Karamel Vyora Antares memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga nya setelah mengetahui bahwa suaminya Rakhayasa Kafka Majendra masih mencintai mantan kekasihnya, bahkan Kafka berencana akan menikahi kekasihnya.
Vyora akhirnya lebih memilih pergi dan merelakan suaminya bersama mantan kekasihnya. Namun saat Vyora dan Kafka resmi bercerai ternyata Vyora sedang mengandung benih Kafka.
Akankah Vyora kembali pada Kafka demi benih yang sedang dikandungnya?
"Aku akan mendapatkan mu kembali apapun caranya" Rakhayasa Kafka Majendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Pelakor
Raga tidak berkedip melihat dua bocah kembar di depannya yang sangat mirip sekali dengan Bos nya. Raga memperhatikan mereka satu-persatu tanpa ada yang terlewat.
"Kalian beneran anaknya Bos?" Tanya Raga. Raga menekuk lututnya menyesuaikan tingginya dengan Khavi dan Khavya.
Raga yang masih tidak percaya dengan penglihatannya, dia mencubit pipi dua bocah itu dengan keras sampai Khavi dan Khavya berteriak kesakitan. Untung saja ada Daddy Giandra yang melepaskan cubitan Raga. Kalau tidak, bisa dipastikan kedua bocah itu memiliki tanda merah di pipinya.
"Kau," geram Daddy Giandra. "Beraninya kau melukai cucuku." Daddy Giandra menatap tajam Raga. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum kikuk saat menyadari kesalahannya.
Raga baru sadar setelah mendengar amukan dari Daddy Giandra. "Waah ... jadi kalian memang nyata? Bukan halusinasi ku saja." Raga tersenyum kikuk menatap Daddy Giandra yang sangat terkenal dengan sifat bengis nya.
Raga sangat tau Daddy Giandra adalah sosok yang paling disegani dan ditakuti di dunia bisnis. Siapapun yang berurusan dengan nya tidak akan bernasib baik. Contohnya sudah jelas, Raga yakin apa yang terjadi dengan Kafka adalah campur tangan Opanya bocah kembar ini. Daddy Giandra yang menyembunyikan Vyora selama ini, tentu saja karena Kafka sudah menyakiti Putri kesayangannya.
"Kamu fikir cucuku apa, hantu?" Daddy Giandra menatap tajam Raga. Asisten Kafka itu hanya menyengir saja, tanpa Daddy Giandra tau Raga sebenarnya sedang menyembunyikan ketakutan nya.
"Anak-anak kalian tunggu dengan uncle Raga dulu, ya. Opa mau ketemu klien dulu." Daddy Giandra meninggalkan kedua cucunya bersama Raga, setelah diangguki keduanya.
Sepeninggal Daddy Giandra, Khavi dan Khavya menanyakan tentang Daddynya pada Raga. Dua bocah kembar itu tidak berhenti bertanya tentang Kafka, Asisten Kafka itu dibuat gemas dengan kecerdasan yang mereka miliki.
"Uncle, apa Daddy sangat kaya?" Tanya Khavya. Matanya berkedip lucu membuat Raga gemas ingin mencubit pipi gadis kecil itu.
"Tentu saja, Daddy kalian sangat kaya. Beda tipis lah dengan opa kalian." Khavya bertepuk tangan sambil loncat-loncat membuat Khavi menggelengkan kepalanya melihat tingkah kembarannya itu. Khavya memang sangat suka dengan hal-hal berbau kemewahan persis sekali seperti Vyora.
Karena merasa gemas, Raga sengaja mengirimkan video tingkah lucu Khavi dan Khavya ke akun sosial medianya dengan caption 'Kecebong Sultan' . Tidak sampai lima menit, unggahan Raga itu dibanjiri komentar beragam dari para pengikutnya. Tidak hanya itu saja, Daddy Rion juga tidak sengaja melihat postingan asisten anaknya itu.
Kemiripan yang dimiliki Khavi dan Khavya dengan Kafka, membuat Daddy Rion bisa menyimpulkan sendiri bahwa bocah kembar itu adalah anak dari putranya, yang berarti adalah cucunya. Daddy Rion sampai tidak sabar ingin memberitahu Mommy Mora tentang hal ini.
...----------------...
"Mas, mau sampai kapan seperti ini? Aku lelah." Vyora cemberut. Sejak Kafka membawanya ke kamar hotel, mantan suami Vyora itu tidak pernah sedikitpun melepaskan Vyora dari dekapan nya.
"Sampai Mas puas, Vy," ucap Kafka. "Kamu harus membayar lima tahun yang Mas lalui tanpamu." Kafka memeluk Vyora dengan erat, dia takut Vyora akan pergi meninggalkannya lagi.
"Jadi maksudmu ... aku harus tetap seperti ini selama lima tahun?" Vyora tidak habis fikir dengan pemikiran Kafka yang tidak masuk akal menurut nya.
"Bukan hanya lima tahun, Vy. Tapi seumur hidupmu, Mas akan terus mendekapmu seperti ini." Kafka semakin mengeratkan dekapannya. "Jadi, jangan pernah berfikir kamu bisa pergi dariku."
Vyora melotot mendengar ancaman Kafka barusan. Terdengar sangat tidak masuk akal di telinganya, karena Vyora fikir Kafka sudah menikah lagi dengan Gracellyn, jadi tidak sepantasnya Kafka melakukan ini padanya.
Vyora mencoba berontak, namun semakin Vyora meronta Kafka akan semakin erat mendekapnya. Posisi Vyora kini berbaring memunggungi Kafka yang memeluknya dari belakang. Kafka bahkan tidak segan mencium tengkuk Vyora, membuat Vyora merasa seperti jalang yang berselingkuh dengan suami orang.
"Tapi aku bukan jalang, Mas. Aku juga bukan perebut suami orang," lirih Vyora.
Kafka membalikkan tubuh Vyora supaya menghadapnya, dilihatnya Vyora yang menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.
"Lihat aku!"
Kafka menatap mata indah Vyora, mata yang dulu penuh dengan cinta. Namun sekarang, Kafka melihat mata indah itu tak lagi berbinar menatapnya. Kafka hanya melihat kesedihan dan kekecewaan yang terpancar di sana.
"𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪? 𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢."
Tring
Bunyi notifikasi ponsel Kafka membuyarkan lamunan dua insan yang sedang menyelami arti tatapannya masing-masing.
Vyora lebih dulu memutuskan tatapannya, kemudian mengambil ponsel Kafka yang kebetulan berada tak jauh darinya, lalu menyerahkan ponsel itu pada Kafka.
Ternyata, pesan itu berupa kiriman video yang dikirim oleh Raga. Awalnya, Kafka mengumpat asistennya itu karena sudah berani mengganggunya. Namun saat membuka video yang berdurasi sekitar sepuluh menit itu, Kafka tersenyum bahagia. Kafka kemudian memberitahu Vyora isi video yang Raga kirimkan.
"Vy, Khavya sangat cantik, ya. Persis seperti mu," ucap Kafka. Mantan suami Vyora itu tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Vyora, membuat Vyora salah tingkah dibuatnya.
"Mas, aku harus pulang. Anak-anak pasti sudah menungguku," ucap Vyora.
Vyora sangat tidak nyaman berada di kamar hotel berduaan dengan Kafka. Apalagi yang Vyora tau Kafka adalah pria beristri. Namun, Kafka tidak memberi celah sedikitpun untuk Vyora beranjak dari sisinya.
"Biar Mas yang mengantarmu, sekalian Mas juga mau melamar mu pada Daddy hari ini juga."
Sontak saja ucapan enteng yang meluncur begitu saja dari mulut Kafka membuat Vyora melotot.
"Mas, aku tau aku salah karena memisahkan mu dengan anak-anak. Tapi aku janji, mulai sekarang kamu boleh menemui mereka kapanpun kamu mau." Vyora menghela nafasnya kasar. "Tapi kamu tidak perlu menikahi ku, Mas. Aku gak mau merusak hubunganmu dengan istrimu, aku bukan pelakor!" Vyora menekankan kata-kata di akhir kalimatnya.
Cup
Tanpa aba-aba Kafka malah membungkam mulut Vyora dengan bibir nya. Vyora melotot sedangkan Kafka terkekeh melihat ekspresi lucu Vyora.
"Sepertinya kamu salah paham, Vy ...." Kafka tersenyum bahagia karena sepertinya Vyora masih mencintainya. Vyora hanya salah paham saja, karena itulah Vyora berusaha menjaga jarak dengannya.
"Maksudnya?" Vyora mengernyitkan keningnya, bingung.
"Nanti Mas jelaskan di rumah."
Kafka menggandeng tangan Vyora keluar dari kamarnya. Tidak hentinya bibir Kafka menyunggingkan senyuman, membuat Vyora semakin bingung dan penasaran dengan yang terjadi sebenarnya. Tanpa Vyora tau, sebenarnya Kafka sedang mencoba menahan amarahnya supaya tidak meledak.
"𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘵𝘶𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶?"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
kalau emang si kakap udah yakin gak salah dan punya rencana sendiri gak mungkin donk dia merasa bersalah dan nyuekin Vyora berminggu-minggu
nggantung banget sihhhh