Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Galang
"Permisi, boleh ikut duduk?"
Aqila dan Renata yang sedang menikmati makanan mereka, mendongak melihat asal suara yang ternyata adalah Galang
"Owh iya silahkan" Aqila berpindah tempat duduk disamping Renata dan membiarkan Galang duduk didepan mereka
"Maaf menganggu waktu kalian, tapi gue mau ngomong sesuatu sama Aqila" Galang terlihat canggung dan sesekali mengusap tengkuk kepalanya
"Mau ngomong apa?" Aqila meminum es teh yang tersisa setengah di gelas setelah mengahbiskan satu mangkok bakso, dan fokus pada Galang yang duduk saat ini
"Lo beneran bakal nikah sama Naufal?"
"Iya"
"Lo yakin?"
"Kenapa?"
"Bukan gitu maksud gue, secarakan seluruh kampus juga tau dia itu kayak gimana?"
"Kalau lo kesini cuma mau ngejelek-jelekin nama calon imam gue, mending pulang, gue nggak mau denger"
Uhukkk uhukkk
Renata yang sedang menelan bakso terkhirnya terbatuk mendengarkan ucapan Aqila, ia tak menyangka sahabatnya itu sampai seterang-terangan itu didepan Galang, apa jangan-jangan Aqila berniat balas dendam karena pernah mencintai laki-laki itu?
"Bukan gitu maksud gue Aqila, tapi gue cuma nggak ingin lo sedih dan menyesal nanti..."
"Lo siapa sih sampai berani ngomong kayak gitu ke gue?" Aqila mengernyitkan alisnya, ia tak suka mendengar pernyataan Galang tentang Naufal
"Kita sahabat dari SMA"
"Heh!, kita nggak sedekat itu ya, sampai lo sebut sahabat" semprot Renata karena merasa tak terima, mereka mungkin pernah satu kelas dan satu kelompok, tapi tak lebih dari itu sampai disebut sahabat
"Lagian andai gue kayak gitu, hubungannya sama lo apa? Jangan mentang-mentang lo pacar adik gue, lo seenaknya ikut campur urusan gue"
"Gue udah putus sama Reyna"
"APA?!" Beberapa pasang mata dikantin menatap kearah Aqila dan Renata yang berteriak sampai menggebrak meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras
"Lo jangan macem-macem sama adik gue Galang, mati lo ditangan saudara gue kalau mereka tau lo nyakitin Reyna" Aqila mengepalkan tinjunya didepan wajah Galang yang tidak menunjukkan tanda penyesalan sedikitpun
"Gue mau ngomong ini sama lo dari minggu kemarin"
"Lo mau ngomong apa?"
"Entah kenapa gue juga nggak tau, tapi hati gue nyaman sama lo Aqila, saat lo semakin menjauh entah kenapa gue ngerasa kayak ada yang kurang dari hari-hari bisanya"
"Lo jangan gila Galang, gue udah mau nikah dan Reyna itu adik gue"
"Masih belum sahkan?"
"Maksud lo?" Renata menjawab pertanyaan Galang terlebih dahulu dengan wajah julid
"Gue bakal coba perjuangin lo Aqila, gue tau lo sempet suka sama gue kan? Gue mau ngembaliin rasa suka lo itu sama gue"
"Lo jangan gila Galang, gue jujur dulu mungkin sempet suka sama lo, tapi sekarang rasa suka itu udah kadaluarsa, udah gue buang dilaut dan nggak ada niat buat ngambil lagi. Lo ngerti kan maksud gue?" Renata terkagum-kagum menatap Aqila, sejak kapan sahabatnya itu pandai bersilat lidah seperti ini?
"Kalau nggak ngerti gue jelasin, lo tau kan kalau sesuatu yang udah dibuang kelaut itu bakal kecil banget rasanya buat kembali? Anggap aja perbandingannya satu banding sepuluh kuadriliun, lo ngerti kan?" ucap Renata saat Galang tak kunjung menjawab
"INTINYA DIA UDAH NGGAK SUKA SAMA LO, NGERTI NGGAK SIH?!" Renata kembali meledak saat Galang hanya diam saja, tanpa ada niat berkata apapun
"Tenang Ren, ini dikantin masih area kampus, jangan buat keributan disini"
"Tapi masih ada peluang walau kecil kan?" Akhirnya Galang bersuara juga setelah terdiam untuk waktu yang tak bisa dibilang sebentar
"Asli, sebaiknya lo pergi periksa deh Galang, kayaknya udah satu juta saraf otak lo yang putus" Aqila menahan tawa mendengar ucapan Renata tanpa filter
"Hati itu milik Allah kan? Nggak ada yang tau, kalau nggak bisa lewat cara ini bisa lewat langit, tikungan sepertiga malam tajem banget loh"
"Nggak usah banyak bacot lo nyebut sepertiga malam, sholat subuh aja jam tujuh kan lo?" tuding Renata dan dengan kecerdasannya Galang malah menjawab
"Jam enam lebih lima menit"
"SAMA AJA!" Entah sudah keberapa kali mereka menjadi pusat perhatian dan meja yang tak bersalah menjadi pelampiasan emosi Renata dan Aqila
"Udah, Galang lo sadar nggak sih sebenarnya lo itu cuma nilai seseorang dari tampilan luarnya aja?, Kak Naufal keliatan badboy kayak gitu siapa yang tau hatinya kayak malaikat"
"Gue dimata lo keliatan kayak apa Aqila?"
"Kayak manusia lah, apa lagi?" Renata terbahak memegang perut mendengar ucapan polos sahabatnya
"Gue serius"
"Lo pikir gue becanda?" Aqila malah semakin marah mendengar ucapan Galang yang mengira dirinya bercanda
"Gue mau tanya sekarang sama lo, apa alasan lo putus sama Reyna?"
"Dia terlalu manja dan kekanakkan buat gue"
"Terus alasan lo jatuh cinta sama dia apa?" Galang terdiam sejenak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Aqila
"Karena dia cantik? Atau karena dia anak orang kaya sampai lo suka sama dia?" tuding Aqila
"Gue juga nggak tau, tapi saat itu tingkahnya yang menggemaskan berhasil membuat gue tertarik sama dia"
"Lo emang laki-laki nggak bener ya?, lo cinta sama dia karena liat tingkahnya sekarang lo putus sama dia juga liat tingkahnya"
"Lo sadar nggak sih dengan lo ngomong gini, udah terbukti kalau lo itu nggak bisa konsisten menjaga hati perempuan!" sentak Aqila dengan amarah menggebu
"Ya mau gimana lagi, lo tau kan hati nggak bisa dipaksa?"
"Ternyata ada spesies laki-laki nggak tau malu kayak lo yang ngomong gitu ya?"
Ketiga orang itu terkejut saat ternyata Naufal dan ketiga anteknya sudah berdiri di depan mereka
"Gue sebagai laki-laki aja malu denger mulut lo bro" ujar Panil sampai menggelengkan kepalanya
"Lo lahir dari rahim perempuan juga, dan seenaknya ngomong gitu, lo pikir mereka nggak sakit hati?" tambah Gempano
"Benerkan? Kalau hati itu nggak bisa dipaksa? Salahnya dimana?"
"Lo pikir pernikahan itu kayak pacaran yang cuma beberapa bulan atau tahun doang?, kalau ternyata dalam pernikahan itu Allah uji hati lo dengan rasa bosan terhadap pasangan lo terus lo bilang kita cerai hanya karena itu doang?" Tanya Aqila, yang mengundang decak kagum dari orang yang mendengarnya
"Inikan cuma pacaran bukan pernikahan, gue juga ngerasa dia terlalu baik buat gue"
"Halah!, alasan aja lo kucing garong!, alasan kayak gitu udah basi tau nggak?!, mentang-mentang lo dikejar lebih dari satu perempuan udah ngerasa diatas awan aja lo, alasan lo juga berubah-ubah kayak jawaban ujian hasil contekan teman" Naufal dan teman-temannya menahan tawa mendengar ucapan blak-blakan Renata
"Lo inget baik-baik Galang, Reyna itu kesayangan keluarga gue, kalau dia sampai nangis dan ngadu, gue nggak bisa jamin lo masih bisa kuliah tanpa lecet besok atau hari selanjutnya" ucap Aqila sebelum pergi dengan Renata, tanpa sadar ada yang mendengar pembicaraan mereka dibalik tiang kantin dan tersenyum