NovelToon NovelToon
The Last Class

The Last Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alona~

Di SMA Triguna Jaya, kelas 11 IPS 5 dikenal sebagai "Kelas Terakhir." Diremehkan oleh murid lain, dianggap kelas paling terakhir, dan dibayangi stigma sebagai kelas "kurang pintar," mereka selalu dianggap sepele. Namun, di balik pandangan sinis itu, mereka menyimpan sesuatu yang tak dimiliki kelas lain: talenta tersembunyi, kekompakan, dan keluarga yang mereka bangun sendiri.

Ketika cinta segitiga, persaingan ambisi, dan prasangka mulai menguji persahabatan mereka, batas antara solidaritas dan perpecahan menjadi kabur. Apakah mereka bisa menjaga mimpi bersama, atau akan terpecah oleh tekanan dunia luar?

©deluxi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alona~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kemarahan Pak Rian, dan Hukuman Baru

...Hallo hallo sayang sayangku 🌷...

...۪ ׄ ۪ 🎀 Disclaimer‼️: ׂ 𖿠𖿠...

...Semua cerita ini hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan dari nama, karakter, lokasi, tokoh, itu semua karena unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis....

...۪ ׄ ۪ 🌷 Happy Reading 🌷: ׂ 𖿠𖿠...

Jika ada yang lebih tegang daripada sidang, maka itu adalah hari ini. Suasana IPS Lima terasa lebih tegang, biasanya kelas mereka akan sangat heboh sebelum jam pertama masuk.

Namun kali ini, mereka sudah merasakan hawa hawa tegang saat menginjakkan kaki di dalam kelas. "Ko gue deg degan ya?" ucap Jildan sambil memegang dadanya yang terasa dagdigdug serr.

Eric mengangguk setuju, "Sama jir. Walaupun uda terbiasa sama hukuman si BK, gue tetep deg degan. "

"Kalau di hukum lagi sampai sore gimana? Wajah ku nanti hitam aaaa," Yira merengek membuat Haikal di sebelahnya gemas.

"Lo gak usah khawatir, Ra. Lo kan udah putih bawaan dari lahir, jadi kalau lama di panasin juga gak bakal item, kalau gu─── "

"Kalau lo nanti jadi gosong!" sela Renal mengundang gelak tawa dari anak-anak kelas.

"Sia*an, lo!"

"Eh eh kalau misalnya emang bakalan di panasin lagi, mending persiapan pake sunscreen dulu aja gasi?" ucap Gisella, yang malah mendapat tampolan dari Sabi.

Bugh!

"Sumpah deh, Sel. Ini kita pasti udah di hukum, lo mau nambah hukuman? Itu make up lo udah tebel Sel," ucapnya dengan gemas.

Bukannya nurut, Gisel malah bodo amat. "Supaya gak ireng, Sab. Nanti kalau Pak Rian kepincut ya lumayan ya? Bisa ringanin hukuman," ucapnya dengan percaya diri.

"Jadi, lo mau gitu punya laki kayak Pak Rian?" tanya Luna, dengan terkekeh.

"Petantang-petenteng, giliran ketemu di ruang BK , diem diem bae lo kaya nahan berak," sindir Haikal membuat seisi kelas tertawa.

"Gisel sok jago ah, nanti pas di bentak cuma bisa nunduk," ucap Shaka dengan bercanda.

Di anatar anak-anak yang lain sedang berusaha mencairkan suasana, Jia malah sejak tadi melamun, memikirkan nasibnya akan seperti apa di ruang BK nanti. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Pak Rian selalu sukses membuat hati Jia berdenyut nyeri, caciannya, makiannya, atau bahkan bentakannya selalu membuat hati Jia nyeri, sebenci itukah Pak Rian kepada dirinya?

"Ji! Bengong bengong wae? Kenapa?" Raden bertanya setelah berhasil menepuk pundak Jia.

Jia terkejut, ia langsung mendengus menatap Raden dengan sinis. "Gak usah ngagetin gue, bisa? Gue gapapa," ketusnya.

Sang empu malah cengengesan tanpa dosa. "Hehe ya maaf, habisnya lo bengong, kan kalau kesurupan bisa berabe."

Di tengah kebisingan itu, pengeras suara tiba-tiba terdengar di seantero sekolah. Mereka yang sudah bisa menebak apa yang akan staf TU katakan, langsung saling pandang.

"Berita pemberitahuan. Kepada seluruh siswa siswi kelas 11 IPS Lima di tunggu oleh Bapak Rian di ruang BK."

Semuanya langsung mendesah pasrah. Entah hukuman apalagi yang akan guru BK itu beri pada mereka. Yira sejak tadi merengek pada Hanna takut di pukul oleh tongkat panjang Pak Rian.

"Hanna, aku takut ihh! Gimana kalau tiba-tiba Pak Rian pukul Yira?" ucapnya dengan gelisah.

Sherly di sebelahnya menepuk pundak Yira dengan lembut. "Yira, dengerin gue. Kalau lo di pukul, lo tinggal sembunyi di punggung Sandi aja, kan Sandi tinggi."

Mendengar nya membuat Yira tersenyum. "Ihh Sherly pinter deh, Sandi nanti kalau Pak Rian mau pukul Yira, Yira boleh sembunyi di punggung Sandi 'kan?" tanya Yira dengan polos.

Sandi yang merasa gemas dengan kepolosan Yira hanya bisa tersenyum paksa. "Iya, Yira. Suka suka lo aja dah."

"Sekali lagi. Untuk seluruh siswa siswi kelas 11 IPS Lima di tunggu di ruang BK sama Bapak Rian!" pengeras suara itu terdengar kembali, membuat Eric mendengus sinis.

"Gak sabaran banget tu si Rian, santai napa, kan kita lagi nyiapin mental!" sinisnya.

"Udah-udah, ayo kita langsung ke ruangan beliau, gak enak kalau di panggil lagi," ajak Jia mulai menggiring anak-anak kelasnya.

Langkah-langkah berat terdengar di sepanjang koridor menuju ruang BK. Tidak ada suara candaan atau bisik-bisik seperti biasanya. Semua murid IPS Lima berjalan dengan diam, seolah sedang menuju ruang sidang untuk menerima vonis.

Di antara mereka, Jia berada di barisan depan. Kepalanya tertunduk, pikirannya berkecamuk. Sebagai ketua kelas, ia tahu dirinya akan menjadi sasaran utama kemarahan guru BK.

Pintu ruang BK sudah terbuka ketika mereka tiba. Dari dalam, Pak Rian membelakangi mereka sambil mengetuk-ngetuk tongkat panjangnya ke lantai. Begitu semua anak masuk, suara pintu yang ditutup terdengar seperti palu godam yang mengunci nasib mereka.

Mereka berdiri berjejer di hadapan meja Pak Rian. Pak Rian masih membelakangi mereka. "Kemana aja kalian? Daritadi saya tunggu masih aja lelet!" suara beratnya terdengar menggema.

"T-tadi ka-kam--"

Dugh!

Sebelum Jia menyelesaikan perkataannya, tongkat panjangnya ia pukul dengan keras, lalu membalikan badannya untuk berhadapan langsung dengan mereka.

"Alasan! Kemana aja kalian kemarin? Kalian pikir sekolah ini tempat main-main?!" bentaknya. " Bolos satu kelas? Kalian sudah gila?!

Tidak ada yang berani menjawab. Semuanya menunduk diam, menjawab pun rasanya percuma karena memang merekalah yang salah.

"Kalian tahu berapa banyak laporan yang masuk ke saya kemarin?! Guru-guru mencari kalian, wali kelas kalian sampai malu besar! Otak kalian di mana?! Dan kau, Jia!" tiba-tiba tatapan Pak Rian mengunci pada Jia, yang berdiri tepat di tengah.

Jia mengangkat kepalanya saat namanya di panggil, ia menelan ludah dengan susah payah, tangannya bergetar, keringatnya bercucuran, bahkan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Sepertinya penyakit panic attack nya kambuh.

"Kamu ini ketua kelas 'kan? Tapi otakmu itu kosong! Bukannya menggiring teman-teman mu pada kebaikan, kamu malah ikut ikutan kaya setan! Mana tanggung jawab mu?! Hah?! Dasar anak bodoh! Gak tau diri!"

"Di mana otak mu, Jia?! Kau menang juara paralel, berbagai lomba kau raih, tapi ini apa?! Mengatur teman-teman mu saja kau tidak becus! Ini yang di namakan pemimpin? Pemimpin lingkaran iblis!" hardiknya.

"Dari dulu saya sudah benci sama kamu! Wajah yang terlihat lugu tapi hati busuk seperti iblis! Manipulatif! Bego! Gak berguna!"

Jia menunduk, mengepalkan tangannya. Ia bisa menerima teguran, tetapi kata-kata itu menusuk harga dirinya. Selalu seperti ini, cacian dan makiannya seolah menjadi sarapan setiap hari bagi Jia.

Pak Rian menatap satu persatu anak-anak IPS Lima. Matanya menyiratkan kemarahan yang besar. "Kalian kalian ini penerus bangsa! Tunas Tunas bangsa! Bukan malah jadi bangsat! Bego kaya anjing!"

"Kau juga ikut ikutan Heera? Bian? Hanna? Apa gak malu nama kalian terpangpang jelas sebagai juara paralel, lalu sifat kalian berandal kaya gini? Gak malu kalian?! Hah?!"

"Kalian ini semakin saya hukum semakin liar ya? Anak berandal yang gak punya masa depan kaya kalian ini memang harus di kasih pelajaran yang baru, supaya kapok!"

Pak Rian berjalan menuju meja kerjanya, ia membuka salah satu buku bersiap menuliskan nama-nama mereka pada buku tersebut. "Sebagai hukuman baru buat kalian, saya skor kalian selama satu bulan!"

Deg!

Semuanya terkejut, termasuk Bian, Heera, dan juga Hanna. Di skor satu minggu? Jika memang iya, apa yang akan mereka katakan pada orang tua mereka? Belum lagi hukuman apa yang akan mereka dapat, ketika anaknya ketauan bikin ulah? Bisa double kill kalau kaya gini.

"Pak! Saya izin protes! Pak saya mohon jangan skor selama satu bulan. Bapak bebas mau kasih hukuman yang lain, tapi jangan sampai skor kami Pak," Heera memohon dengan mengatupkan kedua tangannya. Demi apapun, Heera tidak mau jika ayahnya mengetahui jika dirinya membuat masalah hingga sampai di skor seperti ini.

"Si Heera ngapain protes sih? Kan enak ya gak sekolah satu bulan," bisik Samuel pada Felix di sebelahnya.

"Lo sama Heera beda level, bro. Dia pinter, sedangkan elo bego."

"Si anyi*g, malah ngatain!"

Pak Rian mengangkat satu alisnya, menatap Heera dengan tatapan remeh. "Kenapa gak mau di skor? Malu kalau kebodohan kalian ter umbar ke publik? Iya?!" sindirnya, kemudian ia menatap Bian dan Hanna secara bergantian. "Kalian berdua? Gak mau ngemis juga sama kaya Heera? Katanya solidaritas tanpa batas, masa yang kaya gini gak kalian dukung," kekehnya.

Bian dan Hanna terpaksa melakukan hal yang sama. Memang, di sini posisi mereka bertiga lah yang dalam bahaya, orang tua mereka yang terobsesi dengan prestasi bisa saja melakukan hal yang bahaya, jika tau anaknya berbuat ulah.

Mau tak mau semuanya melakukan hal yang sama, bukan hanya Bian dan Heera saja. "Kami mohon, Pak. Kasih kami hukuman lain pak, jangan skor kami."

Pak Rian tertawa, ia sangat menyukai jika ada orang yang mengemis kepada dirinya seperti ini. "Baiklah, saya akan memberikan hukuman dengan dua pilihan. Pertama, kalian mendapatkan skor selama satu bulan. Kedua, kalian menjadi tukang bersih sekolah satu bulan? Dan tidak boleh masuk kelas!"

Semuanya beradu pandang, bingung harus memutuskan apa. Kedua pilih itu tidak ada yang ringan, semuanya sama-sama berat dan penuh konsekuensi. Namun, belum selesai mereka memutuskan keputusan, tiba-tiba───

"Saya pilih, pilihan nomor dua!" tegas Heera dengan penuh keyakinan.

Semuanya langsung saling pandang, apa ini? Jadi tukang bersih sekolah selama satu bulan? Lalu gak masuk kelas? Serius? Heera memilih hukuman nomor dua?

Pak Rian tertawa, ia sudah bisa menduga jika anak perempuan di depannya pasti akan memilih pilihan nomor dua. "Kamu yakin, pilih hukuman nomor dua? Gimana sama teman-teman mu? Apa mereka juga setuju?"

Heera menatap teman-temannya satu persatu, mencari jawaban dari mereka. "Lo kenapa pilih pilihan nomor dua, Ra?" bisik Kalisha di sebelahnya dengan sangat pelan.

"Kalau kita pilih nomor dua, kita bisa lihat materi susulan dari kelas sebelah. Kalau kita pilih nomor satu, kita pasti kesusahan buat nyusul materi selama satu bulan penuh!" jelas Heera sedikit keras, supaya teman-temannya mendengar ucapannya.

Pak Rian mengangguk-anggukan kepalanya, cukup pintar ternyata pemikiran gadis bernama Heera ini. "Jadi, bagaiamana? Kalian pilih hukuman nomor berapa? Putuskan secepatnya! Saya tidak punya waktu banyak buat ngurusin anak-anak berandal kaya kalian!"

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit, akhirnya mereka memutuskan untuk memilih hukuman nomor dua. "Kami semua setuju mengambil hukuman nomor dua, Pak!"

"Baik, kalau seperti itu keinginan kalian. Mulai sekarang dan sebulan ke depan, kalian jadi tukang bersih sekolah! Dan tidak boleh masuk kelas! Mengerti?!"

"Mengerti."

"Kalian boleh keluar ruangan saya!"

Semuanya langsung berbondong-bondong keluar ruangan Pak Rian. Ada yang bernapas lega, ada yang lesu, ada yang khawatir, bahkan ada juga yang bahagia menerima hukuman menjadi tukang bebersih sekolah.

"Jadi tukang berbersih sekolah selama satu bulan? Buset, apa gak cape kita?"

"Gapapa, setidaknya gue gak mati."

...🌷 🌷 🌷...

...Aku gak bakalan bosan bosan mengingatkan kalian, jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti vote, komen, dan tambahkan ke favorit kalian ya😉🌷...

...Sampai ketemu di part selanjutnya 🌷...

...ִ ׄ ִ 𑑚╌─ִ─ׄ─╌ ꒰ To be continued ꒱ ╌─ׄ─۪─╌𑑚 ۪ ׄ...

1
deluxi☁
baguss
Diana (ig Diana_didi1324)
hai thor ceritanya menarik aku suka bacanya, aku baca sampai sini dulu ya yuk mampir juga dikaryaku
deluxi☁: terimakasih kakk sudah mampir🥰🥰 okeyy nanti aku mampir 🌷🌷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!