Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
“Apa kepala Elio terbentur sesuatu”
“Memberikan pai apel ini untuk di bawa pulang” Penelope melihat ke dalam keranjang di tanganya yang berisikan pai apel.
“Bawa ini bersama mu, jangan habiskan semuanya” Elio, Penelope mengingat kembali perkataan Elio padanya saat memberikan keranjang ini.
Dengan gembira Penelope berjalan pulang di langit senja, melewati alun-alun kota yang ramai. Penelope melihat buah jeruk segar di kios segera membelinya dan berjalan pulang.
“Cath, lihat aku membawa pai apel” Penelope berteriak di luar pintu dan membukanya, namun ia kesulitan.
“Cath?”
“Cath, apa kau di dalam!” Penelope mencoba membuka pintu, memanggil sahabatnya beberapa kali namun tidak ada suara apapun. Berjalan menuju samping rumah, mengintip melalui jendela tidak terlihat seseorang di dalamnya. Mencoba melihat pada balkon namun itu merupakan usaha yang percuma.
“Dimana aku menyimpannya?” Penelope mencari kunci di tasnya, menemukan kunci ia segera membuka pintu.
“Cath?” meletakan keranjang dan tasnya di meja, Penelope segera menuju kamar Odelia namun ia tidak menemukanya. Mencari keseluruh ruangan tetap tidak menemukan keberadaan sahabatnya.
“Pen?” Adrian memanggil Penelope.
Mendengar panggilan Adrian, Penelope segera menghampirinya.
“Ian, kamu bertemu Catherine di jalan?” Penelope bertanya dengan tergesa-gesa.
“Tidak”
“Aku membawa daging ini” Adrian menunjukan potongan daging di tanganya.
“Kemana ia pergi” Penelope khawatir.
“Ada apa?” Adrian tidak mengerti mengapa Penelope terlihat khawatir dan kebingungan.
“Aku tidak menemukan Catherine di dalam rumah”
“Saat aku pulang pintu terkunci dan tidak ada pesan atau apapun darinya” Penelope menjelaskan pada Adrian.
“Mungkin ia pergi berbelanja” Adrian mengingat janji mereka untuk makan malam bersama di rumah Catherine bersama teman-temanya yang lain.
“Ah benar, keranjangnya tidak ada”
“Mungkin ia sedang berbelanja” Penelope merasa lega dan duduk di kursi dekat perapian.
“Mari kita tunggu saja” Adrian meletakan daging dekat tungku perapian dan duduk di kursi meja makan.
Langit malam telah tiba, cahaya lilin menerangi rumah Catherine. Penelope dan Adrian masih duduk menunggu Odelia yang tak kunjung pulang, rasa khawatir telah menguasi keduanya. Adrian mengingat pertanyaan Odelia di balkon hari itu, ia merasa lebih khawatir saat ini.
“Aku sudah tidak tahan!”
“Ayo! Kita pergi mencarinya” Penelope bangkit menatap Adrian.
“Baiklah” Adrian setuju dengan Penelope, keduanya meninggalkan catatan jika Odelia pulang terlebih dahulu.
Mereka mencari ke tempat-tempat yang Odelia sukai.
“Alun-alun kota! Catherine menyukai bunga-bunga di sana” Penelope mengingat tempat yang di sukai keduanya, mereka pun berjalan menuju alun-alun kota.
Sesampai di sana alun-alun telah penuhi warga kota untuk bersantai, keduanya mencari-cari di sekitar alun-alun.
Davian tengah melihat batu-batu hias di sebuah kios melihat Penelope dan Adrian menghampiri keduanya.
“Apa yang kalian lakukan di sini?” Davian.
“Davian, apa kamu sempat melihat Catherine hari ini?” Penelope segera bertanya pada Davian.
“Ya, aku melihatnya bersama Jamie” Davian mengingat saat melihat Jamie dan Odelia.
“Jamie?” Adrian terheran.
“Kemana mereka pergi?” Penelope lebih khawatir lagi saat mendengar Odelia pergi bersama Jamie.
“Entahlah, saat Jamie melaporkan tugasnya ia segera pergi berkuda denganya”
“Apa terjadi sesuatu hal?” Davian tidak merasa ada yang aneh.
“Catherine menghilang”
“Saat Penelope pulang, ia tidak menemukanya di dalam rumah dan tidak meninggalkan pesan apapun”
“Kami menunggu hingga matahari terbenam namun ia belum kembali juga” jelas Adrian.
“Kita cari tempat di mana Jamie sering menghabiskan waktu”
“Mungkin ia membawanya kesana” Davian mengusulkan mencari keberadaan Jamie terlebih dahulu.
“Bar” Adrian dengan masam.
“Ayoo kita pergi!” Penelope ingin cepat mengetahui keberadaan sahabatnya. Ketiga segera pergi menuju bar tempat biasanya Jamie menghabiskan waktu.
Di kejauhan pintu bar, terdengar gelak tawa di dalam bar.
“Aku tidak yakin Catherine mau mengikuti Jamie ke tempat ini” Penelope berhenti merasakan keraguan di hatinya, Adrian dan Davian setuju dengan pendapat Penelope.
Tiba-tiba pintu bar terbuka, Ael terkejut melihat Penelope, Adrian dan Davian berdiri depan bar.
“Mengapa kalian di sini?” tanya Ael.
“Apa di dalam terdapat Jamie dan Catherine?” tanya Penelope saat melihat kemunculan Ael, Adrian masuk ke dalam bar untuk memastikan.
“Mereka tidak ada di sini”
“Tunggu dulu, kalian mencari Catherine ke bar?” Ael ragu dengan apa yang ia dengar.
“Ya…. Ia menghilang bersama Jamie” jelas Odelia.
“Mereka tidak ada di dalam” Adrian menutup pintu bar.
“Tentu saja mereka tidak di sana”
“Sebelum aku membeli wine ini, melihat mereka berkuda menuju pantai” Ael menunjukan botol wine di tanganya.
“Ayoo kita pergi ke pantai” Penelope senang mendengar ada yang melihat sahabatnya, mereka segera pergi ke pantai. Ael pun mengikuti mereka karena penasaran apa yang terjadi hingga mereka terlihat gelisah mencari keberadaan Odelia.
Di pantai mereka melihat kuda Jamie terikat di dekat dermaga segera menuju jembatan dermaga. Di kejauhan terlihat Odelia tengah menghapus air matanya dan Jamie di sampinya.
......................
Di dalam pelukan Jamie, Odelia menangis tanpa bersuara. Jamie menepuk-nepuk lembut punggung Odelia untuk memenangkannya.
Setelah Odelia tenang ia menghapus air matanya.
“Wah… lihat terdapat terdapat ceri di hidung mu” Jamie menggoda Odelia dan memegang tanganya, Odelia tertawa mendengar perkataan Jamie.
Adrian muncul menarik kerah kemeja Jamie dan menahanya dengan kedua tanganya dari belakang di ikuti Ael yang memegang kedua kaki Jamie.
“Hey! Hey!hey!”
“Apa yang kalian lakukan, lepaskan” Jamie terkejut dengan tindakan kedua temanya.
“Cath, kamu membuat ku khawatir” Penelope segera memeluk Odelia yang kebingungan dengan kehadiran teman-temanya.
"Apa yang kau perbuat, Jamie?” Penelope berteriak melihat mata Odelia yang sembab
“Aku tidak melakukan apapun” Jamie tidak mengerti maksud Penelope.
“Berkata lah jujur” Davian memberikan kode pada kedua temanya, Adrian dan Ael memahami kode itu mereka segera mendekati sisi jembatan dan bersiap meleparnya ke laut Jamie berteriak mencoba melepaskan diri.
“Aku hanya sedih mengingat ibu ku” Penelope kembali memeluk Odelia, Adrian melihat Odelia dengan berbeda.
“Selain itu?” Davian melirik Jamie.
“Kami makan malam bersama di manor Tuan Louise, istrinya merupakan teman ibu Catherine” Jamie mencoba menjelaskan apa yang mereka lakukan.
“Dia berkata jujur?” Penelope menatap Odelia.
“Ya..” Odelia mengangguk, Adrian dan Ael melemparkan Jamie ke papan dermaga setelah mendengar perkataan Odelia.
“Hey! Kalian tidak perlu melemparku seperti ini” Jamie merasakan sakit di punggungnya.
“Ayoo kita kembali perutku sangat lapar” Penelope memegang perutnya.
“Aku akan memasak setelah kembali, maaf membuat mu khawatir Pen” Odelia merasa bersalah.
“Tak apa, Ian akan melakukanya” Penelope mengingat daging yang di bawa Adrian.
“Ya, itu benar” Adrian melirik Odelia. Mereka segera berjalan pulang.
“Tugas mu akan bertambah, anak kecil!” Davian melirik dingin pada Jamie yang tengah menuntun kudanya.
Jamie merasa ini tidak adil untuknya, Ael menepuk pundaknya dan tersenyum.
...----------------...