Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan dan Pengakuan
Nancy memperkenalkan Putra pada Bagas sebagai suaminya, Nancy mulai tidak terlalu canggung dengan Bagas setelah mereka membicarakan beberapa hal yang mereka lalui di masa lalu tanpa pernah tahu kalau masing-masing mereka punya ayah yang sama. Awalnya Nancy merasa tidak nyaman namun ia mau perlahan membuka diri untuk mencoba memahami dari sudut pandang Bagas yang hidupnya jauh dari kata beruntung semenjak dia tidak diakui sebagai anak dari Hanggono.
"Non permisi, sarapan sudah siap. Apakah Non mau sarapan sekarang?" tanya asisten rumah tangga.
"Saya sarapan bareng yang lain aja Bi, saya mau mandi dulu," jawab Nancy.
"Baik Non."
Nancy kemudian mengajak Putra kembali ke kamar mereka untuk mandi dan Bagas juga kembali ke kamarnya sendiri untuk melakukan hal yang sama.
"Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bicara dari hati ke hati dengan Bagas."
"Memangnya kamu pikir apa yang aku akan lakukan sama dia?"
"Dalam bayangan aku, kamu bakal teriak ke dia dan mungkin bakal nolak kalau dia bukan adik kamu."
Nancy tertawa mendengar ucapan suaminya barusan, selama ini ia lebih sering menghabiskan waktunya di Amerika jadi ia merasa tak terlalu sakit untuk berhadapan dengan orang lain yang memberi kejutan dalam hidupnya.
"Di Amerika aku udah bolak-balik pergi ke Pskiater buat nyembuhin luka masa laluku, itu semua berlangsung selama puluhan tahun lho."
"Aku bangga sama kamu, bisa mulai menerima fakta yang pahit sekalipun dalam hidup kamu."
"Hidup kan memang penuh kejutan, jadi aku mulai ubah cara pandang aku supaya aku siap untuk menerima semua kejutan semesta dalam kehidupanku."
Diam-diam saat Nancy dan Putra melintas di dekat tangga, Dania secara tak sengaja mendengar percakapan keduanya dan tentu saja hal itu membuat Dania kesal bukan main.
"Kok kayaknya dari apa yang aku dengar barusan, Nancy sepertinya gak marah sama Bagas?"
Nancy menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir padahal ia pikir dengan kehadiran Bagas dan Kinarsih di rumah ini dan fakta yang ia bawa maka akan membuat Nancy menderita dan hancur namun nyatanya wanita itu bisa menerima fakta ini.
****
Acara sarapan di meja makan itu tidak diwarnai obrolan, semua yang ada di meja makan tersebut nampak sibuk dengan sarapan masing-masing hingga kemudian setelah sarapan Nancy mengatakan ingin bicara dengan Hanggono di ruang kerja sang papa dan tentu saja Hanggono menyetujuinya. Maka seusai sarapan, Hanggono dan Nancy masuk ke dalam ruangan kerja Hanggono dan di sana Hanggono meminta maaf pada Nancy atas ketidak jujurannya mengenai Kinarsih dan Bagas.
"Maafkan Papa, Papa yang salah."
"Bagus kalau Papa sudah mengakui kalau Papa salah dengan menduakan mama."
"Papa sangat menyesal sekali karena saat itu mendiang mama kamu ada di sana, dia mendengar percakapan papa dengan Kinarsih mengenai Bagas dan kemudian ia pergi dengan mengendarai mobilnya. Papa nggak bisa mengejarnya karena mobilnya melaju sangat kencang dan Papa baru mendapatkan kabar kalau mama kamu mengalami kecelakaan."
"Itu murni kecelakaan atau mama sengaja untuk mengakhiri hidupnya?"
"Dari laporan kepolisian, semua itu murni kecelakaan. Mobil yang dikendarai oleh mama kamu buang stir ke bagian kanan karena menghindari sebuah truk yang berhenti di pinggir jalan dan mengakibatkan mobil yang dikendarai mama kamu menabrak pembatas jalan dengan kecepatan tinggi."
****
Nancy tak bisa berlama-lama karena harus segera pergi bekerja, ia dan Putra pamit pada semua orang termasuk pada Bagas.
"Nanti siang saya mau kita ketemu, saya akan kirim alamatnya sama kamu."
"Baik."
Nancy menggandeng tangan suaminya dan gegas pergi dari rumah itu menuju mobil yang sudah menunggu di halaman rumah. Seperti biasa Putra membukakan pintu untuk Nancy dan memastikan istrinya itu sudah aman di dalam mobil itu dan baru dia yang menuju kursi pengemudi. Dania melihat semua itu dengan kedua mata kepalanya sendiri, bagaimana Putra begitu bahagia dalam mencintai Nancy dan semua yang Putra lakukan begitu tulus tanpa pamrih membuat rasa cemburu dalam dirinya berkobar.
"Jangan dilihatin terus anak saya, dia bukan suami kamu lagi. Suami kamu yang sekarang itu ada di dalam," ujar Suherti yang tiba-tiba muncul di sebelah Dania.
"Anda ini apa-apaan? Siapa juga yang melihat anak anda?" elak Dania.
"Jangan pernah coba ganggu kebahagiaan anak saya dengan istrinya. Saya bahagia karena pada akhirnya Putra mendapatkan kebahagiaan sejati dengan Nancy bukan dengan kamu. Nancy itu beda sama kamu, walau dia datang dari keluarga kaya raya namun dia gak pernah sekalipun memandang rendah keluarga kami. Dia sangat menghormati kami bukan seperti kamu yang jago dalam mengadu domba keluarga kami."
****
Bagas dan Kinarsih diminta masuk ke dalam ruangan kerja Hanggono. Mereka berdua nampak penasaran kenapa diminta masuk ke dalam sini dan Hanggono meminta mereka duduk di sofa ruangan kerjanya.
"Saya minta maaf atas apa yang pernah saya lakukan pada kalian di masa lalu. Nancy meminta saya mengatakan ini secara langsung pada kalian."
Baik Kinarsih dan Bagas belum mengatakan apa pun atas apa yang dikatakan oleh Hanggono barusan.
"Saya merasa bersalah dengan menghianati mendiang mamanya Nancy di masa lalu dan membuat beliau kecelakaan dan meregang nyawa tapi Nancy bilang dia sudah belajar ikhlas menerima semua itu dan minta saya menebus 27 tahun yang saya lewatkan pada Bagas jadi saya mohon izinkan saya menebus kesalahan saya selama ini sebelum saya pergi untuk selama-lamanya. Saya nggak mau membawa perasaan menyesal ini ketika saya sudah nggak ada di dunia ini."
"Harusnya saya yang meminta maaf pada mas Hanggono, andai waktu itu saya tahu kalau mas adalah presdir perusahaan dan malam itu tidak pernah terjadi maka sampai saat ini mungkin mamanya Nancy masih ada."
"Mungkin saja namun semua sudah terjadi kan?"
Kini Hanggono menatap Bagas dan meraih tangan Bagas seraya menggenggamnya lembut.
"Maafkan Papa yang nggak mengakui kamu selama 27 tahun ini. Kamu pasti sudah melalui berbagai kepahitan hidup bersama ibu kamu, maafkan Papa."
****
Putra masuk ke dalam ruangan kerja Nancy dan mengatakan kalau di luar ada Izaz yang mau bicara dengan Nancy.
"Silakan izinkan dia masuk."
"Baik."
Putra kemudian mengizinkan Izaz masuk ke dalam ruangan kerja Nancy yang mana pria itu langsung tersenyum lebar pada Nancy.
"Selamat pagi Bu, ada memanggil saya datang?"
"Iya, saya memang mau bicara sama kamu. Silakan duduk."
Izaz duduk di sofa ruang kerja Nancy dan Nancy serta Putra pun duduk di sana.
"Saya nggak mau berbasa-basi dengan kamu karena saya masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Saya mau tanya satu hal sama kamu dan saya harap kamu bersedia menjawabnya dengan jujur."
"Silakan Bu, saya siap menjawab pertanyaan anda."
"Kamu mau menjadi pengacara keluarga kami dan juga perusahaan menggantikan mendiang pak Hermanto?"
"Tentu saja Bu, maksud saya ... saya sudah 10 tahun mendampingi pak Hermanto dalam berbagai kasus yang menimpa keluarga dan perusahaan ini jadi saya rasa saya punya pengalaman dan kapabilitas untuk itu."
"Baiklah, tapi saya harus tegaskan ini pada kamu. Saya nggak suka ada orang yang bermitra dengan Dania dan juga mamanya."
DEG