bagaimana nasib pernikahan yang tak diinginkan keduanya ini ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeeGorjes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu

Happy reading ❤️

"Bisa kita lanjutkan besok saja ?" Tanya Andre pada rekan kerjanya yang lain setelah ia memutuskan hubungan telepon dengan orang kepercayaannya. Seketika moodnya hancur berantakan.

"Tentu pak Tama, besok kita lanjutkan. Anda juga tentunya sudah lelah karena seharian ini langsung turun ke lapangan."

"Terimakasih atas pengertiannya," ucap Andre kemudian menjabat tangan satu persatu rekannya sebelum ia pergi.

Andre memasuki mobil jemputan yang mengantarkannya ke sebuah hotel mewah di kota Surabaya. Ia merogoh benda pipih dari saku celananya dan menelpon seorang kenalannya.

"Ini gue Andre, seperti biasa di hotel xxx." Ucap Andre ketika hubungan telepon itu terhubung.

Tak banyak lagi bicara, Andre pun segera memutuskan hubungan telepon itu. Ada sebuah notifikasi pesan masuk pada ponselnya dan tertera nama Amanda di sana.

"Sayang lagi ngapain ? Aku kangen..." Andre membaca itu dengan tersenyum muak. Ia memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celananya tanpa membalas pesan dari kekasihnya itu. Selama 0 Andre hanya menatap kosong jalanan yang ia lalui.

Setibanya di hotel, Andre segera membersihkan diri dan memesan minuman anggur melalui layanan hotel. Terdengar ketukan di pintu saat Andre masih mengenakan selembar handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

Tubuhnya yang kekar masih terlihat basah dan tetesan air masih terjatuh dari rambutnya. Tanpa malu Andre membuka pintu itu dan berdirilah 2 orang wanita dengan pakaian minim bahan dan make up tebal. Polesan lipstik merah menyala membuat tampilan keduanya sangat menggoda. Mata Andre menelisik penampilan ke dua wanita itu dengan seksama. Terukir senyuman sinis di wajahnya.

"Dengan Andreas Tama ?" Tanya salah satu wanita yang bernama Cindy itu.

"Masuk," titah Andre tanpa menjawab pertanyaan wanita itu.

Kedua wanita itu memasuki kamar Andre dengan langkah yang begitu seduktif. Pinggul dan rambutnya yang dibiarkan terurai itu bergoyang setiap kali mereka berjalan.

Andre menutup pintu kamar hotel dengan rapat dan menguncinya.

***

Gibran tiba di hotelnya ketika jam menunjukkan pukul 11.27 malam. Kemacetan menjadi alasannya datang terlambat.  Bukan terlambat karena akan mengikuti acara, hanya saja waktu istirahatnya menjadi terkurangi karena datang terlalu malam padahal acara esok hari di mulai pukul 7 pagi dan sangat padat.

Sepanjang perjalanan wajah dingin dan sendu Sabina selalu terbayang. Ia tak menyangka karena mabuk membuat Sabina begitu marah.

"Harus gimana lagi aku minta maaf," gumam Gibran yang kini berdiri di hadapan meja resepsionis untuk cek in kamar hotelnya.

"Maaf pak ? Apa bisa diulang pertanyaannya ?" Tanya seorang lelaki yang bekerja sebagai resepsionis itu. Ia merasa tak paham dengan apa yang baru saja Gibran ucapkan.

" Eh sorry, maaf saya tidak bermaksud bicara pada anda." Jawab Gibran kikuk.

Petugas hotel itu pun tersenyum ramah memaklumi.

"Kamar 503 atas nama Gibran Fahreza." Gibran pun menyerahkan sebuah kertas bukti pemesanan hotel pada lelaki itu dan ia pun menerimanya.

Tak butuh waktu lama petugas itu memberikan sebuah kartu yang merupakan kunci kamar Gibran dan Gibran pun segera menerimanya.

Tanpa bantuan layanan hotel, Gibran membawa kopernya sendiri dan memasuki lift yang membawanya ke lantai 5 menuju kamarnya berada.

Gibran menempelkan kartu pada scanner yang berada di pintu kamar dan memasukinya ketika pintu itu terbuka. Ia menarik nafas dalam ketika sadar akan tidur sendirian selama 4 malam ke depan.

Gibran menyimpan begitu saja kopernya di atas lantai, segera saja ia mengeluarkan benda pipih dari saku celananya dan mencari kontak nama Sabina istrinya.

"Bina, aku sudah sampai." Tulis Gibran pada pesan yang ia kirimkan untuk Sabina.

Gibran menunggu beberapa saat, matanya terus tertuju pada layar ponselnya berharap Sabina segera membalas namun setelah 10 menit pesan itu terkirim tak ada balasan juga. Akhirnya ia memutuskan untuk berganti baju dan segera tidur.

Baru saja Gibran membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk dan seperti apa yang ia harapkan nama Sabina lah yang tertera disana.

"Syukurlah, selamat beristirahat." Balas istrinya singkat.

Gibran menggigit bibir bawahnya sembari berpikir. Ia melihat ke arah jam yang terletak di atas nakas menunjukkan pukul 12 malam tepat. Gibran berpikir apa tidak terlalu malam untuk menelpon Sabina ? Tapi apa yang harus ia katakan ? Akhirnya Gibran menyimpan kembali ponselnya dan berusaha untuk memejamkan mata.

Gibran menatap sisi tempat tidur yang kosong di sebelahnya. Biasanya Sabina akan terbaring di sebelahnya dan mendengarkan ia bercerita tentang harinya dalam bekerja. Sabina adalah pendengar yang baik dan ia begitu antusias setiap Gibran bercerita. Padahal Gibran sendiri adalah tipe laki-laki pendiam dan tertutup namun entah kenapa pada Sabina ia bisa menceritakan semuanya tanpa rasa risih.

Kedua tangan Gibran menjadi bantal kepalanya saat ini. Ia menatap kosong langit-langit diatasnya. Pikirannya melayang pada Sabina juga Amanda yang ternyata masih menguntitnya.

Gibran tersenyum miring ketika sadar akan kebodohannya mengejar Amanda hingga melupakan janjinya dengan Sabina yang sudah setia menunggunya.

"Apa yang akan Lo lakuin ketika ketemu Amanda ?" Tanya Gibran pada dirinya sendiri.

Gibran sendiri tak mengerti kenapa ia melakukan itu. Mengejar Amanda adalah reaksi spontan dari tubuhnya.

Gibran hanya ingin tahu alasan wanita itu meninggalkannya begitu saja padahal Amanda tahu bahwa Gibran begitu memujanya dan ia juga telah banyak berkorban untuk Amanda. Gibran bersedia menerima Amanda apa adanya tanpa melihat masa lalu dan status sosialnya, bahkan lelaki itu berani menentang ibunya sendiri dan memperjuangkan Amanda hingga sang ibu pasrah menerimanya menjadi calon menantu.

Namun kini kenyataannya berkata lain.

Pertemuan dengan Amanda memang memberikan efek luar biasa pada Gibran namun sekarang diamnya Sabina memberikan efek yang jauh luar biasa lagi. Sehingga kini isi kepala Gibran hanya berisi tentang istrinya.

***

Pagi masih gelap gulita ketika ponsel Sabina berdering juga bergetar. Ia melihat jam di dinding menunjukkan pukul 04.20 pagi. Sabina pun mengambil benda pipih itu dan melihat nama Gibran tertera disana.

Dengan sedikit heran juga takut Sabina menggeser tombol hijau pada layar ponselnya menerima panggilan dari suaminya.

"Ha... Halo ?" Ucap Sabina terbata. Ia takut sesuatu terjadi pada Gibran hingga menghubunginya sepagi ini.

"Bina, kamu udah bangun ?" Tanya Gibran di ujung telepon.

"Sudah, ada apa Gibran ? Ada apa telepon sepagi ini ? Apa kamu baik-baik aja ?" Tanya Sabina beruntun.

Gibran tersenyum sebelum menjawab pertanyaan istrinya itu. Ada rasa hangat memenuhi dadanya, ia merasa senang Sabina mengkhawatirkan dirinya.

"Mmm aku baik," jawab Gibran.

"Hanya saja aku merasa kehilangan karena biasanya setiap pagi kamu yang bangunin aku dan sekarang gak ada." Lanjut Gibran lagi dan ia tak sadar Sabina yang mendengar itu pipinya terasa panas dan merona.

"Jangan GR Bina.. jangan GR..." Batin Sabina dalam hatinya.

"Bina ?" Tanya Gibran karena Sabina tak jua berbicara.

"Mmm.. ya.." jawab Sabina.

"Kamu ingetnya karena aku alarm alami kamu," ucap Sabina sembari tertawa.

Tawa yang kini menular pada Gibran. Lelaki itu tertawa karena suka. Satu hal yang Gibran sukai dari Sabina, istrinya itu tak pernah merajuk berlebihan. Ia akan meledak marah sesaat saja dan kembali tenang seperti biasanya.

"Aku mau ke toilet dulu," ucap Sabina berusaha memutuskan hubungan teleponnya.

"Oh oke, nanti aku hubungi lagi." Ucap Gibran dengan berat hati ia merasa belum puas berbicara dengan istrinya itu.

"Baik-baik dirumah ya. Jaga dirimu selagi aku pergi." Ucap Gibran lagi sebelum ia benar-benar memutuskan hubungan telepon itu.

"Iya" jawab Sabina singkat.

Sabina menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Bagaimana perasaannya bisa mati pada Gibran jika suaminya itu kembali bersikap manis. Tapi Sabina sadar bahwa Gibran masih dibayangi kehadiran Amanda dalam hidupnya dan Sabina tak bisa menerima itu.

"Jika ingin denganku maka lepaskanlah masa lalumu, Gibran." Lirih Sabina.

***

Gibran masih menatapi benda pipih yang ada dalam genggaman tangannya. Baru saja ia bicara dengan wanita yang hadir dalam mimpinya tadi malam. Mimpi yang terasa begitu nyata.

Gibran bermimpi mencium Sabina dengan penuh gair*h. Ciuman yang penuh pagutan lidah dan tuntutan.

Bahkan ia bisa merasakan dengan jelas bibirnya yang basah menelusuri ceruk leher Sabina yang menguarkan wangi musk yang begitu membuatnya tergoda.

Gibran juga bisa merasakan bagaimana tangannya menyentuh kulit Sabina yang halus dan memabukkan. Mimpi pria dewasa yang begitu terasa nyata bagi Gibran yang kini mengharuskan dirinya mandi sebelum melaksanakan ibadahnya.

"Aku rasa ini bukan sekedar mimpi, Bina." Lirih Gibran yang masih terbawa perasaanya karena mimpi semalam.

***

Pukul 7 Gibran sudah berada di ballroom hotel untuk mengikuti sebuah seminar kesehatan. Ia akan menjadi pembicara dalam seminar itu.

Saat ini Gibran tengah menikmati pertemuannya dengan beberapa teman sejawatnya yang telah lama tak bertemu. Sebagian dari mereka menggoda Gibran yang masih pengantin baru juga sebagian dari mereka memprotes Gibran karena tak diundang ke pernikahannya.

"Gibran, bahan buat besok aku kirim lewat email aja ya?" Tanya seorang temannya pada Gibran.

"Iya, boleh kirim ke email Sabina aja." Jawab Gibran.

"Sabina ?" Tanya temannya terheran.

"Sabina ? Sabina itu istri aku." Jawab Gibran yang juga merasa heran, ia tak sadar telah mengucapkan nama istrinya

"Dokter juga ?"

"Bu..bukan, maksud aku kirim ke email aku aja."

Teman Gibran tertawa terbahak-bahak mendengar itu.

"Hadeh penganten baru," ucapnya seraya memukul halus bahu Gibran dan membuat Gibran merasa malu.

"Lihatlah Bina... Kamu... Cuma kamu yang jadi isi kepala aku." Lirih Gibran menahan malu.

Thank you for reading ❤️

1
Sumar Sutinah
Luar biasa
Nurjana Bakir
mantap
mbak mimin
sekali tamak y ttp tamak
Anisatul Azizah
eleh eleh... amnesia pak, masih deg2an habis dicium Manda di klinik?
Andre g smp sentuhan fisik intim lho sm Bina
Anisatul Azizah
kalo aku jd kamu Bina, aku usut sampai tuntas mengenai "merayunya" ini🤣
Anisatul Azizah
jelasin juga donk, kalo kamu jg pgn kembali menjalin hubungan dg Gibran... dasar!
Putri Matahari
Luar biasa
Maya Lara Faderik
cerita yang menarik sudah berapa kali membacanya pun tak pernah bosan
buat pengetahuan untuk diri sendiri banyak pelajaran dalam cerita ini..
tQ Thor idea yang bernas..semoga sentiasa sihat selalu.. tetap menyokong selalu sukses selalu ya Thor..
Herwendi Januari
Luar biasa
Adelina Simatupang
aku padamu gibran
Adelina Simatupang
yee, akhinya kata cinta keluar juga dari mulut Sabrina, otw malam pertama gibran....
Nina Nurhasanah
Kecewa
Nina Nurhasanah
Buruk
Fera Susanti
ga pernah bosen mengulang membaca nya..
Phoobe Pudji
Luar biasa
MeeGorjes🍌Peak_fam😜: terimakasih kak ♥️
total 1 replies
Ika Savitrie
Menarik ❤❤
MeeGorjes🍌Peak_fam😜: terimakasih kak ♥️
total 1 replies
Sri Sulis
meski udah berkali kali tamat sll pingin ngulang baca lagi .... mksh kak mee.... sukses sll
Muza
aku udah bc semua karyamu thor, di aplikasi
sebelah aku jg udah bc semua, aku tunggu karya terbarumu thor, semangat berkarya
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
gitu dong baru laki2 gibran huhu. semoga direstui yaa.
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
dasar gibran wkwk bukan berkas yg tertinggal tapi hatinya bina wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!