Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
"Oh jadi seperti ini sifat aslimu ya Iva? Kamu meminta pisah dariku karena ada pemuda idaman lainnya. Pantas saja kamu berkeras hati nggak mau menerima ajakan rujuk dariku. Memangnya pantas ya, masih dalam masa Iddah sudah jalan dengan lelaki lain."
Mendadak seorang lelaki yang tak asing lagi datang menyela perkataan Ben. Sontak saja membuat Ben mendengus kesal, napasnya terlihat jelas begitu memburu, tatapan tajam bak sebilah pisau yang ingin mengoyak jan tung Damar.
Pada saat Ben akan menghadapi Damar, Iva justru melarang dengan memberikan kode menggelengkan kepalanya sembari menepuk lengan Ben. "Biar aku yang hadapi manusia bu suk itu."
Iva menghampiri Damar sembari tersenyum mengejek. "Lihat penampilanmu itu! Semua yang terjadi padamu karena sebuah karma dari perbuatan burukmu. Biarpun kamu memutar balik fakta tapi aku yakin semua orang yang ada di cafe ini sudah paham siapa kamu karena dulu kamu dan Danti sempat aku viral kan di berbagai media massa dan media elektronik. Ingatan orang sangat kuat tidak akan mudah lupa begitu saja. Baru kemarin mengemis maaf, tapi sekarang sudah berulah. Oh ternyata sekarang turun pangkat jadi OB? Seperti inilah orang yang tidak pernah bersyukur dengan nikmat Allah, hingga Allah menurunkan derajatmu. Bekerja yang baik, jangan sampai aku laporkan kepada pemilik cafe ini sehingga kamu di pecat."
Iva tersenyum miring dengan tatapan sinis ke arah Damar.
Darah Damar seakan mendidih, ia merasa sangat terhina. Awalnya ingin mempermalukan Iva di depan orang banyak, tapi justru dia sendiri yang di permalukan. Semua orang yang ada di dalam cafe tersebut mencibir kondisi Damar. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang sempat berkata lantang dan sangat ketus.
"Oh ya, itu kan lelaki yang sudah selingkuh dari istrinya dan waktu itu kasusnya viral bukan hanya di televisi tapi ada juga di internet seperti chanel YT. Karma tuh, sudah jahat pada istri yang selama ini begitu mendukung memberikan segalanya demi dirinya."
"Betul sekali, aku juga dulu sempat lihat livenya di sebuah gedung mewah. Dia datang bersama selingkuhannya dan juga Ibunya. Wah sekarang jadi OB. Sudah punya istri yang sangat baik kok bertingkah, ya begini akhirnya."
"Syukurin tuh! Pelajaran juga buat kaum Adam, jangan suka menyakiti kaum Hawa. Karena itu juga berdampak buat kehidupannya."
Sejenak Damar melotot ke arah orang-orang yang berkata ketus. Bahkan tanpa sadar ia berteriak. "Diam kalian! Nggak usah turut campur urusan orang! Kalian sama sekali tidak tahu apa-apa tapi berani menghakimi. Memangnya kalian tidak pernah berbuat salah. Bercermin lihat diri sendiri sebelum mengomentari kehidupan orang lain. Sok suci kalian!" umpatnya lantang.
Tanpa sepengetahuan Damar, Iva mengirimkan chat pesan kepada pemilik cafe. Karena ia kenal dekat pemilik cafe tersebut.
"Ada apa ini? Damar, kamu baru bekerja disini beberapa hari tapi sudah berulah membuat keributan. Bahkan kamu membuat tidak nyaman pelanggan VIP di cafe ini. Cepat kamu minta maaf pada Bu Iva!" perintah sang pemilik cafe sembari berkacak pinggang.
Damar mengerutkan keningnya, ia tidak terima sehingga ia membantah perintah dari atasannya. "Saya tidak sudi merendahkan diri di hadapan mantan istri. Mending saya mundur dari pekerjaan rendahan ini. Bapak pikir saya senang bekerja disini, tidak Pak. Saya melakukannya karena terpaksa. Saya itu mantan direktur, jadi saya pikir tidak pantas bekerja sebagai OB. Permisi, saya pamit!"
Setelah mengatakan hal tersebut, Damar berlalu pergi begitu saja dengan menundukkan kepalanya karena hampir semua pelanggan menatap sinis ke arahnya sembari berbisik-bisik mengatakan hal buruk tentangnya.
"Bu Iva, saya mohon maaf tidak tahu jika Damar adalah mantan suami Ibu yang sempat viral di sosial media karena saya kurang mengikuti berita di acara televisi. Mohon maaf karena sudah dibuat tidak nyaman."
Pemilik cafe tersebut menangkupkan kedua tangannya di dada dengan tatapan bersalah.
"Nggak apa-apa Pak. Justru saya yang minta maaf sudah menggangu waktu Bapak," ucap Iva.
Sementara Damar pulang dengan mengenakan sepeda butut yang ia beli di loakan. Mobil kebanggaan sudah di jual untuk biaya hidup. Apalagi Mamah Ila tidak mau tahu kondisi keuangan Damar. Ia terus saja berfoya-foya hingga Damar terpaksa menjual mobil untuk melunasi hutang-hutang Mamah Ila.
"Sialan, dengan begitu cepatnya Iva sudah memiliki pengganti diriku. Aku benar-benar malu di ejek banyak orang di cafe itu. Lihat saja Iva, kamu pikir aku akan tinggal diam? Tidak Iva, justru aku akan menuntut balas akan apa yang telah kamu perbuat padaku. Rasa cinta yang sempat tumbuh lagi, kini sudah hilang seiring bersama tumbuhnya kebencian di hati."
Selagi dia mengayuh sepeda sembari terus mengomel, tiba-tiba ada pengendara sepeda motor melaju dengan kecepatan yang luar biasa. Sepeda motor tersebut sempat menyerempet Damar hingga ia terjatuh dari sepedanya.
"BRUG!"
"Argh!"
Pengendara motor tersebut justru kabur begitu saja tanpa meminta maaf terlebih dahulu pada Damar.
Sementara Damar tergolek di trotoar dengan lutut dan siku lecet. Bahkan ia tertindih sepedanya sendiri.
"Argh kenapa hari ini apes banget sih? Sudah dipermalukan banyak orang di cafe, eh pulang keserempet motor! Duh, lengkap sudah penderitaanku hari ini. Semua gara-gara Iva!"
Dengan tertatih, Damar bangkit dan ia kembali mengayuh sepedanya meski merasakan perih di bagian lutut dan siku salah satu lengannya.
Sesampainya di rumah, ia dikejutkan oleh datangnya seorang depkoletor. "Ada apa ya Pak? Bukannya hutang Mamah sudah saya lunasi?"
"Tanya saja sama Mamahmu!" ucap lantang sang depkoletor menunjuk ke arah Mamah Ila dengan memonyongkan bibirnya.
Mamah Ila tidak berani untuk menatap ke arah Damar. Ia justru terus tertunduk dengan tubuh gemetaran bahkan keringat dingin bercucuran begitu saja.
"Mah, jawab! Kenapa diam?' tegur Damar.
"I-iya Damar. Mamah minta maaf karena sudah berhutang kembali habis kamu pelit tidak memberikan uang hasil jual mobil terpaksa Mamah hutang lagi," ucapnya tanpa ada bersalah sama sekali.
Damar menghela napas berat. Ia bahkan sempat menelan salivanya begitu berat. Selagi kondisi sedang susah, Mamahnya bukan membantu mencarikan solusi tapi bua justru menambah masalah. "Mah, harus berapa kali aku bilang ke Mamah? Sisa uang dari hasil jual mobil untuk biaya hidup kita selama aku belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Jika di gunakan untuk foya-foya lantas kedepannya kita mau makan apa? Cukup sudah Mah, masih berlaku sok kaya di hadapan teman-teman sosialita. Mending berhenti berteman dengan mereka karena Mamah sekarang sudah tidak level untuk bergabung dengan mereka yang ada justru semua sisa harta habis untuk mengikuti gaya hidup Mamah. Berapa hutang Mamah saya, Pak?" tanya Damar
Mamahmu berhutang....
gak mau orang jahat yang datang