Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Sore hari Intan pulang kembali ke rumah Ricko. Setelah berganti pakaian, Intan menyiram bunga dan tanaman yang lainnya di halaman depan rumah Ricko.
Tidak berapa lama kemudian mobil Ricko datang dan masuk ke dalam garasi. Ricko keluar dari dalam mobilnya dan melihat Intan sedang menyiram tanaman. Ia pun tersenyum senang. Setelah itu ia pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Kemudian ia duduk di kursi teras rumah sambil memperhatikan Intan yang tengah menyiram tanaman.
Usai mematikan kran air dan menggulung selangnya, Intan duduk di samping Ricko. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi lalu menggeliat semaksimal mungkin. Ricko yang melihatnya pun tersenyum geli.
"Capek?" tanya Ricko.
"Hm," balas Intan dengan gumaman sambil memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi lalu menengadah ke atas.
"Sini aku pijitin," ujar Ricko sambil menarik tangan Intan.
"Nggak usah, Mas. Makasih," tolak Intan melepas tangan Ricko.
"Kenapa?" tanya Ricko.
"Geli," balas Intan malu-malu.
"Beneran nggak mau nih?" tanya Ricko lagi. Intan mengangguk.
"Ayo mandi. Sudah sore," ajak Ricko sambil berdiri. Intan pun mengikuti Ricko masuk ke dalam rumah.
*
Setelah mandi dan berganti pakaian, Intan menyisir rambutnya. Tiba-tiba ia mendengar bel rumah berbunyi. Ia pun segera keluar dari kamar untuk membuka pintu ruang tamu.
Tampaklah wajah Romi yang tersenyum manis saat melihat Intan yang membuka pintu.
"Hai ...," sapa Romi sambil melambaikan tangannya.
"Mas Romi ya?" tebak Intan mengingat pernah bertemu Romi di perusahaan Ricko.
"Yup betul. Boleh aku masuk?" tanya Romi canggung karena Intan mengajaknya bicara di depan pintu.
"Oh iya, maaf. Silahkan masuk, Mas," balas Intan mempersilakan Romi masuk.
Saat Romi akan duduk di sofa, Ricko turun dari tangga dan melihat Romi di rumahnya.
‘Ngapain tuh anak ke sini?’ batin Ricko geram. Ia pun bergegas menghampiri Romi yang duduk di ruang tamunya.
"Mau minum apa, Mas?" tanya Intan sebelum pergi ke dapur.
"Apa saja boleh," jawab Romi sambil tersenyum dan memandang Intan. Ricko yang melihat Romi memandang Intan seperti itu tentu saja tidak suka.
"Air putih saja! Romi suka minum air putih," sahut Ricko.
Intan pun mengangguk lalu pergi ke dapur.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Ricko pada Romi saat Intan sudah pergi.
"Hey …, apa yang salah? Biasanya aku juga main ke sini ‘kan? Aku mau mengenal Intan biar lebih dekat lagi," jawab Romi dengan tersenyum nakal.
"Tidak boleh! Aku sudah bilang, dia istriku. Jangan dekati dia!" balas Ricko sewot.
"Hey …, dia masih sekolah ‘kan? Nggak mungkin boleh menikah. Kalau tahu pihak sekolah, dia bisa dikeluarkan. Bukankah kamu masih pacaran sama Rossa? Kalau memang kamu sudah menikah dengan Intan, mana surat nikahmu? Aku pengen lihat sekarang!" tantang Romi sambil menyodorkan telapak tangannya. Itu membuat Ricko sakit kepala karena surat nikahnya belum jadi sampai sekarang.
"Surat nikah belum jadi. Udah ya, lebih baik kamu pulang. Dia harus belajar, besok ujian," usir Ricko ketus.
"Tuh ‘kan, kamu bohong! Kamu nggak bisa nunjukkin ke aku kalau Intan istrimu," balas Romi.
Ketika Ricko akan membalas kata-kata Romi, Intan datang dengan membawa dua cangkir kopi. Intan sengaja membuat kopi karena merasa tidak enak kalau tamu hanya dijamu dengan air putih.
Setelah menaruh kopi di atas meja ruang tamu, Intan masuk ke dalam kamarnya. Romi pun memperhatikan itu.
"Tuh lihat? Kalau suami istri itu tidurnya sekamar. Lah ini dia tidur di kamar bawah. Aku ‘kan tahu kamarmu di atas, Rick," ucap Romi.
Ricko pun kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa membuktikan pada Romi kalau Intan adalah istrinya. Ia hanya bisa memijat celah di antara kedua alisnya karena tiba-tiba merasa pening.