Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab. 5
Nabila, pasangan kembar Nabil anak kembar Kanayah dan Nathan. Gadis periang dan ramah itu tiba-tiba saja berada di sana kemudian langsung menggandeng lengan Fathan. Nabila dan Fathan memang sudah lama saling mengenal. Hubungan bisnis yang terjalin kedua orangtua, membuat mereka saling mengenal. Namun, tanpa Fathan dan yang lainnya ketahui, selama ini Nabila telah menyimpan perasaan pada pemuda tampan yang jarang tersenyum itu.
"Kamu di sini juga?" tanya Nabila dengan sumringah.
Kendra menatap nanar ke arah Nabila, kemudian ke arah Kanayah Ibunya. Kanayah yang paham dengan tatapan itu segera menarik Nabila dari sisi Fathan.
"Jaga sikap kamu, Bila," ucap Kanayah ketus.
"Kenapa, sih Ma? Kayak gak tau aku sama Fathan gimana aja," ucap Nabila berseloroh.
Fathan terlihat tidak nyaman dengan sikap Nabila, apalagi saat ini Zakira masih berada di sini.
"Iya, Nay. Kamu tau, kan kalau Fathan dan Nabila itu teman lama. Jadi wajar, kalau ketemu ya kayak gitu!" sahut Sukma.
Kanayah menatap tajam ke arah Sukma.
"Antar Opa ke kamar," pinta Kendra.
"Biar, Nay yang antar, ya Dad!" ucap Kanayah menawarkan diri.
"Tidak perlu, kamu jaga Nabila saja. Tuntun dia kembali seperti semula," ucap Daddy Kendra. Setelah mengatakan itu, ia segera meminta Zakira untuk mengantarkannya.
"Ki, temani tamu kita, jangan sampai ada yang kecewa saat pulang dari sini," pesan Kendra.
"Saya permisi," ucap Zakira pada Fathan.
Fathan mengangguk dengan wajah sedikit kecewa. Baru saja ia ingin berbicara lebih lama, pada gadis yang berhasil menjadi pikirannya selama ini.
Gadis itu segera menuntun Opanya kembali ke kamar.
"Baik, Opa," sahut Zaki.
Kanayah segera menarik Nabila, ke sampingnya setelah bayangan Daddy-nya menghilang dan masuk ke dalam lift.
"Apa kau tidak bisa menjaga sikapmu, Nabila?" tanya Kanayah ketus.
"Sayang, semua orang memperhatikan kita." Nathan berbisik lembut, ke telinga sang istri
"Aku mau pulang!" tegas Kanayah.
"Lho, kita kan baru aja sampai? Lagi pula, acara baru saja dimulai," cetus Sukma.
"Kalau kalian masih mau disini, silahkan. Aku mau pulang!" Kanayah melangkah meninggalkan mereka semua.
"Kami duluan, ya Fathan! Maaf, kalau Nabila membuatmu tidak nyaman," ucap Nathan.
"Tidak apa-apa," sahut Fathan.
"Zaki, bilang pada semuanya, kami pamit," ucap Nathan pada keponakannya.
Zaki yang paham dengan isyarat dari Pamannya, segera mengangguk.
"Ayo, Bila, Tante!" ajak Nathan.
"Tapi, Pa! Bila baru aja ketemu Fathan, belum ilang kangen," ucap Nabila dengan nada manja.
"Bila, Mama kamu sudah menunggu. Kamu tau, kan kalau Mama kamu marah seperti apa?" lanjut Nathan lagi.
Dengan wajah cemberut, Nabila menurut pada ucapan Papanya.
"Fathan, nanti aku telepon, ya! Nomor kamu masih yang lama, kan?" tanya Nabila.
"Eh, Zaki!" panggil Sukma.
"Ya, ada apa?" tanya Zaki terkejut.
"Sampaikan salam, buat Opa kamu, ya!" ucap Sukma.
Mata Zaki membulat sempurna, sedangkan Fathan hanya menggeleng pelan.
Zaki kembali mengobrol bersama Fathan.
"Kapan, lu pulang dari luar negeri?" tanya Zaki.
"Baru beberapa bulan ini," jawab Fathan.
"Sekarang, apa kegiatan lu?" lanjut Zaki.
"Biasa, meneruskan perusahaan keluarga," sahut Fathan. "Kamu sendiri?"
"Saat, gue kerja di bengkel milik om gue," sahut Zaki.
"Kerja di bengkel?" ucap Fathan tidak percaya. Ia tahu persis, siapa Zaki? Akan tetapi, mengapa dia mau bekerja di bengkel?
Seakan tahu apa yang lawan bicaranya ini pikirkan. Zaki segera memberikan alasan."Gue cuma pengen mandiri."
Fathan hanya mengangguk paham.
"Gue sama adik gue itu satu pemikiran," lanjut Zaki.
"Adik?" ucap Fathan.
"Ya, adik!" jawab Zaki.
"Dimana?" tanya Fathan.
"Itu, yang tadi mimpin Opa gue," jawab Zaki.
"Maksud kamu, Zakira?" Mata Fathan mengarah ke arah tempat Zakira beranjak.
Zaki mengangguk pelan.
"Jadi, dia...?" Fathan menggantung kata-katanya, masih tidak percaya.
"Iya, Zakira itu adik gue," jelas Zaki.
Fathan terdiam dan larut dalam pikirannya.
"Kenapa? Apa lu kenal dengan Zakira, adik gue?" Selidik Zaki.
Fathan menarik napas kasar. "Dia, resepsionis di kantorku."
"Apa? Jadi, dia bekerja di tempat lu?" tanya Zaki terkejut.
Fathan mengangguk pelan, sementara Zaki hanya menggeleng pelan.
Tidak lama kemudian, Zakira turun kembali dan berniat untuk menghampiri kedua orangtuanya serta saudara yang lain. Namun, langkahnya terhenti, saat Zaki menahannya.
"Tunggu, Ra!" ucap Zaki.
"Ada apa?" tanya Zakira, mendekat.
"Opa, udah tidur?" tanya Zaki.
"Belom, tapi udah mau istirahat, capek katanya," jelas Zakira.
"Lu, tau gak?" ucap Zaki.
"Gak!" sahut Zakira.
"Belom selesai gue!" seru Zaki dengan kesal.
Zakira hanya tertawa renyah.
"Lho, mama sama papa serta Nabila, mana?" tanya Zakira heran.
"Pulang!" jawab Zaki singkat.
"Pulang?" Zakira tampak termenung sejenak, kemudian kembali melangkahkan kakinya.
"Mau ke mana?" tanya Zaki.
"Ke sana gabung sama yang lain." Tunjuk Zakira, ke arah keramaian.
"Udah, mending lu di sini, sama gue dan Fathan," ucap Zaki.
"Gak ah!" tolak Zakira.
"Lho, kenapa?" tanya Zaki.
"Gak, kenapa-kenapa," sahut Zakira.
"Alah... bilang aja, lu takut sama Fathan, kan? Karena dia adalah boss dikantor lu," tebak Zaki.
"Ih, ngapain takut. Kan, gue gak salah," sahut Zakira, tanpa melihat ke arah Fathan yang sedari tadi menatapnya.
"Ya, udah duduk sini sama kita aja," ucap Zaki.
"Malas, ah!" Zakira melirik ke arah Fathan dengan wajah cemberutnya.
Fathan tersenyum tipis saat melihat wajah cemberut Zakira. Gadis itu tampak terlihat semakin menggemaskan.
"Gak, kan dia atasan lu. Masa, iya lu gak mau nemenin dia," ujar Zaki.
Dengan berat hati, Zakira menghempaskan bokongnya ke sofa lembut berwarna merah terang. Zaki dan Fathan pun kembali melanjutkan obrolannya. Sementara Zakira, hanya duduk mendengarkan dan mengamati. Sesekali terlihat, jika Fathan memandang lekat ke arah Zakira dengan tatapan penuh arti.
****
Kanayah tiba di rumah, tanpa menghiraukan panggilan suaminya, ia berjalan laju menuju tangga dan masuk ke kamarnya.
"Mama kenapa, sih Pa?" tanya Nabila.
Saat ini, hanya Nabila, Sukma, Nathan serta Kanayah yang pulang ke rumah. Sedangkan Nabil, sudah meminta izin akan menginap di rumah Daddy Kiano nya.
"Kamu bertanya ada apa? Kamu mau tau jawabannya?" sahut Nathan. Ia juga kesal melihat tingkah Nabila, saat di pesta tadi.
Apalagi, saat itu ada sang mertua. Sejak memutuskan untuk menikahi Kanayah, hingga memiliki anak. Baik Kendra maupun Hummairah selalu berpesan pada mereka, untuk mendidik anak-anaknya seperti didikan Ummi dan Daddy-nya.
Menjujung tinggi norma agama dan sopan santun. Saat ini Nathan merasa, telah gagal mendidik putrinya. Sebelumnya, Nabila tidak pernah bersikap seperti ini. Ia selalu sopan dan menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Akan tetapi, kenapa hari ini, Nathan seolah mengira ada perubahan dalam diri putrinya.
Selama ini, Kanayah memang pernah mengatakan pada Nathan, untuk menegur Nabila yang mulai melanggar sedikit demi sedikit peraturan di rumah. Namun, Nathan menganggap itu sebagai kenakalan biasa yang terjadi pada remaja seusia Nabila.
"Pa! Kok, bengong?" ucap Nabila lagi.
"Semua ini terjadi karena kamu!" Nathan menunjuk ke arah Nabila.
"Kok, aku? Aku aja bingung, kenapa Mama tiba-tiba ngajak pulang? Apalagi, tadi aku baru ketemu Fathan. Papa tau, kan kalau aku sama Fathan itu udah temanan lama?" cerocos Nabila.
"Iya, istri kamu itu aneh banget. Kita lagi enak-enak nikmati pesta, bahkan belum makan apa-apa, udah di ajak pulang," sambung Sukma merungut.
"Sudah lah, Tante! Kalau hanya makanan, Tante bisa meminta pelayan untuk membuat apapun yang Tante inginkan," ucap Nathan penuh kesal.
Ia pun meninggalkan kedua wanita berbeda generasi itu dan menyusul sang istri. Tiba di kamarnya, Nathan mendapati Kanayah sedang berdiri menghadap ke arah luar jendela kamarnya sembari melipat tangan di dada.
Perlahan, Nathan mendekat dan memeluknya dari belakang.
"Aku malu sama Daddy," ucap Kanayah buka suara.
"Aku tau ... aku juga sama," sahut Nathan.
"Kenapa, Nabila bisa bersikap seperti itu?" tanya Kanayah.
"Entahlah! Mungkin, dia merasa Fathan teman dekatnya. Hingga ia lupa dengan semuanya," jawab Nathan.
Kanayah melepaskan diri dari pelukan suaminya, kemudian memutar tubuhnya.
"Tapi, apa dia lupa dengan semua yang kita ajarkan?" tanya Kanayah lagi.
"Itu tidak mungkin. Aku yakin, Nabila hanya merasa terlalu senang saat melihat Fathan dan aku juga merasa Nabila tidak akan pernah lupa dengan semua yang kita ajarkan padanya," ungkap Nathan.
Kanayah menarik napas kasar kemudian melanjutkan langkahnya ke arah kamar mandi.