follow Ig mom_tree_17, tik tok Mommytree17 💕
Lara gadis cantik berusia delapan belas tahun, tak menyangka rencana sang Ibu untuk menjebak kakak tiri mereka yang bernama Edgar agar tak menguasai seluruh kekayaan keluarga Collins justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dia terjebak satu malam panas bersama Edgar tanpa keduanya sadari, dan setelah kejadian malam itu keduanya berusaha untuk menutupi scandal tersebut, namun yang terjadi justru perasaan cinta mulai tumbuh dihati keduanya.
Hubungan yang tak seharusnya terjadi di antara keduanya, karena mereka bersaudara satu ayah walaupun beda ibu justru semakin rumit dengan benih yang mulai tumbuh di rahim Lara.
Lalu bagaimana akhirnya jika keluarga mereka mengetahui hubungan yang terjalin antara Edgar dan lara? Dan apa jadinya jika Scandal yang dilakukan Edgar dan Lara justru membongkar kisah masa lalu kedua orang tua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Dengan perlahan Edgar merebahkan tubuh Lara di atas sofa tanpa melepaskan tautan bibir mereka, jangan lupakan tangan Edgar yang dengan lancang kembali menyentuh tubuh Lara dengan melepas satu persatu kancing seragam yang dikenakan wanita itu.
Hingga akhirnya ia bisa melihat kedua dada Lara yang terlihat berbeda lebih berisi dari terakhir kali ia menyentuhnya. Namun saat Edgar hendak melakukan hal yang lebih, suara dering ponsel yang menampakkan sebuah nama Robert membuat kesadarannya kembali.
"****!" Edgar beranjak dari tubuh Lara.
Lara yang juga tersadar dari apa yang telah mereka lakukan, mengancingkan kembali pakaiannya dengan cepat lalu duduk menjauh dari kakak tirinya.
"Lara yang tadi kita lakukan —"
"Pasti karena efek obat yang masih ada di tubuh kita." Potong Lara dengan cepat. Karena tidak mungkin mereka melakukan hal tersebut, jika bukan karena pengaruh obat yang pernah mereka minum.
"Ya, pengaruh obat." Sahut Edgar dengan tersenyum kaku. "Aku sepertinya harus periksa ke dokter kejiwaan atau dokter apa pun yang bisa menjawab kenapa tubuhku ini selalu tertarik dan gairah di dekat adik ku sendiri." Gumam Edgar dalam hati sembari mengangkat ponselnya yang kembali berdering.
Lara sendiri kini hanya diam sembari menunggu Edgar yang sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan ponselnya.
"Lara kita kemansionmu sekarang!" Edgar merapihkan kembali pakaiannya yang kusut karena sempat dicengkeram oleh Lara.
"Kemansionku?" Lara menautkan kedua alisnya.
"Ya, karena ada hal penting yang akan dibicarakan Dad Robert siang ini." Edgar mengulurkan tangannya pada Lara, namun diacuhkan oleh wanita itu.
"Kau ikut dalam pertemuan keluarga ku?"
"Keluarga kita." Koreksi Edgar.
"Ya, keluarga kita," sahut Lara walau dengan berat hati. "Tapi kenapa kau juga ikut di pertemuan itu?" Karena seingatnya tadi Mom Miranda mengatakan akan membahas masalah pernikahan kak Rose, jadi otomatis hanya keluarga inti saja yang seharusnya ada dipertemuan tersebut.
Edgar hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya, padahal yang sebenarnya ia tahu mengapa Dad Robert menyuruhnya datang ke mansion Miranda.
"Ck, jika ada kau. Otomatis nenek lampir itu juga datang?" tanya Lara dengan kesal.
"Nenek lampir?" Edgar mengerutkan keningnya.
"Iya nenek lampir, Mommy mu, Nela. Ne—" belum selesai mengatakan seluruh huruf Nela kepalanya sudah lebih dulu di toyor oleh Edgar.
"Jangan bicara sembarangan, dia itu Mommy ku." Ucap Edgar dengan menghela napas kasar.
"Ya.. ya.." Lara berjalan keluar dari ruangan tersebut dengan cepat, karena takut kejadian mereka yang berciuman akan terulang lagi karena efek obat yang masih ada ditubuhnya dan tubuh Edgar.
*
*
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit, akhirnya mobil yang ditumpangi Lara dan Edgar sampai di mansion milik Miranda. Keduanya turun dari dalam mobil tanpa menyadari ada sosok yang menatap tajam kearah mereka dari dalam mansion.
"Lara!" Miranda menarik tangan putri ketiganya yang terlihat turun dari mobil Edgar. "Kenapa kau bisa bersamanya?"
"Bersama siapa?" Lara balik bertanya karena bingung.
"Ya ampun Lara, kau tadi datang bersama anak ****** itu!" Miranda menatap tajam pada Edgar yang berjalan mendekat kearah mereka.
"Oh itu..." Lara bingung harus menjawab apa. Ia pun menatap pada Edgar yang kini berada di sisinya.
"Tadi kami—" belum selesai Edgar berbicara, Mom Nela datang menghampiri bersama Dad Robert.
"Ada apa ini?" tanya Nela dengan ketus saat melihat putranya berbicara dengan Miranda.
"Putra tersayang kalian pulang bersama putriku." Miranda yang menjawab.
"Benarkah?" Nela menatap rak percaya dengan perkataan Miranda, karena ia tahu betul Edgar tidak dekat dengan adik tirinya.
"Tadi kami bertemu di jalan, jadi apa salahnya aku mengajak Lara pulang bersama." Jawab Edgar.
"Aneh ..." ucap Miranda dan Nela bersamaan.
"Kalian berdua ini kenapa? Wajar Edgar memberi tumpangan pada adiknya sendiri. Sudah cepat kita masuk ke dalam!" Robert berjalan lebih dulu yang diikuti oleh Nela.
Kemudian Miranda dan Lara menyusul, meninggalkan Edgar yang masih berdiri ditempatnya menatap pada punggung Lara.
"Sekarang aku tahu apa yang harus kulakukan agar bisa tinggal bersamamu Lara Collins." Gumam Edgar dalam hati dengan tersenyum tipis.