Cinta yang ngga mungkin bersatu. Malik Arkana Artha Mahendra sudah berusaha melupakan cinta terlarangnya pada Liliana Aldrin. Tapi kabar gadis itu masih hidup membuat cintanya bangkit lagi
Semoga suka, ya❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
"Pagi pagi sudah meninggalkan kantor? Malik kemana?" tanya Deva heran. Dia sengaja mendatangi perusahaan Malik sepagi ini agar bisa bertemu.dengan sepupunya yang gila kerja itu.
Dewa yang ikut bersamanya menatap Haykal dan berkas berkas yang dipegangnya, sepupu mereka yang memilih jadi sekretaris Malik.
"Malik belum tanda tangan berkas?" selidik Dewa.
"Bukan, tapi dia minta aku wakili dia meeting," jelas Haykal.
"Wa, temani aku, ya, meeting nanti," pintanya agak memohon.
Dewa tertawa.
"Sampai kapan kamu mau berani meeting sendiri," dengus Deva meremehkan. Haykal malah tergelak.
Sepupunya ini terlalu manja dan santai. Dia memilih bekerja sebagai sekretaris Malik dari pada di perusahaan papi maminya. Untungnya Malik sesekali memberinya kesempatan untuk tampil walaupun sering ditolaknya.
"Hari ini Malik tampak aneh," lapor Haykal setelah tawanya reda.
"Aneh kenapa?" tanya Deva tertarik. Karena kemarin Sean juga memgatakan hal yang sama. Malik aneh.
"Dia akan mentraktir seluruh direksi dan staf. Bahkan dia memesan makanannya secara langsung, makanya dia ngga ada di sini sekarang."
Dewa dan Deva saling pandang.
Sebenarnya dia mau bertemu siapa? batin keduanya.
"Ngga mungkin dia mau ketemu kakaknya Liliana, kan?" cetus Deva.
"Kakak Liliana atau kakak Vina?" sindir Dewa.
Deva hanya nyengir.
"Jadi beneran, ya, dia anaknya Om Bara?" timbrung Haykal.
"Ya, begitulah," jawab Deva.
Haykal langsung memukul jidatnya.
Parah ini. Pasti semua orang sudah tau, batinnya.
Kemudian dia tersentak sendiri.
Jangan bilang kalo Malik mau ketemu kakaknya Liliana? Dia jadi panik sendiri.
Segitu besarnya cinta Malik.
"Dia pesan makanan apa?" tanya Dewa ingin tau.
Haykal.menggelengkan kepalanya.
"Dia ngga bilang mau beli makan apa.'
Deva menelpon sekretarisnya yang merangkap calon istri yang selalu menolaknya.
'Vin, Malik ada di situ?" Deva dan Haykal menunggu jawaban Vina dengan perasaaan ngga sabar.
"Ngapain Malik di sini?" agak ketus Vina menjawab.
"Mungkin dia mau ketemu Hera."
Hening sesaat.
"Sebentar aku cek."
Dewa, Deva dan Haykal menunggu dengan sabar. Pasti sekarang Vina sedang menuju tempat pemotretan untuk memastikan.
Setelah lewat seperempat menit
"Dia ngga ada di sini."
"Oke, sayang. Thank's alot."
"Hemm...."
Ketiganya saling pandang dengan pertanyaan yang sams di dalam kepala.
Malik kemana?
*
*
*
Malik dan Cassie sudah sampai di parkiran restoran makanan Jepangnya.
Tapi gadis itu masih terlelap seperti tadi waktu berangkat.
Telunjuk tangan Malik menyentuh kening Cassie, terus turun ke mata yang terpejam itu, lanjut ke pipi dan bibirnya
Di sini Malik agak lama menyusuri nya, seperti yang dia lakukan tadi saat perjalanan ke rumah sakit saat gadis itu terlelap.
Malik mendekat. Dia ingin memastikan apakah bibir itu memiliki rasa yang sama.
Tapi kemudian dia urungkan.
Malik melepaskan seatbelt Cassie.
Dia menepuk lembut pipi itu sampai bola mata berwarna hijau itu terbuka.
Cassie sampai berjengkit karena jarak mereka yang terlalu dekat membuat Malik tersenyum.
DEG DEG
Jantung Cassie berdebar keras.
"Belum aku apa apain," tukas Malik sambil membuka pintu mobilnya.
Mana aku tau. Kan, aku tidur."
Seakan tau apa yang dipikirkan Cassie, Malik menoleh padanya dengan pintu mobil yang sudah terbuka.
"Aku lebih suka menciummu dalam keadaan sadar." Senyum smirk terukir di bibirnya sebelum dia melangkah keluar dari dalam mobilnya.
DEG DEG
Wajah Cassie merona lagi
Tangannya sampai kaku di pegangan pintu mobil.
Ngga lama kemudian pintu mobil terbuka.
"Katanya mau pulang ke resto. Atau mau menemani aku di perusahaanku?" ledek Malik menyadarkan kebengongan Cassie.
Dia segera melangkah keluar dan tatapnya beradu ketika tangan Malik melindungi kepalanya.
"Perlu aku antar sampai ruangan? Mungkin bisa dapat satu kec upan di pipi?" goda Malik masih dengan senyum smirknya.
Wajah Cassie tambah merah padam.
Malik tertawa pelan.
"Aku hanya bercanda. Aku pulang dulu," ucapnya sambil melangkah memutari kap mobilnya untuk memasuki mobilnya.
Cassie menatap mobil Malik yang melaju pergi meninggalkannya hingga tak terlihat lagi.
Dia menghela nafas panjang.
Ada yang aneh dengan dirinya. Senyumnya terus saja terkembang dengan hati berbunga bunga.
*
*
*
Vina masih canggung berhadapan dengan Hera Yumma yang ternyata kakaknya satu papi
Papinya meminta gadis itu tinggal di rumah mereka sebentar.
Maminya tidak bisa menolak.
Saat ini mereka sedang makan di kafe berdua. Vina yang mengajaknya.
"Malam minggu depan, di acara peluncuran produk baru perusahaan, kamu akan dikenalkan sebagai anggota keluarga," ucap Vina setelah menelan daging steak wagyunya.
Hera Yumma ngga menjawab. Dia masih menikmati steak mahal yang baru kali ini dia bisa mengunyahnya dengan sangat perlahan.
Dia masih terkejut ketika mendapati bos kembarnya bersama papanya datang ke rumahnya dan memintanya untuk melakukan tes dna.
Hasilnya sangat mengejutkan, dia anak dari kenalan bos mereka yang juga sangat kaya raya. Jauh lebih kaya dari papa dan mama yang sudah mengadopsinya.
Saat laki laki paruh baya itu bersimpuh dengan penuh air meminta maaf karena tidak bisa merawatnya, dia hanya bisa terdiam.
Jadi sebenarnya dia anak orang kaya raya yang tidak perlu bekerja keras?
Papa mamanya bekerja di pemerintahan dengan jabatan yang membuat hidupnya dan kedua saudaranya tidak terlalu buruk.
Keluarga adopsinya juga kaya, tapi memang ngga bisa dibandingkan
Lihat saja, gadis yang dia kenal sebagai sekretaris bos kembar itu menikmati daging Wagyu tanpa perlu merasa wah.
Padahal itu yang dia rasakan sekarang.
"Papi memintaku menemanimu belanja," ucap Vina lagi setelah ngga ada jawaban dari Hera.
"Ya." Teringat lagi kata kata kedua adik perempuannya.
"Kamu minta apa pun, pasti akan diberikan."
Vina bingung mau bertanya tentang Malik yang menurut para laki laki tengil itu jadi aneh karena melihat gadis yang mirip mendiang Liliana.
Vina akui memang hampir delapan puluh persen mirip. Yang membedakan warna rambut dan warna bola matanya.
"Boleh aku bertanya?" dia masih sungkan, karena selama ini gadis cantik.di depannya termasuk jajaran staf yang harus dia hormati.
"Ya. Tanya aja."
"Kenapa em... kalian sangat yakin aku.... emm.... anak papa kamu?" Lidahnya masih belum terbiasa menyebut papi.
Vina mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto kekasih papanya yang dia dapatkan dari gugel.
"Mirip, kan?"
Hera terpaku melihatnya.
Sangat mirip.
"Itu mami kandung kamu."
Hera masih ngga menjawab.
Kemudian.Vina mengambil ponselnya lagi dan menunjukkan foto Liliana.
"Ini adik kamu. Tapi sama seperti mami kamu, dia sudah meninggal."
Hera mengamati lagi dengan teliti. Dia seperti kenal. Bahkan agensinya mengatakan kalo saja rambutnya brunet dan bola matanya hijau, semua orang akan percaya kalo.dia kembaran desainer terkenal itu.
"Namanya Liliana Aldrin. Pasti banyak orang yang mengatakan kalian sangat mirip."
"Ya."
Vina menghela nafas. Hatinya masih tetap belum yakin, kalo gadis inilah yang membuat Malik bisa move on.
"
aq nya ikutan deg²an.. ❤❤
DewaCs juga memantau Malik
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
ternyata gitu doang rencana konyol dante-hera... 🤣🤣🤣 kirain pakai acara jebak-menjebak adegan ranjang.../Facepalm//Facepalm/
Malik itu feeling nya tajem, karna cinta Malik tulus dan sudah mentok sama Liliana, seberubah apapun wajah dan nama Liliana,hati Malik tetap tertuju ke satu hati yaitu Cassie si Liliana asli ,
mungkin kalau orang selain Malik akan oleng juga melihat Liliana KW.
Hera Hera dah langsung ketahuan kan kalau kamu palsu,
malu ga malu ga malu ga...????
ya pasti malu lah,di tolak gitoh😂😂
maka nya mereka gk suka ama Hera
Hera mirip Elle
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Hera... Hera... sudahlah jadi anak baik aja, jangan mengharapkan sesuatu yg sudah jadi milik orang lain, udah bagus ku dah diterima di keluarga Bara, ga usah kebanyakan tingkah, bikin semua ilfil sama kamu nantinya
DinDit Itu Pacarku ngasih iklan