Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesedihan
"Vino kapan kamu mau jemput Rahma pulang?" Tanya Nugraha saat mereka kini di meja makan.
"Hari ini Vino akan jemput Rahma, pah." Jawab Vino, lalu ia meminum susu yang sudah tersedia di hadapannya.
"Ngapain sih pah, nanyain anak itu terus... ada dia disini juga cuma bikin mamah darah tinggi." Ketus Amara.
"Ah, mamah suka gitu... papah tau kok mamah gak semangat sarapan itu karena gak ada nasi goreng spesial buatan menantu mamah, iya kan?" Ledek Nugraha, yang beberapa hari ini meminta bi Sarni untuk membuat nasi goreng seperti yang Rahma buatkan setiap paginya.
"Apaan... mamah dua hari ini emang sedang diet, pah. Jadi gak berselera makan nasi goreng buatan bi Sarni... lagian siapa juga yang kepingin nasi goreng buatan anak kampung itu." Elak Amara yang hanya mengambil roti yang di isi selai kacang.
Vino yang tak mau pusing mendengarkan perdebatan orangtua nya, bergegas menghabiskan susu dan mengambil satu buah Vir yang ia akan makan di jalan.
"Vino langsung berangkat kerja ya, pah... mah. Ada rapat penting hari ini... siang nanti Vino akan jemput Rahma." Ucapnya berpamitan kepada kedua orangtuanya.
"Ya sudah, hati hati ya, Vini... sampaikan salam papah kepada keluarganya Rahma."
"Siap, pah." Jawab Vino sambil mencium pipi Amara.
"Kamu harus nasehati istri kamu tuh, Vino... biar gak pulang telat terus." Ucap Amara yang sangat menyayangi putra satu satunya keturunan keluarga Subagyo.
Vino hanya menjawab dengan satu jari jempol yang ia tunjuk kan kepada Amara.
Nugraha pun sudah menyelesaikan sarapannya, lalu meraih jas yang sudah diambilkan bi Sarni di dalam kamar mereka.
"Bi, nanti tolong setika in baju yang sudah saya letakan di atas kasur ya, bi! ... siang ini saya akan arisan di rumahnya bu Merry." Titah Amara saat bi Sarni sedang membereskan piring di meja makan.
"Baik, nyonya." Jawab Bi Sarni.
"Mah, papah berangkat dulu, ya. Jangan lupa oleh oleh buat Rahma nanti mamah berikan sama dia ya, kalau Rahma sudah di rumah dan papah belum pulang." Pesan Nugraha kepada Amara.
Amara hanya menganggukkan kepalanya walau dalam hatinya ia sangat tidak ingin melakukannya.
.
.
.
Jam menunjukan pukul sebelas pagi, Yazid sudah membereskan barang barang ke dalam tas, karena dokter sudah membolehkan Rahma untuk pulang hari ini. Saat Rahma akan turun dari ranjang pasien yang dibantu oleh Yazid. Seorang masuk tanpa mengetuk pintu.
Dengan menepukkan kedua tangan nya, hingga membuat Yazid dan Rahma menoleh ke arah suara tersebut.
Prok.. prok... prok...
Rahma mengeratkan pegangan tangannya ke bahu Yazid saat dirinya melihat siapa yang sudah masuk ke dalam ruangan. Matanya membulat dan jantungnya seakan berhenti.
Yazid yang menyadari ketakutan Rahma, dengan tegap ia merangkul bahu Rahma agar tidak jatuh.
Prok... prok... prok
"Bagus ya... pantas saja kamu gak mau pulang, ternyata alasan sakit kamu digunakan untuk bermesraan dengan laki laki lain... pantas saja kamu ingin segera cerai dengan ku Nia." Vino mendekati mereka berdua.
"Jaga mulut anda?" Ucap Yazid dengan suara beratnya.
Rahma meminta Yazid untuk melepaskan tangannya dan Rahma pun duduk di tepian ranjang pasien.
"Mau apa kak Vino kesini?" Tanya Rahma dengan wajah yang masih pucat dan ketakutan.
"Apa, kamu nanya aku mau ngapain?... aku ini masih suami kamu Rahma, jadi seharunya... kamu itu bilang sama aku kalau kamu sedang sakit... bukan malah manggil laki laki ini untuk nemenin kamu di sini." Vino duduk di dekat Rahma sehingga Rahma menggesekkan tubuhnya karena takut. Yazid masih berdiri tak tak jauh dari mereka berdua. "Oh, aku lupa, kalian kan mau seneng seneng kan di sini, biar kalian bebas berduaan tanpa ada orang yang tau... bagus bagus."
Vino mengelus wajah Rahma dengan tatapan picik nya. Rahma mencoba menghindari tangan Vino karena merasa jijik dengan apa yang sudah ia ketahui tentang Vino dan Dimas.
"Ets... jangan sok jual mahal sama suami kamu sendiri... ingat kita belum resmi bercerai dan kamu masih sah istri aku, Nia." Vino mencoba mencium bibir Rahma di hadapan Yazid.
Dan Yazid berpura pura tidak melihat itu, namun hati Yazid seakan terbakar amarah sehingga dirinya menghindari pertengkaran antara Rahma dan Vino, sehingga ia memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun langkahnya dihentikan oleh Rahma ketika Rahma menarik tangannya agar jangan pergi dari merek.
Rahma merasa takut bila Yazid pergi dari sana, Vino bisa melakukan apa saja kepadanya saat Yazid tidak menemainya.
Yazid terdiam, dan menatap wajah Rahma yang seakan tak merelakan ia pergi.
Vino masih berusaha untuk menggoda Rahma dengan cara mencium Rahma di hadapan Yazid. Namun hal tak di duga oleh Vino, Rahma menampar wajahnya dengan begitu keras.
Plak
"Setelah apa yang kakak lakukan di hotel itu bersama Dimas, sekarang kakak sok sokan belaga seperti laki laki normal, hah." Teriak Rahma dihadapan Vino.
Vino memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan Rahma yang cukup membuat wajahnya memerah.
Rahma yang sudah terbawa emosi dengan apa yang Vino lakukan padanya hanya bisa menatap tangan yang sudah menampar Vino dengan begitu berani. Di dalam dadanya seakan bergemuruh amarah, namun ia menyadari apa yang ia lakukan barusan adalah salah.
Vino menarik kerudung Rahma hingga kepala Rahma kebelakang. "Beraninya kamu menampar aku, Nia... dan apa tadi kamu bilang?... aku laki laki tidak normal?" Tanya Vino dengan mata memerah penuh amarah.
Yazid bersusah untuk menghentikan tangan Vino, tapi Rahma mencegahnya. Yazid tidal bisa tinggal diam dengan apa yang ia lihat di depan matanya. Laki laki yang rahma cintai menyakiti dirinya di depan mata Yazid.
"Hari ini kamu harus ikut pulang sama aku, karena papah selalu menanyakan kamu, Nia."
Vino berbicaranya persis di depan wajah Rahma, Rahma bisa melihat kemarahan di mata Vino. Dan Rahma mengingat apa yang sudah ia tekad kan di dalam hatinya tadi pagi. Apapun yang terjadi Rahma harus menyelesaikan masalahnya dengan Vino secepat mungkin.
Yazid pergi dari ruangan tersebut dengan hati penuh amarah, ia tidak berdaya saat melihat wanita yang ia cintai merelakan dirinya disakiti oleh laki laki seperti Vino. Laki laki yang tak layak menerima cinta tulus dari Rahma, wanita yang selalu mengharapkan Vino dari lima tahun yang lalu dan menolak cinta Yazid kepadanya.
Rahma tak berdaya, dan ia akhirnya mengikuti kemauan Vino untuk ikut bersamanya pulang ke rumah keluarga besar Subagyo.
Beberapa menit setelah Vino dan Rahma melakukan perjanjian, akhirnya mereka berdua ke luar dari ruangan. Dan Yazid yang melihat Rahma yang sudah ke luar dengan tas yang ada di tangan Rahma, dnegan segera Yazid meraih tas itu. Namun dengan berat hati Rahma menolak Yazid hingga membuat Yazid tertegun dengan sikap Rahma.
"Gak usah, kak... Rahma akan ikut kak Vino pulang... terima kasih karena kakak sudah merawat Rahma beberapa hari ini." Ucap Rahma dengan hati yang sangat sedih, apalagi saat ia melihat wajah Yazid dengan penuh kebingungan.
"Maafkan Rahma kak Yazid, Rahma akan selalu ingat kebaikan kak Yazid... Rahma yakin Kak Yazid memahami ini semua." Ucap Rahma dalam batinnya.
Vino tersenyum licik di hadapan Yazid. Dirinya merasa menang dengan apa yang sudah ia lakukan. Rahma dengan mudah mengikuti kemauannya, entah ada perjanjian apa antara Rahma dan Vino sehingga Rahma dengan mudah ikut bersama Vino.
Yazid terdiam saat melihat Rahma pergi bersama Vino, laki laki yang jelas jelas sudah membuatnya kecewa. Rasa sakit dalam hati Yazid tidak bisa di pungkiri olehnya ketika melihat Rahma sudah mulai menjauh meninggalkan dirinya yang masih terdiam di dekat ruangan tempat dimana Yazid dengan setia menunggu Rahma saat sakit.
Hatinya hancur berkeping keping, melihat kesedihan di wajah Rahma yang tak bisa ia artikan. Apakah itu kesedihan kebahagiaan atau kesedihan luka yang Rahma pendam. Yazid berjalan dengan kekecewaan di hatinya, walau ia tidak berharap cintanya terbalas oleh Rahma setidaknya ia meras tenang saat Rahma bisa lepas dari laki laki yang sudah membuat hidup Rahma hancur.
"Bila bersamanya membuat kamu bahagia, Rahma... kakak rela asal kamu tidak tersakiti lagi olehnya." Ucap Yazid dalam hati saat ia melihat Rahma yang sudah masuk ke dalam mobil Vino.
Yazid menyusuri jalan menuju parkiran dengan perasaan sedih, keputusannya untuk mengikuti saran dari sang abi. Membuatnya yakin bahwa itulah yang terbaik.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/