NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:452
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

Dokter keluar dengan dua perawat yang telah merawat Tuan Laurent.

“Apa yang terjadi pada kakek?” Calix menghampiri dokter bertanya dengan khawatir, dokter sedikit terkejut dengan Calix yang tiba-tiba memegang kedua bahunya.

“Tuan Laurent dalam kondisi yang cukup baik, luka di kakinya cukup parah”

“Jangan biar ia melakukan aktivitas berat selama beberapa bulan ke depan”

“Selebihnya dia cukup baik, Tuan Laurent pria yang kuat” Jelas sang dokter, mendengar hal itu Calix melepaskan cengkeramannya pada bahu dokter dan ingin melihat kondisi Tuan Laurent.

Saat ingin memasuki kamar, Adrian menghalangi jalanya. Kedua menatap satu sama lain dengan tidak senang.

“Bersihkan dirimu”

“Kau berbau seorang wanita dan bersihkan sisa lipstik di mulut mu” Adrian berkata dingin pada Calix.

Dokter menggelengkan kepalanya dan dua perawat berbisik satu sama lain, Ael dan Jamie menatap tidak percaya dengan tampilan Calix saat ini.

Calix dengan kesal pergi untuk membersihkan diri. Perawat Nora dan tiga perawat muda menuruni anak tangga menuju lantai satu.

“Sister Nora” sapa dua perawat yang mengikuti dokter.

“Bagaimana kondisinya, sister?” Jamie mendekat dan bertanya pada sister Nora.

“Terdapat beberapa luka sayatan di tubuhnya, ia menggunakan tubuhnya dengan sangat keras hingga ia tak sadarkan diri”

“Kalian sangat baik segera menghangatkan tubuhnya, jika tidak mungkin saat ini ia tidak akan selamat”

“Beberapa hari kedepan jangan biarkan ia melakukan hal yang berat” jelas sister Nora.

Ketiganya lega mendengar kondisi Odelia, Calix tak sengaja mendengarkan kondisi Odelia saat keluar dari kamar mandi.

“Apa ia ikut terluka?” Calix bertanya dalam hatinya.

Dokter, sister Nora dan lima perawat muda berpamitan mereka akan segera kembali ke istana untuk melaporkan kondisi keduanya.

Calix memasuki kamar Tuan Laurent.

“Ian, lebih baik kau istirahat sejenak” Ael berkata pada Adrian.

“Benar Ian, kau pasti sangat lelah saat ini”

“Biar ku ambilkan sisa sup lainya untuk mu”

“Makanlah kemudian tidur untuk menjaga kondisi mu” Jamie mengambil mangkuk Adrian dan menuju dapur.

“Baiklah” mendengarkan nasihat kedua temanya, Adrian kembali duduk di meja.

“Aku akan menemani Catherine” Ael membawa bukunya menaiki anak tangga menuju kamar.

Ael duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, membaca bukunya di bawah sinar lilin. Odelia tertidur dengan tenang, irama tarik napasnya ringan membuat susan kamar sangat tenang saat Ael membaca buku.

Adrian mengetuk pintu dengan ringan, memasuki kamar dan duduk di lantai kamar memegang tangan Odelia.

“Dimana Calix?” tanya Ael sembari terus membaca buku di tanganya.

“Menemani kakek” jawab Adrian masih menatap wajah Odelia yang tertidur.

“Lebih baik kau tidur, Ian” kembali Ael mengingat Adrian.

“Hey….”

“Ku bawakan teh jahe untuk kalian” dengan suara pelan Jamie memasuki kamar membawa tiga gelas di kedua tanganya.

Ketiga meminum teh dengan tenang dan tertidur perlahan saat menjaga Odelia.

......................

Gelembung udara melayang di kedalam lautan menuju permukaan laut,

Odelia tengah duduk di dasar laut menikmati pemandangan langit di balik gelombang permukaan laut.

Tiba-tiba ia merasa kesulitan bernapas, dada terasa sangat sesak mencoba berenang kepermukaan namun ekor duyung berubah menjadi sepasang kaki membuatnya kesulitan menuju permukan.

Ia merasa akan tengelam.

Membuka matanya, Odelia merasa sakit di kejur tubuhnya. Menatap sekeliling kamar yang ia tidak kenali.

Odelia merasa tenggorokannya sangat kering, mencoba meraih te,pat minum di atas tempat tidurnya.

Merasa gerakan Odelia, Adrian yang tertidur di samping tempat tidur terbangun melihat Odelia yang telah sadar.

Adrian dengan cepat memeluk tubuh Odelia dengan erat seolah-olah ia akan meninggalkan, merasakan pelukan erat Adrian Odelia merasa tubuhnya bertambah sakit.

“Haus” dengan serak Odelia berkata di pelukan Adrian.

“Ah, maafkan aku” Adrian segera melepaskan pelukanya menuangkan air unutk Odelia dan memberikan padanya.

Odelia segera meminum air itu dengan rakus, Adrian tersenyum menuangkan kembali air di gelasnya.

Setelah menghabiskan beberapa gelas Odelia merasa sangat lega, melirik Adrian di sampingnya.

“Bagaimana kondisi Tuan Laurent?” Odelia bertanya pada Adrian.

Adrian membantu Odelia bersadar pada kepala tempat tidur, memegang tanganya dengan erat menjelaskan kondisi Tuan Laurent yang cukup stabil dan telah sadar pagi ini mendengar hal itu Odelia merasa sangat senang ia pun tersenyum pada Adrian.

“Sarapan mu, Ian” Jamie memasuki kamar dengan piring di tanganya, melihat Odelia tengah bersandar Jamie segera meletakan piring di meja samping dan mendorong Adrian ke samping untuk mendapat tempat duduknya.

“Syukurlah Cath”

“Aku sangat takut saat Adrian dan Ael membawa mu kembali” Jamie memegang erat kedua tangan Odelia menatapnya dengan berkaca-kaca.

“Aku baik-baik saja” Odelia tertawa ringan.

Ael memasuki kamar, melihat Odelia tertawa pada Jamie Ael mengelus rambut Odelia tanpa berkata apapun kemudian pergi.

Adrian memakan sarapannya dan Jamie terus berbicara pada Odelia, keduanya meninggalkan Odelia untuk beristirahat dan membuat makanan untuknya.

......................

Sinar matahari menerangi kamar Adrian.

Odelia bersandar di kepala tempat tidur memakan jeruk yang telah di kupas Jamie yang menemaninya saat ini, kedua membicarakan banyak hal mengisi waktu siang mereka.

“Silahkan dokter” Ael memasuki kamar bersama dokter.

Jamie serta Odelia kebingungan melihat kedatangan dokter yang pernah memeriksa kondisi Catherine ketika ia tenggelam.

“Dokter akan memeriksanya” Ael menatap keduanya, Jamie segera bangkir memberikan ruang pada dokter untuk melakukan tugasnya.

“Kondisinya cukup baik”

“Jangan paksakan dirimu untuk melakukan aktivitas berat”

“Luka-luka di kulit mu akan meninggalkan bekas”

“Akan ku resepkan tonik untuk membantu proses pemulihan”

“Serta salep untuk mengurangi rasa gatal saat luka mu mengering dan menghilangkan bekasnya” jelas dokter setelah memeriksa Odelia dan menulis di bukunya.

“Kunjungi klinik ku pada sore hari, kalian dapat mengambilnya” dokter merapihkan peralatan dan tasnya.

“Terimakasih, dokter” Jamie bersalaman dengan dokter dan Ael mengantarnya keluar.

“Lihat itu, Ael sungguh aneh sister Nora telah merawat mu dan ia membawa dokter lainya”

“Bagaimana cara Ael membawa dokter itu kemari” Jamie kembali duduk di tempat tidur.

Odelia hanya tersenyum mendengarkan perkataan Jamie, Jamie pun kembali mengupas jeruk untuk Odelia.

Ael kembali muncul dengan tas kecil di tanganya, meletakannya di samping Odelia kan keluar tanpa berkata sedikit pun.

Jamie serta Odelia saling memandang satu sama lain dengan heran, Jamie dengan rasa penasarannya membuka tas kecil dan menemukan sesuatu yang tidak terduga.

“Lihat ini” Jamie bersemangat mengeluarkan isi tas berupa sihir, cermin, parfum, beberapa sapu tangan dan sebuah pin rambut berbentuk bunga dengan warna ungu yang cantik.

“Biar ku rapihkan rambut, Cath” Jamie memegang sisir dan cermin.

“Akan ku lakukan sendiri” Odelia ingin melakukanya sendiri namun saat tanganya di gerakan rasa sakit menyerangnya.

“Lihat kerutan di alis mu, ini merupakan perkerjaan yang mudah” Jamie tertawa mencubit wajah Odelia.

Jamie menuangkan air hangat di teko pada mangkuk, membasahi sapu tangan untuk membersihkan bagian belakang leher Odelia.

Odelia mengubah posisi duduknya untuk memudah Jamie menata rambutnya.

“Pegang ini” Jamie memberikan cermin pada Odelia, ia mulai dengan mengikat rambut Odelia menjadi satu, mengelap lehernya dengan sapu tangan basah, mengambil sapu tangan lainya untuk mengeringkannya.

“Gaya apa yang ingin kamu gunakan, Cath?” Jamie bertanya menatap cermin di tangan Odelia.

“Mmmm.. ku serahkan pada mu” Odelia tersenyum pada cermin.

“Baiklah serahkan aja padaku” Jamie menggulung kemeja tanganya, memulai dengan menyisir rambut bergelombang Odelia secara menyeluruh, menyemprotkan parfum pada rambutnya dan mulai menata rambut Odelia seperti gaya yang sering di gunakan putri bangsawan.

“Sentuhan terakhir” Jamie memasangkan pin indah di rambut Odelia.

“Bagaimana? Kamu menyukainya Cath” Jamie dengan bangga menunjukan keahlianya.

Odelia memandang dirinya di cermin terlihat sangat cantik dengan gaya rambut serta pin di rambutnya.

“Aku sangat menyukainya, terimakasih Jamie” Odelia membalikan tubuhnya menatap Jamie.

Jamie tersipu melihat wajah cantik Odelia, wajahnya memerah untuk sesaat.

Odelia kembali bersadar di kepala tempat tidur memandang dirinya di cermin, Jamie yag duduk berhadapan denganya terlihat gusar.

“Ada yang ingin kamu sampaikan, Jamie?” melihat Jamie gusar Odelia bertanya dengan lembut.

“Apa kamu benar-benar menyukainya, Cath?” Jamie bertanya menatap Odelia dengan harapan di matanya.

“Ya.. kamu sangat ahli” memuji Jamie.

“Jika begitu..”

“Aku ingin kamu mencium ku seperti malam itu” dengan malu-malu Jamie mengungkapkan keinginannya.

Odelia terkejut mendengar hal itu, ia mengingat kejadian malam itu wajahnya setika memerah. Melihat pintu kamar yang tertutup Odelia menatap Jamie.

“Mendekatlah” Odelia dengan pelan.

“Sungguh?” Jamie tidak percaya Odelia akan menyetujuinya, Odelia mengangguk.

Jamie segera mendekat pada Odelia duduk tepat di samping, mendekatkan wajahnya pada Odelia. Memegang wajah jamie dengan tanganya Odelia mencium wajah Jamie perlahan.

“Catherine, berada di kamar ini?” Adrian membuak pintu kamar, ia terkejut melihat pemandangan yang ia lihat segera menarik kerah kemeja Jamie dan tidak melepaskan Odelia pun ikut terkejut dengan tindakan cepat Adrian.

“Hey! Lepaskan” Jamie berusaha melepaskan diri dari cengkraman Adrian, Penelope masuk di ikuti Davian ke dalam kamar.

“Cath….” Penelope segera memeluk Odelia dan menangis kencang.

“Aku pikir kita tidak akan selamat saat itu”

“Mengapa kau melakukan hal gila”

“Membiarkan ku pergi meninggalkan mu”

“Aku benar-benar takut saat itu” Penelope mengeluh dan menangis dalam pelukan Odelia, Odelia tersenyum menepuk punggung Penelope untuk memenangkannya.

“Aku baik-baik saja saat ini”

Mereka terdiam melihat kedua sahabat berpelukan.

...----------------...

1
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!