NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Simpananmu

Aku Bukan Wanita Simpananmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Pembantu / Chicklit
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya

Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.

Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.

Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Cerita Yang Aneh

Malam dengan sunyi membuat bulan bersinar dengan amat terang. Waktu ini memang sangat cocok untuk dinikmati dengan seseorang yang dicintai. Alunan musik dari piringan hitam menambah suasana romantis. Tetapi semua ini hanyalah pikiran Adaline.

Perbincangan itu hanya bisa dinikmati oleh Adaline, sedangkan pikiran Dalton berkelana dengan sangat jauh. Mata Dalton yang begitu tajam sangat indah untuk dipandang oleh Adaline. Meski Rebecca--adiknya meninggal dunia, Adaline sama sekali tidak peduli.

Adaline sudah jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Pada saat di pemakaman ketika Dalton memberinya sebuah sapu tangan dan ucapan bela sungkawa.

"Aku sangat berterima kasih sudah ditawarkan menjadi sekretarismu. Aku berharap kinerja kita semakin baik," tutur Adaline.

Dalton mengangguk. Dengan rapi ia mengelap bibirnya menggunakan tisu. Makanan sudah selesai Dalton santap. Pria itu tersenyum karir seperti biasa yang selalu ia lakukan.

"Aku juga. Aku berhutang budi pada adikmu," ucap Dalton.

Duarrr

Suara kembang api mengagetkan semuanya, terutama Dalton. Dalton yang tahu itu ulah siapa, segera ke luar dan mencari sumber suara. Benar saja, Bastian menghidupkan kembang api. Sudah tidak asing lagi jika anak itu sering berulah.

Kembang api yang keluar sudah memasuki fase 6, kini setelah habis Dalton mendekat dengan wajah sangar. Dari kejauhan nyonya Merry dan yang lain mengkhawatirkan tingkah Bastian yang akan disembur habis-habisan dengan Dalton.

"Aku sangat kasihan dengan anak itu," gumam nyonya Merry.

Leana dan Mira menyaksikan itu bersama nyonya Merry dan yang lain. Dua sahabat itu berpegangan tangan, takut akan ada masalah besar yang datang. Kini Dalton dan Bastian menjadi tontonan yang seru.

"Masih kau bertindak kekanakan seperti ini? Apakah kau kurang puas? Kau tahu kan ada tamu yang datang ke sini? Aku sudah mengatakan kau bisa melakukan apapun asal jangan di tempat ini! Mengapa kau selalu keras kepala?"

Kepala Dalton sudah mendidih, pria itu benar-benar merasa kesabarannya telah habis. Sebenarnya Dalton bisa menahannya lagi, tetapi hari ini ia sangat ingin melampiaskan semuanya.

"Ada apa? Aku hanya mencoba rekomendasi permainan ini oleh seseorang!" bantah Bastian tidak terima disalahkan.

Rasanya seperti disengat listrik, Leana terdiam kaku. Ia baru ingat jika hari itu di taman dirinya memberi saran kepada Bastian untuk memainkan kembang api di sana. Leana juga ingat jika menyuruh Bastian memainkan kembang api di malam yang tidak terlihat bintangnya.

"Ya Tuhan ini salahku!"

"Rekomendasi katamu? Kau bisa menolaknya jika hal itu tahu salah!" Nada Dalton kini semakin meninggi.

"Tetapi aku benar-benar disuruh di waktu yang seperti ini, memainkan kembang api di malam yang tidak ada bintangnya. Nah sekarang adalah waktu yang tepat, itu bukan salahku!" bantas Bastian.

"Siapa orang yang menyuruhmu?" Dalton bertanya dengan berusaha menahan emosinya.

"Gadis itu!" tunjuk Bastian ke arah Leana berdiri.

Di kejauhan Leana terlihat sangat tegang. Gadis itu menelan air ludah takut akan hal yang selanjutnya akan terjadi. Leana juga bingung harus berbuat apa. Cerita malam ini benar-benar berbeda dengan cerita yang ada di dalam novel.

"Yang mana?" tanya Dalton menatap kedua sahabat itu. Di sana ada Mira dan Leana, serta nyonya Merry yang melihat kedua gadis itu.

"Sebelah bibi Merry," jawab Bastian.

Dalton terdiam. Dari jauh dirinya terus melihat Leana. Dalam benaknya entah mengapa ada perasaan bahagia, perasaan sesuatu yang sangat senang dengan semua ini. Perasaan yang merasakan kepuasan dan perasaan yang menggejolak dan harus ditahan kembali.

"Kau lagi ya," gumam Dalton.

Pria itu mendekat ke arah mereka. Nyonya Merry sudah siap mendapat semburan dari Dalton begitu juga dengan Mira yang kuat menggenggam tangan Leana. Sedangkan Leana, ia tidak peduli. Jika hari ini Leana mati, maka sebelum mati perlakuan Dalton hari itu harus diceritakan.

"Benar kau yang melakukannya?" Dalton bertanya.

Mata pria itu kini benar-benar berbeda. Mata itu kini mengisyaratkan banyak hal, terlebih lagi menandakan bahwa Leana adalah bagian dari permainan ini. Sedangkan mata Leana memandangi Dalton dengan tatapan menusuk, gadis itu tidak akan segan-segan menyerang Dalton jika ia mau.

"Benar," jawab Leana lantang.

Seluruh pelayan ketakutan tak terkecuali nyonya Merry. Semua menunduk dan tidak berani menatap Dalton. Dalton memperhatikan semuanya dan benar Leana terlihat selalu berani di depannya.

"Mengapa?"

"Karena dia terlihat menyedihkan."

Dalton tersenyum tipis, jawaban Leana benar-benar menggelitik perutnya.

"Apa aku juga terlihat begitu di matamu?"

Pertanyaan yang diajukan Dalton barusan membuat semua orang lain terkejut. Mereka saling memandang satu sama lain. Leana menoleh ke semuanya, Dalton memang benar membuat semuanya menjadi runyam.

"Apa maksudmu?" tanya Leana dengan nada tinggi.

Lagi-lagi semua menoleh ke arah Leana hingga membuat Dalton terkekeh.

"Berhenti bersikap seperti itu Leana, kau tahu kan dirimu di tempat bagaimana?" sindir Dalton dengan halus.

Ketika Leana ingin membalas kata-kata itu, nyonya Merry menggegam tangannya. Wajah wanita itu terlihat penuh kekhawatiran dan mengisyaratkan Leana untuk berhenti. Mau tidak mau Leana mengecilkan egonya.

Melihat hal itu Dalton kembali tersenyum, bahkan dia sendiri tidak mengerti mengapa hal ini menjadi sebuah hiburan untuknya.

"Lalu siapa yang salah?" tanya Dalton kepada Leana dengan jarak wajah setengah meter.

"Aku yang salah," jawab Leana.

Serasa ada bara panas yang mengganjal di dalam tenggorokan gadis itu. Entah apa yang menahannya untuk tidak bisa mengatakan semuanya. Dan dirinya bingung mengapa ada perasaan sedih menghantui dirinya untuk menuruti kemauan nyonya Merry.

"Baiklah, tidak masalah. Tetapi jika orang salah harus dihukum kan?"

Leana mengangguk. Gadis itu terlihat tidak berdaya.

"Kau tidak boleh berhenti hingga aku menikah. Tidak perlu khawatir, pernikahanku akan berjalan dua minggu lagi. Jadi selama dua minggu kau masih harus bekerja di tempat ini!"

Setelah mengatakan itu Dalton kembali ke arah Adaline. Wanita itu memandangi mereka dengan bingung. Dalton yang selesai dengan urusan itu memandang puas dunia.

Semua telah meninggalkan tempatnya, begitu juga dengan nyonya Merry yang terpaksa kembali mengurus semuanya. Tersisa Mira yang senantiasa menemani Leana.

"Hei tidak apa-apa! Hanya dua minggu lagi kau bisa keluar dari tempat ini."

Terpaksa Leana tersenyum, gadis itu menatap Mira dengan hangat. Sentuhan kecil Mira di telapak tangan Leana membuat hati Leana menghangat. Leana begitu ingat jika ia tidak mempunyai sahabat perempuan sedekat ini.

Dahulu, Leon selalu membuntutinya sehingga beberapa kali teman Leana merasa risih. Leana tidak bisa berkutik karena Leon juga temannya. Leana selalu gagal dalam masalah pertemanan. Kali ini di dunia yang tidak asli ini, Leana mendapatkan sesuatu yang sederhana tetapi luar biasa, yaitu sahabat.

"Terima kasih Mira, aku yakin pasti bisa."

Dari kejauhan, Bastian memandangi mereka berdua. Anak itu tersenyum misterius.

1
Puanrapuh
Dalton nih sbnernya gk sadar bahwa dia jatuh cinta, tpi kapan thor?
Karin Iza
bagus
Rembulan Pagi
Haloo teman temannn, silakan mampirrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!