Pernikahan Yang Tak Diinginkan
Happy reading ❤️
Jum'at sore Sabina telah sampai di sebuah hotel mewah di daerah Jakarta pusat. Besok siang ia akan melangsungkan pernikahan bersama lelaki yang sangat ia cinta sepenuh hati dan mau menerima diri Sabina apa adanya.
Sabina mengalami kecelakaan lalu lintas ketika ia masih berusia 5 tahun yang membuatnya menjadi cacat. Sabina berjalan dengan sedikit tertatih dan juga kehilangan ibunya dalam kecelakaan itu.
Sabina kecil sering mendapatkan bully (perundungan) karena kekurangan pada fisiknya. Sehingga ayah Sabina memutuskan untuk memberikan pendidikan di rumah (home schooling) pada Sabina.
Untuk mengusir rasa kesepiannya, ayah Sabina mengangkat seorang gadis bernama Amanda yang seusia dengan anaknya itu untuk menjadi sahabat.
Amanda yang merupakan anak dari salah satu asisten rumah tangganya itu merupakan gadis cantik dan supel sehingga ia bisa dekat dengan Sabina dalam waktu yang cepat, Sabina yang berhati lembut tak pernah melihat status sosial Amanda.
Bagi Sabina, Amanda sudah seperti saudara kandung. Mereka begitu dekat dan Sabina sangat menyayanginya.
Andreas Tama adalah anak dari kolega ayah Sabina. Mereka telah saling mengenal sejak kecil dan memasuki sekolah yang sama. Sabina sering mendapatkan bullyan dan itu membuat Andreas kecil iba padanya namun Sabina tak pernah dendam atau membalas perlakuan jahat mereka membuat Andreas jatuh cinta pada Sabina karena kecantikan juga sifatnya yang lembut.
Andreas yang biasa di panggil Andre merupakan pengusaha muda yang cukup sukses, ia mempunyai teman sekolah yang kini menjadi seorang dokter yang bernama Gibran Farhreza.
Berkat kebaikan hati Sabina, Gibran kini bekerja sebagai dokter umum di rumah sakit besar milik keluarganya.
Gibran adalah seorang dokter muda dengan segudang prestasi, jatuh cinta pada Amanda yang merupakan sahabat Sabina. Beruntung bagi Gibran, Amanda pun merasakan hal yang sama.
Mereka sering sekali melakukan kencan ganda atau pergi bersama. Sabina dengan Andre, dan Amanda dengan Gibran. Kini mereka berempat menjadi sahabat yang tak terpisahkan.
"Apa Amanda sudah datang ?" Tanya Sabina pada salah satu pelayannya yang mengantarkan gadis itu ke hotel dimana ia akan melangsungkan pernikahannya.
"Belum Nona, tapi sepertinya sebentar lagi akan sampai,"
Sabina berpikir untuk sesaat, sejak kemarin Amanda begitu sibuk padahal sudah Sabina katakan berkali-kali agar sahabatnya itu tak usah terlalu cape karena ia akan menjadi pendamping untuk acara besok.
"Sayang sudah sampai ?" Tanya ayah Sabina dengan pandangan mata penuh haru.
"Ayah... Sudah Bina bilang jangan terlalu banyak menangis."
"Orang tua mana yang tak akan sedih melepaskan putri kesayangannya untuk menikah. Bagi ayah kamu masih gadis kecil yang sangat ayah cintai. Ayah berharap kamu bahagia," jawab lelaki tua itu dengan menitikkan air matanya.
Sabina memeluk ayahnya itu untuk menenangkan. "Bina akan menikah dengan Andre, ayah jangan khawatir... Andre pasti menjaga aku seperti yang ia lakukan selama ini,"
"Ah... Iya tentu saja. Ini sudah hampir malam. Beristirahatlah, besok pagi kamu sudah harus bersiap."
"Hu'um baiklah ayah... Tapi apa ayah tahu dimana Amanda ? Dari tadi tak dapat dihubungi,"
"Ayah juga belum ketemu Amanda seharian ini. Mungkin ia ikut sibuk menyiapkan pernikahan mu besok,"
"Iya semoga saja," jawab Sabina.
"Baiklah nak, ayah berada di kamar sebelah jika kamu memerlukan bantuan ayah."
"Baiklah ayah, dan ingat jangan bersedih."
Ayah Sabina menganggukkan kepalanya dan mencium pipi putrinya itu sebelum ia pergi.
Selepas kepergian ayahnya, Sabina mulai menghubungi Amanda lagi namun tetap tak ada jawaban. Akhirnya Sabina memutuskan untuk menghubungi Andre tunangannya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya panggilan itu terhubung.
"Sayang, aku sudah sampai di hotel. Apa kamu juga udah berada di sini ? Aku kangen kamu ? Seminggu tak ketemu terasa begitu berat," ucap Sabina dengan lembut ketika panggilan itu terhubung.
"A..aku ju.. juga kangen kamu, Sayang. Tentu saja aku udah berada disini tapi kita masih belum bisa bertemu. Bersabarlah lagi," jawab Andre sedikit terbata.
Sabina tersenyum mendengar nada gugup dari calon suaminya itu. Ternyata tak hanya dirinya yang merasakan gugup tapi Andreas juga.
"Sayang, cepat tidur besok harus bangun pagi bukan ?" Ucap Andre.
"Hmmm iya.. kamu juga ya." Jawab Sabina.
"Ten... Tentu saja..." Ucap Andre yang kemudian menutup panggilan telepon itu.
Ada sesuatu yang berbeda dari Andre, lelaki itu terasa lain namun Sabina mengerti pasti karena gugup menghadapi hari esok.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Sabina tengah menggunakan krim malam ketika pintu kamarnya di ketuk. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Berdirilah Amanda di hadapannya ketika pintu itu terbuka.
"Kamu dari mana aja ?" Tanya Sabina pada sahabatnya itu.
"Bina sayang... Aku habis membantu orang dari bagian dekorasi untuk acara besar kamu besok. Aku ingin semua terlihat sempurna untukmu," jawab gadis yang sering di panggil Manda itu seraya memeluk tubuh Sabina.
"Aku udah bilang, tugasmu hanya nemenin aku." Jawab Sabina dengan mencebikkan bibirnya.
Deg ! Ada yang lain dari Amanda.
"Apa ya?" Tanya Sabina dalam hatinya.
"Ah... Wangi parfum Manda tidak seperti biasanya. Ini wangi parfum laki-laki dan Sabina rasa ia sangat kenal dengan wanginya. Tapi dimana ?" Tanya Sabina lagi dalam hatinya.
"Kenapa?" Tanya Manda terheran.
"Ganti parfum ya,Man ?" Tanya Sabina.
Seketika raut wajah Amanda berubah. "Ah enggak ini parfum An... Eh parfum Gibran yang menempel di bajuku," jawab Amanda.
"Oh iya tentu saja wangi parfum Gibran." Pikir Sabina lagi.
"Ayo tidur, besok kamu udah jadi pengantin." Amanda mencoba mengalihkan perhatian Sabina dari pikirannya.
Sabina menganggukkan kepalanya dan menuruti sahabatnya itu.
***
"Bina sayang... Bangun... Sudah jam 5 pagi."
Sentuhan lembut dapat Sabina rasakan di puncak kepalanya. Dengan perlahan gadis cantik itu membuka matanya.
"Mmm Bibi Maya?" Tanya Sabina terheran. Yang ia ingat semalam Amanda yang menemaninya bukan bibi Maya yang merupakan adik mendiang ibunya itu.
"Hmm ya sayang ini Bibi. Ayo bangun dan bersiaplah."
"Apa harus sepagi ini ?" Tanya Sabina. Sebenarnya tadi malam ia tak bisa tidur, perasaannya kacau tak karuan mungkin karena terlalu gugup untuk menghadapi hari ini. Sabina baru terlelap sekitar pukul 3 pagi.
"Iya... Akad nikahnya jam 8 pagi. Dan persiapan untuk menjadi pengantin itu tidak sebentar."
"Mmmhhh baiklah..." Dengan malas Sabina bangkit dari tempat tidurnya. Lagi-lagi Manda sahabatnya tak ada di ruangan itu.
"Manda mana ?" Tanya Sabina pada bibinya.
"Manda telah keluar dari tadi, sepertinya ia juga kan bersiap. MUA untuk keluarga udah datang,"
Sabina menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia pun bergegas membersihkan diri untuk bersiap-siap menjadi seorang pengantin.
***
Pukul setengah 8 pagi Sabina telah selesai didandani. Dengan kebaya putih adat Sunda dirinya begitu terlihat cantik. Bibi Maya dengan setia menemaninya disana.
Sabina memegang satu buket bunga mawar berwarna merah muda ditangannya. Hari ini ia akan melakukan sebuah sandiwara.
Ia akan berpura-pura melempar buket itu padahal yang sebenarnya terjadi adalah ia akan langsung memberikan buket bunga mawar itu pada Amanda.
Ya...
Gibran akan melamar Amanda hari ini dan Sabina akan membantunya. Bahkan cincin yang digunakan Gibran untuk melamar Amanda adalah pilihan Sabina. Beberapa minggu lalu Gibran meminta tolong pada Sabina untuk membantu memilihkannya.
Sabina tersenyum bahagia, ia berharap semua berjalan baik. Dan ia sangat bahagia untuk sahabatnya itu .
Tok... Tok... Terdengar suara ketukan di pintu. Tak lama seseorang yang sempat terlintas dalam pikiran Sabina muncul dari balik pintu.
"Ya Tuhan... Kamu cantik banget Bina... Andre adalah lelaki paling beruntung di dunia ini," ucap Gibran sembari memasuki ruangan itu.
Hari ini Gibran akan menjadi pendamping Andre sahabatnya.
"Benarkah ? Aku gugup sekali," tanya Sabina.
"Kamu terlihat sempurna.. percayalah..," Gibran tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Sabina sahabatnya itu.
"Aku lagi nyari Manda. Apa ada disini ?"
Tanya Gibran dengan pandangan menelisik isi kamar itu.
"Gak ada, Manda udah pergi sebelum aku bangun dan belum kembali. Mungkin lagi dandan,"
Gibran terdiam sebentar seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Ah mungkin... Ya udah aku nyari dia dulu."
"Apa kamu udah ketemu Andre?" Tanya Sabina malu-malu.
"Belum, ini aku akan menemui Andre sebentar lagi. Kalau gitu aku pergi dulu ya," ucap Gibran.
"Sampai ketemu di bawah," ucapnya lagi dan Gibran pun pergi meninggalkan kamar Sabina.
***
Gibran terus menghubungi Amanda namun tak bisa tersambung juga padahal ia telah menghubunginya berulang kali.
"Kemana sih kamu sayang ?" Gibran bermonolog sembari berjalan di lorong hotel menuju kamar sahabatnya Andre yang akan menikahi Sabina.
Terlalu fokus pada ponselnya membuat Gibran melewatkan kamar sahabatnya itu. Dengan terpaksa Gibran berjalan kembali menuju kamar Andre.
Ia membunyikan bel juga mengetuk pintu tapi kamar itu sepi seolah tak berpenghuni.
"Ah mungkin dia udah ke bawah," Gibran bermonolog lagi.
Akhirnya ia pun memilih untuk menaiki lift yang akan membawanya ke lantai 1 dimana acara akad nikah akan dilaksanakan.
Terlalu memikirkan Amanda yang entah berada dimana, Gibran pun melewati lantai 1 yang harusnya ia datangi. Lift itu terus membawanya ke lantai dasar yang merupakan tempat parkir mobil para pengunjung hotel.
"F*ck !" Maki Gibran yang merasa kesal.
Ting... Bunyi pintu lift terbuka di lantai dasar. Gibran pun melihat ke arah luar dan dirinya kaget luar biasa melihat seorang wanita yang selama ini ia cari tengah berciuman begitu panasnya dengan seorang pria.
Gibran keluar dari lift dengan perasaan gusar dan marah yang tak dapat di tahan lagi.
"Mandaaaa !!!!" Teriak Gibran mengagetkan 2 manusia yang tengah berpagut bibir itu.
Amanda menolehkan wajahnya dan terkejut melihat Gibran berjalan ke arahnya.
Gibran lebih terkejut lagi melihat lelaki yang tengah menikmati bibir kekasihnya itu adalah Andre sahabatnya yang tak lama lagi akan menikahi Sabina.
"Dasar a*j*ng !!!" Maki Gibran.
Amanda dan Andre pun dengan refleks memisahkan diri dan berlari menuju mobil mereka dan memasukinya.
Gibran terus berlari mengejar namun tak lama bunyi decitan ban yang memekikkan telinga terdengar. Menandakan kekasihnya itu telah melarikan diri dengan sahabatnya yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan Sabina.
To be continued
Thank you for reading ❤️
Jangan lupa like dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
dasar manda ngak tahu diri andre juga, dua2 munafik, untung gibran yg liat jadi udah tahu kebusukan mereka.
2024-08-07
0
Anisa 977
udah pernah baca ternyata yg ini.
2023-10-05
0
Dewi Nurmalasari
duh serius jd ikut emosi
2023-09-26
0