"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Romansa
Setelah aku dinyatakan sembuh seratus persen oleh dokter. Erik ingin segera merealisasikan melamar ku secara resmi. Segala macam persiapan sudah diatur sedemikian rupa oleh Umi Henny. Mereka tidak ingin momen penting dalam hidup putra semata wayangnya terlihat biasa saja. Memang tidak mewah, karena keluarga itu menyukai kesederhanaan. Tapi barang-barang untuk seserahan bukan barang yang murah. Hanya hitungan hari mereka akan berangkat ke kampung halaman ku dengan membawa rombongan keluarga dekat Erik dan juga beberapa tetangga kos beserta ibu pemilik kos. Semua sudah diperhitungkan oleh Erik. Dia berfikir jika makin banyak orang hadir, makin banyak saksi, makin banyak pula doa terpanjatkan.
Hari Sabtu merupakan hari yang dipilih untuk melaksanakan acara lamaran. Demikian juga dengan aku yang sudah memberi kabar pada keluarganya di kampung beberapa hari yang lalu. Meminta pada Ibu untuk mempersiapkan sambutan meskipun ala kadarnya dan sangat sederhana. Toh aku sudah menceritakan kondisi ekonomi keluarga ku kepada Erik. Jika dia memang tulus pasti dia mau menerima apa adanya kondisi keluarga ku. Aku ingin keluarga ku terutama Ibu bisa merasakan kebahagiaan ketika aku sudah punya pendamping. Aku ingin dua keluarga rukun dan saling menghormati serta menghargai tanpa peduli status sosial yang berbeda. Karena menikah bukan hanya tentang aku dan kamu.
Iring-iringan beberapa mobil telah sampai di perbatasan desa. Aku yang ikut berada dalam mobil merasa jantung yang berdebar kencang. Keharuan dan kerinduan pada keluarga membuat mata memanas ingin menangis. Sungguh aku tidak menyangka, jika takdir membawaku pulang langsung membawa calon suami beserta sebagian keluarga besarnya. Padahal niat awal pergi dari kampung hanya ingin mencari rejeki demi mengubah nasib supaya lebih baik lagi. Ternyata Allah begitu baik nya pada ku, sehingga mempertemukan aku dengan jodoh ku lebih awal diumur yang baru menginjak 20 tahun. Perbedaan umur ku dan Erik 5 tahun, aku merasa Erik bisa menjadi imam yang baik untukku.
"Assalamu'alaikum," salam Abah memimpin rombongan masuk ke rumah kami yang kecil ini.
"Wa'alaikumussalam," Jawab serempak Ibu dan keluarga lain yang ikut membantu menyiapkan hidangan yang akan disajikan.
"Mari silahkan duduk, mohon maaf adanya lesehan seperti ini tidak ada kursi." Ucap Ibu merasa rendah diri karena melihat tamu yang datang rata-rata terlihat seperti orang berada semua.
"Tidak jadi masalah bu, seperti ini sudah sangat cukup. Justru bisa lebih mempererat silaturahmi tanpa ada penghalang." Kata Umi Henny yang mengerti kegelisahan Ibu ku.
Setelah cukup berbasa-basi sekarang waktunya dalam mode serius. Aku menghela nafas panjang menunggu kalimat dari Erik.
"Bismillahirohmanirohim, saya Erik dan keluarga datang dengan maksud dan tujuan ingin mempersunting Echa menjadi pasangan hidup. Saya ingin menjadikan Echa istri satu-satunya Insya Allah dunia dan akhirat." Jawab lantang Erik dengan satu tarikan nafas.
"Saya serahkan keputusan langsung pada anak saya Echa. Karena yang akan menjalani biduk rumah tangga adalah Echa. Bagaimana sayang, apa kamu menerima lamaran dari nak Erik?" Tanya Ibu yang jawabannya ditunggu oleh semua orang. Terutama Erik yang sudah meremas kedua tangannya karena cemas akan jawaban Echa.
"Saya terima," Ucapku malu-malu.
"Alhamdulillah," Ucap seluruh tamu yang hadir.
Akhirnya aku resmi menjadi tunangan dari seorang Erik.
"Mari silahkan menikmati hidangan yang tersedia. Mohon maaf jika kurang berkenan, maklum makanan desa." Kata Nenek menimpali.
"Sebelum itu bolehkah saya bicara?" Ucap kakek yang sedari tadi diam, tapi kini seperti ingin mengatakan hal penting.
"Apa itu kek, silahkan jika ada yang mengganjal ingin kakek sampaikan." Kata abah.
"Apa tidak sebaiknya langsung nikah saja." Kalimat kakek sontak membuat kami semua terperangah kaget.
"Maksudnya gini, Echa tinggal di kota seorang diri. Jika ada sesorang yang bisa melindungi tanpa takut batasan, bukankah itu lebih baik?" Tambah kakek.
"Apalagi setelah kejadian kemarin, Echa diculik dan dianiaya. Apakah jika sudah lamaran Erik bisa menjamin keselamatan Echa, sedangkan Erik tidak bersama 24 jam?" Lanjut kakek.
Dan semua membenarkan pemikiran Kakek. Meskipun saat sudah menjadi istri, tidak menutup kemungkinan musibah masih bisa datang. Setidaknya saat malam hari, Erik bisa leluasa bersama Echa tanpa takut dosa.
"Saya setuju, baiklah saya coba bantu mencari penghulu di daerah sini. Kalian nikah siri dulu hari ini. Tapi setelah sampai kota, harus langsung mengurus dokumen di KUA." Ucap Abah Hasan memberi solusi.
"Ya Bah, nanti biar Erik yang urus surat-suratnya. Saat ini kita nikmati dulu camilannya sambil menunggu penghulu datang" Kata Erik.
Kebahagiaan terpancar dibalik senyuman semua keluarga yang hadir.
Lain di kampung lain di kota, saat ini orang tua Bella sedang mengupayakan pembebasan bersyarat. Mereka tidak rela jika putri nya harus mendekam di penjara. Dengan meminta bantuan kerabat mereka yang mempunyai jabatan tinggi. Akhirnya Bella keluar dari penjara dengan syarat wajib lapor. Karena berkas perkaranya belum dilimpahkan ke pengadilan.
"Akhirnya aku keluar juga dari tempat terkutuk ini." Kata Bella saat bisa menghirup udara segar.
"Awas kamu Erik, aku akan membuat kamu merasakan penderitaan seperti ku. Jangan salahkan aku jika rasa cinta ku kini berubah menjadi kebencian." Ucap Bella dengan rasa penuh dendam sambil mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat.
Ya, rasa cinta dan obsesi untuk memiliki Erik kini berubah menjadi kebencian yang mengakar. Rasa sakit ditolak dan diabaikan membuat Bella menjadi tidak waras. Sekarang obsesinya adalah menyingkirkan Echa bahkan Erik sekalipun ingin dia habisi. Rencana-rencana jahat sudah dia susun sedemikian rupa. Intinya, jika dia tidak bisa memiliki Erik. Maka siapapun juga tidak boleh .
Baru seperti ini saja Bella sudah menggila, apalagi seandainya nanti dia tahu jika Erik sudah menikahi Echa di kampung. Akan semarah apa ya Bella mendengar berita itu. Itu tugas Erik untuk selalu melindungi Echa. Karena mau tidak mau masalah terjadi memang karena Erik menolak Bella.
Seharusnya, sebagai wanita berpendidikan tinggi dan terlahir dari keluarga terpandang Bella memiliki attitude dan etika yang baik. Bukan justru seperti wanita tidak punya hati yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Inilah pentingnya pendidikan adab dan etika saat kecil, menghargai orang lain meskipun tidak sesuai harapan tidak membuat sakit hati berlebihan. Selalu bersyukur apapun keadaannya, membuat hati damai. Tidak serta merta selalu memaksakan diri dan kehendak pada orang lain. Yang justru berbalik menyakiti diri sendiri tanpa kita sadari. Apalagi peran penting orang tua, jika orang tua mampu mendidik dengan baik tanpa memanjakan anak. Maka sikap egois itu tidak akan terlahir.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Update.
Adakah yang masih menunggu kelanjutan cerita ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak, like, komen, dan share karya pertamaku ini.
Terima kasih.
By : Erchapram.