Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Aaahhh jadi yang di lapangan basket waktu itu kamu sengaja menabrakku, hingga aku terjatuh?"
Demi tuhan Andre tidak menyangka kevin akan semarah ini terhadapnya, akhirnya Andre pun ikut tersulut.
"Hei kenapa kamu jadi emosi gak jelas gini sih, bukannya beberapa hari kemarin di ruang makan kamu juga sengaja membuatku terjungkal?"
Perdebatan itu, semakin panjang dan semakin menarik perhatian orang orang.
Kevin yang semakin tersulut emosinya kini justru menarik kasar Lengan Andre, hingga Andre pun tercebur di kolam ikan bersama dirinya.
"Hei kamu membuatku basah, aku baru saja mengganti bajuku, dan ini baju bersih terakhirku," Andre menjadi semakin marah karena, baju bersih terakhirnya kini basah dan kotor, esok adalah hari bebas, dan Andre sudah meminta izin pada Mrs. Emily untuk mengunjungi paman dan bibi nya, Andre sengaja tidak membawa banyak pakaian, karena ia berfikir akan menyenangkan jika dirinya bisa mengajak bibi Nisya dan Riana untuk menemaninya berbelanja pakaian baru yang ia perlukan, dan gara gara kejadian ini, dengan terpaksa ia harus meminjam baju Lucas atau Bernard.
Dan sial nya, sudah dipastikan kejadian kali ini tidak akan diabaikan oleh Mrs. Emily, dirinya akan mendapatkan sangsi, itu sudah jelas, bagian terburuk nya adalah kemungkinan ia harus rela gagal bertemu keluarga nya gara gara si wajah pasaran ini.
Andre begitu geram, kenapa sejak bertemu Kevin si wajah pasaran, mood nya selalu buruk, beberapa hari ini dia berusaha menjauh dan menahan diri untuk tidak membalas perbuatan Kevin ketika di ruang makan, tapi ternyata ia lagi lagi terjebak masalah dengan Kevin.
Kevin memiringkan senyumnya, "Baguslah, kamu layak mendapatkannya, jika kita tidak di lingkungan sekolah ingin rasanya aku menghajarmu,"
"Hah !!! ternyata kamu takut, karena di lingkungan sekolah? aku bahkan tidak peduli, asal kamu tahu, aku tidak takut pada ancamanmu."
"oh jadi kamu menginginkannya," Kini Kevin mencengkeram kerah Andre,
Kevin sudah ingin menendang Andre, jika saja gerakan kakinya tidak terhambat oleh air, begitupun Andre yang telapak tangannya sudah berhasil menahan kepalan tangan Kevin yang hendak melayangkan tinju ke wajahnya.
Bagi kedua nya bukan tidak mungkin jika mereka berkelahi, karena Andre sering berlatih taekwondo bersama Stella, sementara Kevin, sejak tragedi penculikan dirinya beberapa tahun lalu, kini ia pun memiliki seorang guru yang mengajarinya bela diri, bahkan Kevin memiliki pengawal khusus yang mengawasi keberadaan nya.
Akhirnya mereka berdua bergulat di dalam kolam, karena keduanya tidak mau mengalah dan tidak rela jika harus kalah, nafas mereka memburu, saling jambak pun tidak bisa karena keduanya berambut pendek, hanya beberapa kali kepala mereka sama sama tenggelam di kolam, sementara di tepi kolam, teman teman mereka hanya berteriak, tapi tak berani melerai karena posisi keduanya ada di tengah kolam.
"STOOOPPP!!!"
Suara teriakan menggema, membuat perkelahian Kevin dan Andre sejenak terjeda.
"Berbalik !! " sentak pemilik suara, otomatis keduanya berbalik.
Tatapan garang dari kedua guru mereka, Mrs. Emily dan Mrs. Fira.
"Naik !! " perintah Mrs. Fira, Andre pun menurut, tapi tidak dengan Kevin, dia masih diam di dalam, "Kevin !! perlukah Mrs. Fira memanggil papi mu pulang dari Swiss?" Ancam Mrs. Fira.
Andre mengulurkan tangannya, sungguh ajaib, tanpa sadar Kevin menurut dan menyambut uluran tangan tersebut, padahal sebelumnya ia menolak, "Tablet mu?" Andre mengingatkan Kevin, ia pun kembali ke tengah kolam, dan memungut tablet berlambang buah apel tergigit, yang kini tampak mengenaskan didasar kolam.
Kini kedua nya sudah berdiri di tepi kolam, kondisi mereka saat ini sama persis, wajah sama, penampilan pun sama, dari ujung kepala hingga ujung kaki sama sama basah dan berantakan tak karuan.
Kedua remaja berwajah identik tersebut nampak menunduk diam, tetesan air belum juga berhenti menetes dari baju mereka yang basah kuyup, hembusan angin sore yang seharusnya menyejukkan justru membuat keduanya menggigil.
"Segera ganti baju, kemudian kemasi barang barang kalian, Mrs. Fira beri waktu 15 menit untuk kembali kesini dengan barang barang kalian." Fira bersuara pelan tapi penuh ketegasan.
"Tapi Mrs. Fira, Saya tak lagi memiliki baju cadangan, jadi perlu waktu untuk meminjam baju."
"Baguslah, kamu bisa pinjam baju Kevin, karena mulai sekarang kalian akan di karantina di satu kamar."
Kevin dan Andre terhenyak.
"What?"
"What?"
Ucap keduanya tak percaya.
"Tidak ada bantahan, karena kami tidak memberlakukan hukuman secara fisik." Mrs. Emily menegaskan. "ini juga termasuk kunjungan ke museum seni budaya besok siang, karena kalian sedang menjalani hukuman, kalian tidak di perkenankan untuk ikut kegiatan tersebut."
"Makan bersama, tidur diruangan yang sama, dan menggunakan kamar mandi yang sama, yang kalian lakukan hanya satu, introspeksi diri, kenapa selalu saja meributkan hal hal tidak penting, padahal tujuan utama di adakan acara ini adalah untuk persahabatan." Mrs. Fira menambahkan. "Faham !!! "
Kedua remaja berwajah sama itu pun mengangguk lemah, tak ada lagi semangat di wajah mereka, seperti ketika hari pertama mereka tiba dan memulai acara.
...✨✨✨...
Abimana menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan, berharap ada seseorang yang bisa membantunya duduk, namun nihil, karena anak buahnya terlalu berisik, jadi dia mengusir mereka semua.
"Ah sial, siapa yang berani membocorkan transaksi ku kemarin, gara gara dia aku terluka, awas saja jika aku temukan dia, akan ku pastikan dia tak akan bernafas dengan tenang." Abimana mengumpat dengan menahan rasa nyeri perut, karena belum sepenuhnya pulih dari luka operasi.
Malam semakin larut, sementara itu di salah satu sudut rumah sakit, seorang pria berpakaian serba hitam, nampak berjalan dengan gerak gerik mencurigakan, pandangannya beredar ke seluruh penjuru lorong rumah sakit, mencari cari ruangan yang hendak ia tuju.
Lorong VVIP tampak sepi, pria itu pun berusaha berjalan normal, seolah keluarga pasien, setelah menemukan ruangan yang ia tuju, pria itu kembali menatap ke sekeliling, setelah yakin tak ada yang mengikuti, pria itu pun membuka pintu ruangan dengan perlahan, nyaris tak ada suara.
Sesampainya di dalam ruangan, pria itu menghunus belati kecil yang sejak tadi tersembunyi di sepatu boot yang ia kenakan, "Abimana ... jika kemarin kamu berhasil lolos dari maut, maka kali ini tak akan kubiarkan kamu melihat matahari terbit esok hari." gumam nya pelan.
Pria itu berjalan semakin dekat, dari tempat ia berdiri, dilihatnya Abimana tengah pulas, dan berita baiknya, tak ada pengawal di sekitarnya, dia kembali mendekat, kemudian mengangkat tangannya ke atas, tepat ketika ia hendak menghujam kan belati ke dada Abimana, terdengar suara pintu di buka, Abimana tiba tiba membuka mata, melihat musuhnya bangun, Pria itu bergerak cepat menarik lengan Abimana hingga pria itu terduduk, dengan belati menempel di lehernya.