Di Khianati Kakak Kandung-Ku

"Prang," Dirga membanting guci yang ada di dalam rumahnya membuat orang-orang yang ada di dalam rumahnya kaget dan menatapnya.

"Apa-apaan kamu ini Dirga!!!" Teriak sang kakek.

"Kakek yang apa-apaan,kenapa kakek berbicara kasar kepada Lily?" ucap Dirga datar.

Semua kaget dengan ucapan Dirga yang mereka dengar,bagaimana bisa ia mengenal Lily?, dan Nindy juga merasa heran Dirga dan Lily saling mengenal.Sepertinya dia ketinggalan berita penting.

"Oh wanita yang tadi, kakek ini berbicara apa adanya dan itu yang sudah seharusnya terjadi, nggak ada yang salah dari omongan kakek," ucap pak Gunawan sambil tersenyum.

"Asal kakek tau orang yang kakek hina itu,aku mencintainya kek dan sekarang kakek dengan seenaknya mengatai dia nggak pantes buat aku, apa hak kakek bicara seperti itu!!!" ucap Dirga marah.

Lagi dan lagi semua di buat spot jantung dengan pengakuan dari Dirga. Dia mencintai seorang wanita,ini sungguh berita yang menghebohkan untuk keluarga besar mereka. Mereka semua tahu bagaimana Dirga menutup dirinya dari orang sekitarnya dan selalu bersikap dingin layaknya sebuah kulkas berjalan.

Tapi tidak ada raut kaget sama sekali di wajah pak Gunawan,yang ada di selalu menampilkan senyum yang tidak biasa dan tidak ada salah satu dari mereka yang bisa mengartikan arti senyum tersebut.

"Terserah kakek mau setuju atau tidak aku nggak perduli aku akan tetap melakukan apa yang ingin aku lakukan, persetan dengan restu kakek," ucap Dirga.

"Kamu nggak bisa sama wanita tersebut sampai kapan pun. Wanita itu tidak bisa bersanding dengan kamu, hidup kamu kakek yang menentukan dan siapa orang yang pantas menjadi pendamping hidup kamu itu kakek yang tentukan," ucap pak Gunawan dengan tenang.

"Kenapa yang lainnya punya kebebasan memilih pasangan hidupnya sendiri sedang aku harus kakek yang tentukan," ucap Dirga datar.

Dan semua yang ada disitu mempunyai pemikiran yang sama, kakeknya tidak pernah mau tau dengan pasangan cucunya yang lain dan hanya merestui saja. Memang mereka mencari istri yang selevel karena ingin lebih unggul dari saudara lainnya.Bukan paksaan seperti yang di alami Dirga saat ini.

"Karena memang wanita itu tidak layak untuk kamu," ucap pak Gunawan.

"Stop untuk mengatai hal buruk tentang Lily, kakek!!!" Teriak Dirga membanting gelas-gelas yang ada diatas meja.

Semua wanita yang ada disana menjerit ketakutan, mereka tidak pernah melihat Dirga yang seperti saat ini, amarahnya sangat menakutkan tetapi sang kakek tetap bersikap biasa saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Dirga masuk ke dalam kamar kamu sekarang juga," ucap pak Pratama menahan kesal.

Namun Dirga tidak mengindahkan ucapan ayahnya ia tetap menatap tajam sang kakek.

"Dani,Edo bawa Dirga ke kamarnya sekarang," ucap pak Pratama marah bagaimana pun sikap Dirga kepada orang tuanya sudah kurang ajar, sebagai anak pak Gunawan juga sangat menyayangi kedua orang tuanya, dia takut jika Dirga masih disini dia bisa menghajar putranya. Bukankah seharusnya mereka mencari jalan keluar yang terbaik untuk persoalan tersebut.

Sedangkan Sri,Nindy dan Yeti sudah menangis mereka tidak tau reaksi Dirga akan seperti ini.

"Prang," lagi-lagi Dirga membanting semua piring-piring disana sebelum dia dibawa pergi oleh sepupunya dan kakak iparnya.

"Dasar Dirga ini nggak sopan,padahal kakek kan cuma mau yang terbaik buat dia bukannya bilang makasih malah balik melawan. Cinta kok sama perempuan kaya gitu, nggak level sama sekali y kan pah," ucap Lina mencibir Dirga dan menyanjung mertuanya.

Senyum di wajah pak Gunawan hilang setelah mendengar ucapan menantunya itu.

"Hendra,apakah ini didikan kamu pada istrimu," ucapan pak Gunawan dingin.

Lina merasa ketakutan dengan respon dari ayah mertua, dia kira ayah mertuanya akan senang dan menyetujui apa yang ia bicarakan namun sebaliknya mertuanya itu terlihat sangat marah.

Suaminya langsung bangkit menuju ayahnya.

"Maaf pah,aku yang salah," ucap Hendra takut dengan ayahnya, istrinya ini kalau berbicara buruk tidak bisa melihat tempat atau suasana saja, awas saja di rumah nanti.Hendra harus memberikan pelajaran agar istrinya jera dan bisa menjaga lisannya kelak.

"Sepertinya acara ini sudah selesai,pertunjukan yang bagus ayo mah kita pulang,papah capek dan juga sangat bahagia hari ini," ucap pak Gunawan tertawa bahagia membuat semuanya merasa heran dan bingung.

Istrinya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya yang sudah membuat cucu kesayangannya manjadi anarkis seperti tadi.

"Nindy kamu ikut pulang nggak?" Tanya pak Gunawan yang melihat putri bungsunya ikut menangis.

"Nggak, aku mau disini aja papa jahat," ucap Nindy kesal dan marah kepada papanya.

"Ya sudah kalau itu mau kamu papa nggak maksa kok," ucap pak Gunawan pergi dari sana sambil bergandengan tangan dengan istrinya dengan santai melenggang tanpa beban, seperti tidak terjadi apa-apa.