Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kamu yakin dengan keputusan kamu untuk menikah dengan ku?" tanya Fauzan saat berhadapan bersama dengan Sabrina di kencan pertama mereka.
Kencan itu merupakan rencana dari mamak Sarina, mamak Ruminah dan juga Erlina. Dengan maksud supaya Fauzan dan Sabrina bisa kembali lebih dekat sebelum pernikahan di antara keduanya berlangsung.
"Mau bagaimana lagi. Kalau aku tidak menyanggupi menikah dengan abang, Erlina bersikeras tidak mau makan dan minum obat. Ditambah lagi tidak mua berobat kemana-mana pun juga tidak mau. Aku tidak mungkin tega melihat Erlina seperti itu," kata Sabrina.
"Jadi, kamu terpaksa menikah dengan aku?" sahut Fauzan. Sabrina diam. Sejurus kemudian Fauzan seperti merajuk.
"Bukankah abang sangat tahu, aku tidak suka melihat seorang laki-laki berpoligami," kata Sabrina.
"Tapi bagaimana pun sejujurnya dari dulu aku menyukai kamu," sahut Fauzan.
"Abang bilang menyukai aku saat bersama dengan ku. Dan saat bersama dengan Erlina pun, abang bilang suka padanya. Apakah ini yang dinamakan keserakahan seorang pria itu? Tidak akan cukup dengan satu wanita saja," kata Sabrina.
"Baik, aku mengakui itu! Aku menyukai kamu dan juga Erlina. Namun perasaan ku ini masih bisa aku kendalikan jika kamu belum menjadi istriku secara sah," ucap Fauzan.
Cukup lama keduanya terdiam. Fauzan berusaha membuat suasana malam itu tidak kaku. Namun Sabrina seperti masih menjaga jarak dengan Fauzan ketika Fauzan berusaha lebih dekat.
"Sabrina!" panggil Fauzan pelan. Dengan beraninya Fauzan meraih pergelangan tangan Sabrina. Lalu menggenggam nya erat. Betapa bola mata Sabrina membulat dengan sempurna saat punggung tangannya dikecup lembut oleh Fauzan.
"Jadilah ibu sambung bagi anak-anak ku, Sabrina! InsyaAllah aku akan berlaku adil dengan Erlina dan kamu. Bila memungkinkan dan Tuhan menghendaki Nya, aku juga ingin memiliki anak dari rahim kamu," ucap Fauzan.
"Menikah saja belum, ingin anak dariku. Benar-benar dalam pikiran seorang laki-laki apakah hanya mesum saja?" ucap Sabrina pelan.
Fauzan terkekeh saja saat mendapati Sabrina yang sudah bisa ngomel seperti itu. Itu artinya dirinya sudah siap untuk dinikahi oleh Fauzan. Menjadi madu bagi Erlina. Serta berbagi suami dengan Erlina.
"Setelah kita menikah, apakah kamu mau memberikan aku beberapa anak yang lucu-lucu? Sepertinya lima atau tujuh anak yang aku minta dari kamu," kata Fauzan.
"What? Astaghfirullah! Satu anak saja belum kesampaian, ini mau minta lima atau tujuh anak dariku. Memangnya kita bisa menciptakan seorang anak tanpa seijin dari Tuhan?" ucap Sabrina.
Kembali Fauzan terkekeh melihat Sabrina yang sudah ngomel-ngomel seperti itu. Senang rasanya Fauzan kalau sudah melihat watak Sabrina yang asli yang tanpa batasan.
"Tentu saja kita sebagai manusia yang berlawanan jenis tetap berupaya supaya mendapatkan keturunan. Dan dengan usaha serta berdoa, InsyaAllah Tuhan akan memberikan dan mengabulkan apa yang kita minta. Bukankah Alloh Maha Kaya dan Pengasih dan Penyayang terhadap umatNya?" kata Fauzan panjang lebar.
"Anak-anak abang sudah delapan orang. Tujuh anak dari almarhum istri abang yang pertama. Satu orang anak dari Erlina. Apakah aku harus melahirkan anak lima atau tujuh anak lagi? Rupanya abang mau membentuk tim sepak bola?" kata Sabrina mulai kembali mengomel.
"Hahaha! Aku hanya ingat pepatah banyak anak banyak rejekinya. Lima belas anak, masing-masing akan aku arahkan di berbagai bidang-bidang nya sesuai bakat dari anak-anak ku nanti. Ada yang ke seni, ada pedagang, ada di bidang hukum, bidang ekonomi," ujar Fauzan asal. Sabrina hanya menjulurkan lidahnya saja.
"Setelah mereka bisa mandiri, abang tinggal duduk manis menikmati masa tua abang?" sahut Sabrina.
"Benar! Tentu bersama kamu dan Erlina. Kamu di kanan dan Erlina di sebelah kiri ku. Wah rasanya dunia ini begitu nikmat punya dua istri dan banyak anak. Hahaha," kata Fauzan.
"Terus saja berangan-angan nya. Kenapa abang tidak jadi skenario dalam film saja. Daripada berangan-angan tidak jelas," ucap Sabrina.
"Wah ide yang bagus, Sabrina! Mungkin kisah kehidupan ku ini akan aku jual pada produser film. Tapi tolong bantu aku untuk mewujudkan cerita rumah tanggaku ini semakin indah, yah. Contohnya kamu akan memberikan aku anak," kata Fauzan serius. Sabrina menyipitkan bola matanya menatap serius pada Fauzan.
"InsyaAllah bang! Terserah Alloh memberikan dan memercayakan aku seorang anak melalui rahimku," sahut Sabrina akhirnya.
"Alhamdulillah, asal kamu tidak minum obat pencegah kehamilan, InsyaAllah kamu akan memiliki keturunan ku banyak. InsyaAllah. Aamiin," ujar Fauzan yakin.
Kini entah siapa yang memulainya. Keduanya saling mengikis jarak dan saling berpelukan. Fauzan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat mengecup kening Sabrina dan mengucapkan kata-kata manis.
"Kamu selalu cantik bagi aku, Sabrina! Tetap bersama dengan ku sampai menua bersama," ucap Fauzan pelan.
Sabrina seketika menenggelamkan kepala nya di dada bidang Fauzan. Rasanya begitu damai dalam dekapan seorang laki-laki yang ia sayangi selama ini.
"Kenapa tidak dari dulu kita bersatu seperti ini," kata Fauzan pelan. Sabrina dengan cepat memukul dada bidang Fauzan pelan.
"Dasar laki-laki tidak cukup dengan satu wanita saja," omel Sabrina.
"Jangan khawatir! Aku memiliki banyak harta. Jadi aku bisa memberikan kebahagiaan dan kemewahan itu untukmu dan juga Erlina," sahut Fauzan.
*****
"Sialan! Kenapa Fauzan harus menikah dengan Sabrina. Aku sudah berusaha menyingkirkan Erlina dan akhirnya Erlina mengalami kelumpuhan di kecelakaan itu. Haruskah aku akan membuat mampus Sabrina? Ini supaya aku bisa mendapatkan Fauzan?" gumam Vievie.
"Benar-benar tidak bisa dibiarkan kalau Fauzan menikah dengan Sabrina. Bagaimana dengan aku? Bahkan aku sudah melakukan apapun untuk menyingkirkan wanita-wanita yang berusaha mendekati Fauzan," kata Vievie.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Siapa kalian? Kenapa kalian membawaku ke tempat ini?" ucap Sabrina yang tiba-tiba dirinya berada di ruangan yang pengap dan kotor seperti gudang.
Bahkan kedua tangannya diikat di kursi. Tiga pria asing itu berperawakan tinggi besar mengelilingi dirinya. Senyuman mereka tersirat ada niat jahat dalam benak mereka. Namun tiba-tiba ada suara langkah kaki mendekati ruangan itu. Semakin dekat, sampai langkah kaki itu berhenti di sana. Seorang wanita cantik dengan penampilan seksi dengan senyuman seringai menatap merendahkan pada Sabrina.
"Kalian bertiga, silakan keluar! Jangan masuk ke ruangan ini kalau tidak aku memanggil kalian bertiga," ucap Vievie pada ketiga pria asing yang berperawakan tinggi besar itu.
"Mbak Vievie?" gumam Sabrina. Vievie tersenyum lebar melihat raut wajah penuh keterkejutan pada Sabrina.
"Aku ada kejutan untuk kamu. Mungkin saja kamu sangat sangat mengenalnya. Bahkan laki-laki ini hampir saja menjadi suami kamu," ucap Vievie.
"S siapa?" sahut Sabrina. Vievie tersenyum sinis menatap Sabrina. Tiba-tiba saja seorang pria yang tidak asing bagi Sabrina masuk ke dalam ruangan itu. Pria yang cukup mentereng, gagah dan terlihat rapi mendekati Sabrina.
"Masih mengenalku?" tanya pria tampan itu.
"Mas Anies! Kenapa bisa di sini?" ucap Sabrina. Pria yang dipanggil dengan nama Anies itu tersenyum lebar seraya mendekati Sabrina dengan penuh minat. Sabrina melebar bola matanya saat melihat mantannya telah berada dekat dengan dirinya.
Anies adalah mantan kekasih dari Sabrina. Mereka hampir saja menikah. Namun tiba-tiba saja Anies menggagalkan pernikahan itu karena harus keluar negeri demi karir nya. Sekarang di saat Anies telah sukses dan mencari keberadaan Sabrina, dirinya tidak menemukan nya. Hingga Vievie lah yang membantu dirinya menemukan kekasihnya itu.
"Bawa kekasih kamu pergi dari kota ini! Bukankah aku sudah membantu kamu mencarikan mantan kekasih kamu yang lama tak ada kabar?" ucap Vievie pada Anies.
"Benar! Dia adalah Sabrina ku! Calon istriku yang sudah lama aku cari," sahut Anies.
"Cepat bawa pergi! Aku tidak mau melihat wanita itu merusak kebahagiaan ku. Dia telah merebut laki-laki yang aku incar untuk menjadi suamiku," ucap Vievie.
"Mas Anies! Jadi kamu sudah bersekongkol dengan mbak Vievie untuk menyekap ku ditempat ini?" sahut Sabrina.
"Bukan bersekongkol. Lebih tepatnya Vievie lah yang telah membantu ku untuk mencari keberadaan kamu. Ternyata kamu ada di kota ini," ucap Anies.
"Anies! Jangan banyak bicara! Cepat bawa Sabrina pergi! Jika tidak, aku akan membuat kamu menyesal," ujar Vievie dengan geram.
"Baik, aku akan secepatnya membawa Sabrina pergi dari kota ini," sahut Anies.
"Anies, jangan lakukan itu! Aku akan menikah dengan bang Fauzan. Jangan membawa aku pergi," protes Sabrina.
"Jika aku tidak membawa kamu pergi, keselamatan kamu akan terancam. Orang-orang suruhan Vievie akan merusak kamu," kata Anies yang segera melepaskan ikatan di kedua tangan Sabrina. Setelah itu membawa Sabrina pergi meninggalkan rumah kosong di mana di sana masih ada Vievie dan ketiga pria asing suruhannya.
"Mana bayaran kami nona?" tanya salah satu pria asing suruhan Vievie untuk menculik Sabrina sebelum dibawa pergi oleh Anies.
"Aku akan mentransfer nya nanti!" sahut Vievie dengan santai nya.
"Tapi nona! Nona sudah berjanji kalau urusan kita selesai, kami langsung mendapatkan bayaran nya. Kenapa ditunda-tunda lagi, nona?" protes pria itu.
"Iya, iya! Aku akan segera mentransfer kalian semua nya. Tidak percaya banget!" sahut Vievie.
"Nah, begitu dong!" sahut ketiga pria itu dengan tawa yang menggelegar.