NovelToon NovelToon
STRANGE MERCHANT

STRANGE MERCHANT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bepergian untuk menjadi kaya / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain / Menjadi Pengusaha / Toko Interdimensi
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Pandu

Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?

Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33 : Patah Hati Untuk Pertama Kali

Selepas kepergian Pangeran Ketiga dan rombongannya, suasana di tengah aula yang sempat memanas kini mulai mereda. Countess Helga yang sejak tadi memperhatikan keadaan, segera melambaikan tangan pada pengiring musik, memberi isyarat untuk kembali memainkan alunan musik yang lembut. Denting piano dan gesekan biola kembali memenuhi udara, meskipun suasana tidak sepenuhnya kembali seperti semula. Pesta dansa itu, yang seharusnya menjadi malam debutante Jane, telah terganggu oleh insiden yang tak terduga.

Sagara berdiri di tengah kerumunan, masih menjadi pusat perhatian setelah insiden tadi. Ia melangkah dengan sikap penuh sesal, mendekati Jane yang kini sudah bergabung dengan Count Collins dan Countess Helga.

“Nona Jane,” katanya, suaranya tenang meski dalam hatinya bergolak, “Mohon maaf atas kekacauan yang saya buat. Saya tidak bermaksud mengganggu pesta perayaan penting debutante Anda.”

Count Collins tersenyum tipis, menepuk bahu Sagara. "Tidak perlu khawatir, Nak. Insiden kecil seperti ini tidak seharusnya mengganggu malam yang indah ini. Lagipula, Anda tidak berniat jahat."

Jane pun tersenyum lembut, menunjukkan bahwa dirinya benar-benar tidak keberatan. "Saya mengerti, Tuan Sagara. Jika Anda tahu sejak awal siapa wanita itu, tentu Anda tidak akan melakukannya, bukan? Saya sama sekali tidak menyalahkan Anda."

Countess Helga yang sejak tadi hanya mengamati tanpa banyak bicara, tetap diam, namun pandangannya tajam, seolah menilai Sagara dari jauh lebih dalam.

Sagara menundukkan kepala sedikit, merasa bersalah, meski Jane tidak mempermasalahkan insiden tersebut. “Tetapi tetap saja, saya seharusnya bisa lebih berhati-hati.”

“Anda sebaiknya lebih mengkhawatirkan kondisi Anda ke depannya, Tuan Sagara. Mulai dari sekarang, Anda harus berhati-hati. Pangeran Ketiga adalah sosok yang pendendam dan sulit diprediksi." Jane pun menggelengkan kepala, tatapannya kali ini memperlihatkan kalau dirinya menganggap hal ini lebih serius.

Sagara tersenyum tipis, meski ada kekhawatiran di balik tatapan matanya. “Terima kasih atas perhatian Anda Nona Jane. Saya berterima kasih juga atas perhatian Lord Collins dan Lady Helga. Saya akan mengingatnya. Namun, perlu saya meluruskan bahwa keluarga Morgans bukanlah keluarga yang mudah ditindas. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Alih-alih khawatir akan kemarahan Pangeran Ketiga, pikiran Sagara justru mengarah pada sesuatu yang lebih penting baginya saat ini—bisnis keluarganya. Dengan tindakan cerobohnya tadi, mengajak berdansa Kate tanpa mengetahui statusnya sebagai tunangan sang pangeran, Sagara merasa prestise yang sudah dia coba bangun dengan baik, kini hancur karena ulahnya sendiri.

"Para bangsawan yang hadir pasti menertawakan kebodohanku di belakang," pikirnya. Rasa khawatir menyelinap, membayangkan usaha yang sudah dilakukan Sagara untuk mempromosikan bisnisnya akan gagal karena insiden tersebut.

Dengan perasaan gundah, Sagara memutuskan untuk memisahkan diri dari kerumunan. Dia berjalan ke tepi aula, mengambil segelas minuman dari pelayan yang lewat, dan meneguknya tanpa ragu. Rasanya hangat di tenggorokan, tapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa kecewanya. "Sungguh bodoh," gumamnya pada diri sendiri. "Bagaimana bisa aku begitu terpikat dengan kecantikan wanita itu sampai-sampai tidak bisa berpikir jernih?"

Sagara mengutuk dirinya sendiri. Padahal, jika dia bisa lebih teliti dalam mengamati situasinya pada saat itu, pasti dia bisa melihat tanda-tanda bahwa tidak ada seorang pun yang berani mendekati Kate untuk mengajaknya berdansa. Sagara kembali mengutuk dirinya sendiri, merasa menyesal.

Sudah hampir tiga gelas anggur ia teguk ketika tiba-tiba dia melihat sosok yang dikenal berjalan mendekat. Wanita itu melangkah anggun dengan senyuman kecil di bibirnya, meski Sagara menghindari kontak mata dan membuang muka. Rasa kesal mulai menyusup ke dalam benaknya, akan tetapi ia tidak menunjukkan hal itu secara terang-terangan.

Kate kini berdiri di sampingnya, senyuman itu tetap terukir di wajahnya. “Apakah Anda marah pada saya, Tuan Sagara?” tanyanya dengan nada lembut yang sedikit main-main. “Bukankah saya sudah memperingatkan Anda sejak awal?"

Sagara menghela napas dalam-dalam, merasa bingung. “Saya hanya menyayangkan, Nona Kate, mengapa Anda tidak langsung mengatakan kalau Anda adalah tunangan Pangeran Ketiga?” suaranya terdengar tenang, meski ada sedikit kekesalan di balik kata-katanya.

Kate menatapnya sejenak, lalu tertawa kecil. “Tunangan Pangeran Ketiga? Apakah Anda berpikir saya sudi mengaku-ngaku sebagai tunangan pria yang bodoh itu?” Ada nada sinis dalam suaranya yang mengejutkan Sagara.

Sagara terdiam, tak menyangka mendengar kalimat itu dari Kate. Namun, semakin lama mereka berbicara, semakin banyak mata yang memperhatikan mereka. Sagara sebenarnya tidak ingin menarik lebih banyak perhatian lagi, terutama setelah insiden dansa tadi. “Nona Kate,” ujarnya perlahan, “Saya merasa tidak nyaman menjadi bahan tontonan para tamu yang lain. Saya rasa lebih baik kita menjaga jarak dan tidak terlalu sering berbicara lagi.”

Ekspresi Kate kemudian langsung berubah, dari ceria menjadi sedikit masam. “Apakah Anda sedang mengusir saya, Tuan Sagara?” suaranya dingin. “Saya pikir Anda berbeda dari pria lain.”

Sagara terkejut mendengar kata-kata itu, tapi ia tetap memilih diam.

Kate melanjutkan, “Saya sempat percaya saat Anda berkata bahwa Anda akan menanggung segala resikonya ketika mengajak saya berdansa. Tapi ternyata, Anda hanya berbicara besar.”

Kate berbalik dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia berjalan menjauh dari Sagara, meninggalkan jejak kepahitan dalam hati pria itu. Sagara sendiri hanya bisa memandangi punggungnya yang menjauh, perasaan sesal kembali menggerogoti dirinya.

“Aku benar-benar telah mengacaukan segalanya,” bisiknya pelan.

1
black_mask
penting ceritane dirampungke thor, ojo kyo le dsik"
Mohakbar
cerita enak di dengar, setiap kalimat mudah di pahami, rekomen baget!
Abu Nipah
Lumayan
yatarasa
...
Kai🍁
harapannya kali ini ceritanya dapat diselesaikan dengan baik dan pembaca terpuaskan.
Violet Ros
Mungkin ini udah lama sejak terakhir kali gue baca novel lu yang necromancer itu. Tapi novel lu masih bagus aja bg, tapi rasa rasanya teksnya pada kepanjangan.
Violet Ros: wkwk iyaa cuman gak konsisten
Kai🍁: iya baru balik nulis lagi, akunmu juga rajin sekali nulis.
total 2 replies
Sato
ceritanya selesain ya, semoga ga ngagantung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!