Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THIRTY
Aku menoleh, menatap pria yang mengetuk dengan tanya berbalas senyum kecil pria yang ku lihat bernama Ardi dari id card yang tergantung di leher ke bawah.
"Fahmi nya kemana ya?" dia bertanya, aku dengan senyum kecil kikuk menjawab sopan.
"Sedang ke ruangan HRD pak" ku lihat dia tertawa pelan. Mungkin panggilan ku terasa mengusiknya, lantas aku harus memanggilnya apa?
"Saya masih terlalu muda buat di panggil Pak. Ah saya lupa, saya Ardi salah satu teman kerjanya Fahmi" aku mengangguk dengan sopan membalas ukuran tangan pria bernama Ardi di depan ku ini.
"Saya Amira" dia mengulas senyum, dengan usapan lembut pada tangan ku dengan ibu jarinya membuat ku tak nyaman apa lagi dengan tanganya yang seolah menahan tanganku untuk melepaskan jabat tangan kami.
"Ngapain Di?" Mas Fahmi datang, menatap tak suka ke arah tangan temannya yang segera melepaskan jabat tangan kami.
Aku sedikit lega, menatap Mas Fahmi dengan senyum kecil.
"Calm down bro. Gwe cuma mau kenalan sama cewek cantik ini aja kok, dia bukan siapa-siapa lo kan?" aku menggigit bibir dalam. Membenarkan ucapan pria bernama Ardi itu dengan senyum kecil.
"You wrong! Get out now!" Ardi memutar mata jengah dengan kedua tangan di angkat tanda menyerah sebelum berlalu meninggalkan kami.
Mas Fahmi mendekat, mengusap rambut ku lembut dengan pelukan erat.
"Kamu gak papa? Dia gak ngelakuin apa pun sama kamu kan?" aku mengangguk, mengurai risau dari raut Mas Fahmi yang lagi-lagi timbul. Salah satu ekspresi yang akhir-akhir ini ku lihat sering muncul di wajahnya rupawan nya.
"Ini kenapa saya khawatir banget saat kamu dateng ke Jakarta sendirian" aku terdiam, masih bergulat dengan pikiran arti dari perkataan Mas Fahmi pada Ardi tadi.
"Ayo" dengan senyum kecil aku mengangguk, membiarkan Mas Fahmi menggandeng tangan ku, berjalan keluar sebelum meninggalkan area kantor dengan mobilnya.
Kami sampai pada bangunan rumah dua lantai di sebuah kompleks perumahan. Menoleh aku menatap Mas Fahmi yang mengulas senyum ke arah ku dengan tanya.
"Ini rumah siapa Mas? "
"Ini rumah saya. Hasil nabung sama yaa di bantu almarhum ortu juga dulu" aku mengangguk dengan rasa tidak enak.
"Maaf, saya gak tau" dia mengibaskan tangan. Meminta untuk mengabaikan dan melupakan hal itu.
"Mau masuk? "
"Boleh?" raut Mas Fahmi berubah datar dengan tatapan tak suka seolah aku melakukan kesalahan.
"Gak boleh"
"Bercanda. Ya boleh dong Ami. Saya ngajak kamu ke sini juga biar kamu bisa main dan tau rumah saya sesuai apa yang kamu bilang semalam" aku mengangguk dengan seulas senyum membiarkan Mas Fahmi membuka pintu mobil juga pintu rumahnya, membiarkan aku masuk dan menjelajah sekitar dengan pandang mata.
"Mau minum apa Mi?" aku menoleh, menatap Mas Fahmi yang sudah berada di dapur nampak jelas dari arah ruang tamu karena tidak berpintu.
Aku mendekat, mendudukan diri pada kursi yang tersedia tepat didepanya menatap setiap gerakan Mas Fahmi yang perlahan namun pasti, nampak ulet dan teratur. Mulai dari mengambil gelas, membuka lemari es sampai dengan menuang jus appel dalam kemasan di akhiri mengulurkan gelas nya pada ku.
"Makasih Mas" dia mengangguk, meminum minumanya, terlihat bagus di pandangan ku yang ikut menyesap jus dalam gelas itu perlahan.
