NovelToon NovelToon
Tempus Amoris

Tempus Amoris

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

realita kehidupan seorang gadis yang dari kecil cacat akan kasih sayang yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

navin!!

Dengan keraguan yang tersisa, Elvanzo berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan. Dan di sana, berdiri Aluna, dengan wajah yang sangat sulit dibaca. Tanpa sepatah kata, Aluna memandang Elvanzo dengan mata yang penuh ketegasan, namun tidak ada emosi yang jelas terlihat.

Keduanya terdiam sejenak, sementara ibu Aluna kembali ke dalam rumah, meninggalkan mereka berdua dengan suasana yang semakin tegang.

"Ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Aluna dengan nada datar, seolah menghindari topik pembicaraan yang sebelumnya hampir terungkap.

Elvanzo mengangguk pelan, tetapi tak tahu harus berkata apa. Keberadaan Navin dalam pembicaraan tadi masih menghantui pikirannya, namun ia tahu, tidak ada tempat lebih baik selain saat ini untuk mencoba mendekati Aluna dengan cara yang benar.

~||~

Elvanzo berdiri di depan Aluna, kedua tangan diletakkan di samping tubuhnya dengan perasaan yang begitu berat. Sebuah perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya—seperti ada hal yang begitu dalam yang harus ia cari tahu tentang Aluna, namun tidak ada keberanian untuk memulai percakapan itu. Seketika, ia merasakan betapa besar jarak yang memisahkan mereka, dan ia tahu, semakin lama semakin sulit untuk menggapai sesuatu yang tersembunyi dalam diri gadis itu.

Di sisi lain, Aluna berdiri dengan sikapnya yang kaku, wajah yang hampir tidak menunjukkan perasaan apapun. Dia tampak seperti sosok yang kuat di hadapan orang lain, tapi di balik itu semua, Elvanzo merasa ada sesuatu yang tengah berperang di dalam diri gadis itu—dan Elvanzo tahu ia tidak bisa memaksa jawabannya begitu saja.

“Aku... aku rasa aku harus pulang ke ibu kota," kata Elvanzo akhirnya, suaranya terdengar sedikit lebih lembut dari biasanya. "Banyak yang harus kukerjakan di sana."

Aluna hanya mengangguk pelan, tak memberikan banyak tanggapan. Tatapannya masih sulit dibaca, seolah ada dinding tebal yang memisahkan mereka. Namun, Elvanzo bisa merasakan sedikit getaran yang ada di sana, sebuah emosi yang ia tak bisa menggapainya sepenuhnya.

Elvanzo merasakan kesulitan yang dalam. Dengan setiap detik yang berlalu, seribu pertanyaan berputar di kepalanya: Mengapa Aluna seperti ini? Apa yang membuatnya berubah begitu drastis? Siapa sebenarnya Navin, dan bagaimana peran pria itu dalam kehidupan Aluna? Pertanyaan-pertanyaan itu semakin membebaninya, namun ia tahu, saat ini bukan saat yang tepat untuk memaksakan semuanya. Ia sadar, mereka butuh ruang, dan mungkin Aluna membutuhkan waktu lebih untuk membukakan dirinya.

Tanpa berkata banyak, Aluna mengantarkan Elvanzo ke bandara. Mereka berjalan berdua di antara keramaian, namun suasana di sekitar mereka terasa sangat berbeda. Keduanya seperti berada di dunia yang berbeda, memisahkan ruang mereka sendiri dengan ketegangan yang mengambang di udara. Tak ada banyak kata yang terucap selama perjalanan. Hanya langkah kaki mereka yang terdengar di antara kesunyian, mengisi kekosongan yang tidak bisa terucapkan.

Sesampainya di terminal, Elvanzo berhenti sejenak, menatap Aluna dengan mata yang penuh makna. “Terima kasih telah mengantarku,” katanya akhirnya, suaranya hampir seperti berbisik, meskipun kata-kata itu begitu sederhana.

Aluna hanya memberikan anggukan singkat, sebuah gesture yang lebih dingin daripada yang diinginkannya. "Semoga perjalananmu lancar," jawab Aluna datar.

Elvanzo merasa berat meninggalkan Aluna. Namun, ia tahu, di dalam hati gadis itu ada sesuatu yang menunggu untuk diberi ruang dan waktu. Waktu untuk memproses semua hal yang belum diceritakan, waktu untuk membuka diri, dan waktu untuk memutuskan jalan apa yang akan ia pilih.

“Jaga dirimu,” kata Elvanzo lagi, sebelum melangkah ke dalam area boarding.

Aluna berdiri di sana, memandangi Elvanzo yang semakin menjauh. Dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit dijelaskan. Meskipun ia berusaha menjaga jarak, ia merasa perasaan-perasaan itu kembali menyentuh dirinya, lebih dari yang seharusnya. Aluna tahu, mungkin, suatu saat nanti, ia harus menghadapi kenyataan—bahwa ia tak bisa terus bersembunyi dalam kedalamannya.

Dan pada saat itu, ketika Elvanzo menghilang dari pandangannya, Aluna merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, sesuatu yang belum ia pahami sepenuhnya—sesuatu yang perlahan, tapi pasti, membawanya pada keputusan yang mungkin akan mengubah segalanya.

Sesampainya di kota, Elvanzo langsung menuju klinik, melangkah cepat dengan pikiran yang masih terpecah antara pekerjaan dan pertanyaan yang terus mengganggu hatinya. Meski tubuhnya lelah setelah perjalanan jauh, rasa gelisah yang menghinggapi dirinya lebih kuat daripada kantuk atau kelelahan.

Di klinik, dia mulai mengerjakan berbagai tugas administratif yang harus diselesaikan, namun benaknya terus teringat pada pembicaraan dengan ibu Aluna di rumah kampung kemarin. Terutama tentang Navin—pria yang sempat disebut-sebut ibu Aluna, tapi tidak sempat ia bahas lebih lanjut.

Setelah menyelesaikan beberapa hal di meja kerjanya, Elvanzo tak bisa lagi menahan rasa penasaran yang semakin besar. Berulang kali dalam benaknya, kalimat ibu Aluna tentang Navin dan masa lalu Aluna terngiang. Mengapa Aluna tak pernah bercerita lebih banyak tentang hubungan mereka? Siapakah Navin dalam hidup Aluna? Dan kenapa pembicaraan tentangnya terasa begitu terhindar dan disembunyikan?

Tanpa ragu, Elvanzo memutuskan untuk mendekati Yuri dan Alendrox. Mereka bertiga sudah cukup dekat, namun kali ini Elvanzo merasa harus tahu lebih banyak tentang masa lalu Aluna yang begitu tertutup.

Setelah menemukan Yuri di ruang istirahat, Elvanzo berjalan mendekat. "Yuri, ada yang ingin kutanyakan. Tentang Navin, kamu tahu siapa dia, kan? Atau setidaknya ada cerita mengenai hubungan Aluna dan dia?"

Yuri tampak terkejut mendengar pertanyaan itu. Sementara itu, Alendrox yang berada di dekat mereka mendengar percakapan ini dan memperhatikan Elvanzo dengan sedikit rasa penasaran.

"Navin..." kata Yuri, menarik napas panjang. "Kamu benar-benar ingin tahu? Aluna tidak suka kalau orang lain ikut campur dengan itu."

"Ya, tapi ada sesuatu yang mengganjal. Kenapa ibu Aluna tadi sepertinya mengatakan sesuatu yang Aluna tidak ingin dibahas tentang pria itu?" Elvanzo berkata dengan nada yang sedikit memaksa, tidak ingin berlarut-larut tentang hal ini, tetapi keinginan untuk tahu begitu kuat.

Alendrox mengalihkan pandangannya, kemudian duduk di kursi yang ada di dekatnya. "Navin... adalah pria yang pernah sangat penting dalam hidup Aluna," ujar Alendrox pelan, berusaha memberikan gambaran tanpa terlalu membuka luka lama. "Mereka berdua sempat menjalin hubungan, tapi segala sesuatu berakhir buruk. Aluna sempat merasa sangat terluka, dan itulah sebabnya dia sulit membicarakan pria itu."

Yuri menatap Elvanzo dengan serius. "Aluna mengalami banyak hal sulit, lebih dari yang kita bisa bayangkan. Pada akhirnya, ia harus menghadapi kenyataan bahwa hubungan dengan Navin berakhir tragis dan meninggalkan bekas luka yang masih terasa sampai sekarang. Tidak semua orang tahu hal ini, Elvanzo."

Mendengar jawaban Yuri dan Alendrox, Elvanzo merasa ada keheningan yang mulai meresap dalam dirinya. Ia mengerti bahwa Aluna berusaha melupakan masa lalunya, dan tak ingin melibatkan orang lain dalam kebimbangannya. Namun, ada perasaan kuat yang membuatnya ingin tahu lebih, ingin ada di samping Aluna untuk mendukungnya melalui segala rasa sakit yang terpendam.

"Jadi, Navin itu sangat berpengaruh dalam hidup Aluna... namun kenapa ia tak pernah ingin berbicara tentang dia?" Elvanzo bertanya, masih kebingungan.

"Karena bagi Aluna, itu adalah masa lalu yang menyakitkan," jawab Yuri. "Saat Navin mengkhianatinya, hidupnya berantakan. Banyak hal yang terjadi setelah itu, dan Aluna akhirnya memilih untuk fokus pada apa yang bisa dia kontrol—yaitu karir dan kehidupannya saat ini. Hubungan dengan Navin, meski ada banyak kenangan, bagi Aluna lebih baik menjadi kenangan yang terkubur jauh."

Elvanzo berpikir dalam-dalam setelah mendengar cerita itu. Ia tahu, meskipun saat ini ia ingin membangun hubungan dengan Aluna, ia tak boleh terburu-buru. Ada banyak luka yang masih perlu sembuh dan banyak cerita yang harus terbuka dalam waktu yang tepat. Tetapi untuk saat ini, Elvanzo hanya bisa berusaha membuat Aluna merasa nyaman dan bisa kembali mempercayainya.

Terlepas dari semua yang telah dipahami Elvanzo, hatinya masih dipenuhi oleh perasaan yang sulit dijelaskan. Sesuatu yang tetap mengikat dirinya kepada Aluna, meskipun banyak keraguan dan pertanyaan yang belum terjawab.

1
Lilovely
Mangat thor/Applaud/
Anonymous
semangat
Anonymous
aku suka banget ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!