Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Viona Dibawa Pergi
Dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan ICU. Mereka segera memeriksa keadaan Alvaro. Alvaro terlihat lebih pucat dari sebelumnya. Viona merasakan tangan Alvaro yang dingin. Viona tidak bisa berbuat apa-apa karena Alvaro dengan kuat menahan lengannya.
Viona menyaksikan para dokter dan perawat berjuang demi kehidupan Alvaro. Dokter menyuruh Viona tetap di sana karena Alvaro menginginkannya.
Tiba-tiba saja pegangan tangan Alvaro terlepas. Viona sedikit menjauh agar kerja dokter dan perawat tidak terganggu karenanya.
Viona melihat dokter menempelkan alat di dada Alvaro. Seketika tubuh Alvaro seperti kesetrum listrik. Viona tidak sanggup melihatnya dan akhirnya Viona jatuh tidak sadarkan diri.
Viona dibawa keluar ruangan ICU. Viona didudukkan di kursi roda dan didorong menuju ruangan lain. Perawat yang mendorong kursi roda Viona berhenti sebentar sambil memperhatikan sekeliling. Dia juga mencek letak CCTV.
Dirasa aman, dia menunju lift khusus untuk perawat turun ke parkiran. Perawat itu mendekati mobil mini bus berwarna hitam. Dua orang pria turun mengangkat Viona dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Bagaimana rekaman CCTV?" tanya sopir mini bus.
"Aman. Wanita itu sampai besok pagi baru sadar. Saya sudah memberikan aroma tidur," kata perawat pria.
"Ok, ini bayaranmu," sopir itu memberikan amplop putih.
Perawat itu dengan cepat kembali masuk ke dalam lift. Sopir dan temannya meninggalkan rumah sakit dengan mini bus.
"Lapor Bos. Kami menuju ke sana," sopir mini bus mematikan panggilan teleponnya.
Viona masih tertidur pulas di dalam bus mini yang disulap sedemikian rupa seperti rumah berjalan. Bus itu dilengkapi tempat tidur, dapur kecil lengkap dengan peralatan masaknya.
Viona bermimpi bertemu dengan Alvaro. Di dalam mimpinya Alvaro berlutut sembari memegangi tangan Viona meminta maaf. Tapi Viona tidak mendengar apa yang diucapkan Alvaro. Alvaro bahkan menangis di dalam mimpinya.
Viona mencoba membaca bibir Alvaro mencari tahu apa yang diucapkan Alvaro karena suara Alvaro sama sekali tidak terdengar oleh Viona. Hanya satu kata yang jelas terdengar yaitu kata maaf.
Perlahan Alvaro menghilang dari pandangan matanya.
"Kak Alvaaaaaaa!" Viona terperanjat terbangun dari tidurnya.
Viona dalam keadaan duduk memperhatikan tempat yang sangat asing baginya. Viona berada di dalam mobil. Viona turun dari tempat tidur. Viona berdiri dan melihat di atas tempat tidurnya masih ada tempat tidur lain.
Viona membuka tirai yang menutupi jendela mobil. Viona memperhatikan sekitar. Viona melihat sebuah danau yang di kelilingi dengan bunga-bunga.
Viona merasakan lapar yang sangat. Viona melihat ada dapur kecil. Viona membuka setiap laci mencari sesuatu yang bisa dimakan. Viona kemudian keluar dari bus mencari pemilik bus.
Setelah tiga puluh menit menunggu, Viona kembali masuk ke dalam bus. Viona membuka kulkas yang ternyata di dalamnya dipenuhi dengan makanan cepat saji.
Viona memilih nasi instan dan ayam masak karih. Viona menghangatkannya sebentar di atas teflon. Viona kemudian menikmati makanannya. Viona kembali mencari makanan. Viona menemukan berbagai macam roti. Viona mengambil dan juga memakannya.
Viona keluar dari bus. Viona saat ini tidak membawa ponselnya. Viona juga tidak mengetahui posisinya saat ini di mana. Viona mengambil kursi lipat yang dia lihat dan duduk di depan bus.
Viona mengingat terakhir kali, dia berada di rumah sakit.
"Kak Alva. Bagaimana Kak Alva. Ya Allah, selamatkan Kak Alva, panjangkan umurnya, agar hamba bisa kembali bertemu dengan Kak Alva," Viona menengadahkan kedua tangannya kemudian diusapkan ke wajahnya.
Viona tidak berani meninggalkan bus. Viona takut kalau ada orang jahat di luar sana. Viona saat ini merasa aman berada di dalam bus yang entah siapa pemiliknya.
🌑 Di rumah sakit.
Alvaro melewati masa kritisnya. Alvaro mulai membuka matanya. Walaupun keadaannya masih lemah tapi saat ini Alvaro berjuang untuk hidup. Orang yang pertama kali dicari Alvaro adalah Viona.
Dokter memberi tahu Alvaro, beberapa menit yang lalu Viona ada di samping Alvaro. Viona pingsan dan saat ini berada di ruangan lain.
Alvaro tersenyum, ternyata suara yang dia dengar tadi, benar suara Viona. Dan tangan yang memegangnya tadi adalah tangan Viona. Alvaro mendengar semua yang dikatakan Viona. Alvaro dengan sabar menunggu Viona.
Sementara itu di luar ruangan ICU. Bima setelah mendapatkan informasi bahwa Viona yang ada di ruangan ICU pingsan mencari keberadaan Viona. Tidak ada satu orang perawat pun yang mengaku membawa Viona keluar dari ruangan ICU.
Salah seorang perawat mengatakan, saat itu kondisi di ruangan ICU sedang darurat. Viona pingsan. Dan dia sempat melihat salah satu dari mereka membawa Viona keluar dari ruangan ICU dengan kursi roda.
Perawat itu membawa Bima keruangan CCTV dan mencek rekaman setiap sudut rumah sakit. Dan mereka tidak menemukan Viona dibawa keluar dari ruang ICU.
"Maaf, apa kamu yakin Viona saat itu dibawa keluar dari ruang ICU?" tanya Bima.
"Benar, saya sendiri yang melihatnya. Tapi saat itu saya sedang membantu Dokter Alex. Dan saya tidak mengenalinya karena baru hari ini saya melihatnya," jawabnya.
Bima melaporkan hilangnya Viona kepada Carlo, Talita, Warda dan juga Bunda Ena dan Yumna yang masih berada di rumah sakit. Mereka semua berpencar memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah sakit didampingi perawat lainnya.
Sampai keesokan harinya, hilangnya Viona mereka rahasiakan dari Alvaro.
🌑 Kembali ke Viona.
Viona memberanikan diri untuk melangkahkan kaki sedikit menjauh dari bus. Viona ingin sekali bertemu dengan warga sekitar sekedar mengetahui di mana dia berada.
Setelah cukup jauh Viona berjalan, akhirnya Viona menemukan ibu-ibu yang berjalan.
"Permisi, saya mau nanya. Saya ada di mana?" dengan sopan Viona bertanya.
"Neng ada di desa Aluh-aluh."
"Ibu tahu Kota Alang Raya? Apa jauh dari sini?" tanya Viona.
"Maaf Neng, Ibu gak tau di mana itu. Neng tinggal di mana?"
"Di dekat danau," jawab Viona
"Oh Neng pengunjung. Sebentar lagi akan banyak orang berdatangan di sana. Tuh lihat, orang-orang mulai berdatangan," tunjuk si Ibu.
Viona kembali ke bus setelah melihat orang-orang berdatangan menuju danau. Viona merasa tidak kesepian untuk sementara waktu.
Orang-orang itu piknik di pinggir danau. Viona duduk santai di depan bus sambil memandangi orang-orang. Dan Viona dikejutkan dengan kedatangan seseorang.
"Viona!"
Viona menoleh ke samping. Ternyata yang datang adalah Syakira. Syakira dengan santainya duduk di samping Viona.
"Hei kita bertemu lagi. Apa kamu sekarang melarikan diri?"
"Melarikan diri dari apa?"
"Gara-gara lu Alva koma di rumah sakit. Menurut yang gue denger, Alva ingin menceraikan lu. Karena lu, covernya aja yang baik tapi di dalamnya busuk!"
"Kak Syakira, sebegitu bencinya kah Anda kepada saya? Anda pandai mengarang cerita."
"Lalu, kenapa lu ada di sini? Seharusnya saat ini lu menjadi istri yang mendampingi suaminya. Tapi kenapa lu ada di sini? Karena keluarga Alva tidak sudi mempunyai menantu yang membawa aib bagi mereka. Jika lu punya hati nurani tinggalin Alva!"
"Maaf Kak Syakira. Saya dan Kak Alva tidak mungkin berpisah karena saat ini saya mengandung anak Kak Alva. Sebaiknya Anda yang tahu diri. Jangan menjadi pelakor di rumah tangga orang!"
"Dasar Pembantu!"
PLAK!
AAAGGGHHH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...